Bella tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Kinan. Mereka terlihat asyik mengobrol, sesekali diiringi canda tawa.
"Loh, Mas Kinan? Kok ke sini nggak ngabarin dulu?" Dimas menghampiri Kinan yang sedang bercanda bersama Bella.
"Iya, ini dadakan, sih, Dim. Aku kok tiba-tiba pengen ngehirup udara kota Malang gitu, makanya langsung aja cus deh ke sini," ujar Kinan sembari menjabat tangan Dimas.
"Ayo ke ruangan? Kita ngobrol di sana," ajak Dimas bersemangat.
Bella hanya menunduk melihat keakraban 2 lelaki di depannya.
"Oh, ya, Bel. Minta tolong buatkan hot cappucino 2, sama keripik singkong manis asin, ya. Bawa ke ruangan saya, terima kasih," perintah Dimas kepada Bella.
"Iya, siap, Pak. Silakan ditunggu!" Bella mengangguk sopan dan bergegas melaksanakan perintah atasannya.
Kinan mengikuti Dimas masuk ke dalam ruangannya.
"Aku salut, loh, Dim sama kamu. Cafe bisa berkembang pesat seperti sekarang, konsepnya tertata, pilihan menu variatif, dan yang paling penting keramahan semua karyawan patut diacungi jempol!" Kinan menepuk pundak Dimas dengan tatapan kagum.
"Makasih, Mas. Aku cuma menjalankan tugas aja sebaik mungkin. Ingat janjiku sama Pak Seno dulu, mencintai pekerjaan harus dengan sepenuh hati, Cafe ini sudah aku anggap seperti rumah sendiri, Mas," ujar Dimas malu-malu.
"Nah, itulah pentingnya bekerja dengan hati, nggak salah aku pilih kamu. Semangat terus, ya, Dim, tetaplah jadi saudara sekaligus rekan bisnis andalanku," kekeh Kinan.
"Siap, Bos!" Dimas ikut tertawa.
"Oh, ya. Karena aku puas atas kerja kerasmu selama ini yang banyak membuahkan hasil, mulai bulan ini kamu berhak mendapatkan tambahan bonus sebesar 10% dari total omset bersih," kata Kinan bersungguh-sungguh.
"Alhamdulilah, makasih banyak, Mas Kinan, InsyaAllah aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk kemajuan Cafe ini," sahut Dimas dengan tulus.
"Eh, Dim ...," kata Kinan sedikit ragu akan melanjutkan kalimatnya.
"Ya, Mas?" ujar Dimas penasaran.
"Itu tadi anak baru? Kamu tahu asal-usulnya nggak? Maksudku gini, aduh ... nggak, deh. Hem ... lupakan," ujar Kinan menggaruk kepalanya salah tingkah.
"Aku paham, maksud Mas Kinan tentang Bella, kan?" tanya Dimas to the point.
Baru saja Kinan hendak menyahut, suara ketukan dari luar terdengar, membuatnya tidak jadi berbicara."Ya ... masuk!" kata Dimas.
Bella memasuki ruangan sambil membawa nampan berisi minuman dan aneka cemilan. Setelah menatanya di atas meja, Bella berpamitan keluar.
"Hem, baru saja kita omongin tuh anak!" kata Dimas setelah memastikan Bella sudah keluar dari ruangannya.
"Apa, sih?" ujar Kinan malu.
"Mas Kinan suka sama Bella?" tebak Dimas tepat sasaran.
"Enggak, eh, belum tahu juga. Aduh aku bingung!" raut wajah Kinan memerah.
"Tenang aja, deh. Ntar bisa lah Dimas comblangin," kata Dimas.
"Aku nggak jago, ah, soal percintaan macam ini," sahut Kinan polos.
"Udah, Mas Kinan tinggal diem aja duduk manis, Bella yang akan menghampiri Mas Kinan lebih dulu," goda Dimas sembari mengerlingkan mata.
"Jangan anehΒ² ah, aku malu, beneran!" Kinan mengacak rambutnya.
Setelah perdebatan yang tidak penting, Kinan memutuskan untuk mengalah, menyerahkan semua keputusan kepada Dimas.
Keesokan harinya ....
"Bel, sini deh bentar!" Dimas memanggil Bella yang sedang sibuk merapikan meja kasir.
"Iya, Pak?" kata Bella sopan, ia bergegas menghampiri Dimas.
"Aku sih nggak mau basa-basi, ya. Langsung to the point aja!" Dimas sejenak menatap mata Bella dengan tajam.
Sontak hal itu membuat Bella merinding, ia takut. Bella tidak berani menatap balik mata tajam Dimas, Bella hanya menunduk.
"Ada cowok yang suka sama kamu, apa kamu mau menjalaninya dulu?" tembak Dimas.
Wajah Bella mendongak, hatinya berdebar-debar.
"S-siapa, Pak?" tanyanya.
"Gini deh, kamu udah punya pacar atau mungkin calon?" tanya Dimas menyelidik.
"Belum, Pak," sahut Bella datar.
"Bagus, kalau begitu masih ada harapan lah," kata Dimas berhasil membuat Bella penasaran.
Bella menebak-nebak apa yang ingin dikatakan oleh atasannya. Terselip rasa hangat menyelimuti perasaannya. Bella memang kagum kepada Dimas, semenjak ia bekerja di Cafe.
"Maksud Bapak?" tanya Bella hati-hati.
"Ada cowok naksir kamu, kira-kira kamu mau apa nggak, ya?" goda Dimas sembari menaik-turunkan alisnya.
Bella semakin GR, ia percaya jika atasannya lah yang menaruh hati padanya.
Bella hanya tersenyum malu, pipinya bersemu merah.
"Emang siapa, Pak?" tanya Bella dengan mimik wajah dibuat penasaran, padahal sebenarnya ia tahu dan bisa menerka jika lelaki yang dimaksud pasti Dimas sendiri.
"Ada lah, nanti, ya. Biar saya kenalkan," ucap Dimas.
Bella mematung, ia sedikit kesal, kenapa bisa Pak Dimas masih ingin membuatnya penasaran. Kenapa tidak langsung 'tembak' saja.
"Nah itu dia! Baru saja kita omongin," ujar Dimas memecah lamunan Bella.
Bella menoleh ke arah yang ditunjuk Dimas, masuk lah seorang lelaki lumayan tampan dengan pakaian kasual tersenyum ke arahnya.
"Selamat siang, Mas Kinan, sudah aku sampaikan salamnya. Sekarang silakan pengenalan lebih dalam lagi, saya permisi dulu," kata Dimas menepuk pelan pundak Kinan.
Kinan dan Bella lantas saling menatap dan canggung.
Suasana menjadi hening, mereka sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing."Eh, sorry, ya. Maaf mungkin bikin kamu nggak nyaman, tapi aku bingung mau memulai dari mana, usiaku sudah matang, tapi soal beginian aku nggak ada ilmu sama sekali, belum berpengalaman," kata Kinan tersenyum kikuk.
"Nggak papa, Kak. Aku paham, kita jalani saja dulu, ya, Kak, bagaimana?" tawar Bella terlihat santai.
"Baiklah, pokoknya kamu nyaman," kata Kinan.
"Kalo gitu aku kerja dulu, ya, Kak. Masih banyak tugas yang belum aku selesaikan," pamit Bella hendak meninggalkan Kinan.
Dengan cepat Kinan meraih tangan Bella, sehingga membuat gadis cantik itu terkejut.
"Mm-Maaf, maaf kalau lancang. Tapi mulai sekarang panggil aku Mas saja, ya, jangan Kakak," pinta Kinan.
Bella hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu kembali ke meja kasir untuk melanjutkan bekerja.
Hati Kinan menjadi tidak karuan, baru kali ini ia merasakan getaran aneh. Kinan berniat menunggu Bella hingga ia selesai bekerja, ia ingin melakukan pendekatan secepat mungkin.
Hari semakin sore, langit tampak mendung. Kinan masih menikmati secangkir kopi panas di dalam ruangan tempat Dimas, Kinan sengaja menunggu kepulangan Bella, ia berniat mengantarkan Bella pulang.
Kinan memperhatikan Bella dari jendela ruangan, gadis pujaannya telah selesai berganti pakaian seragam dengan baju santai miliknya, Kinan buru-buru mengambil dompet dan kunci mobil, berlari kecil menyusul langkah Bella.
"Hai, Bel, aku anterin pulang, ya?" tawar Kinan yang berhasil mensejajarkan langkahnya.
"Loh, kok Kakak masih di sini?" kata Bella sedikit kaget.
"Iya aku sengaja nunggu kamu sampai selesai. Biar aku antar pulang, ya?" kata Kinan mengulangi tawarannya.
"Boleh, deh, Kak. Eh, Mas ...," kata Bella sedikit kaku.
Kinan membukakan pintu mobil untuk Bella, gadis cantik itu sudah duduk di samping kemudi. Wajahnya terlihat kagum menatap mobil mewah milik Kinan.Kinan bergegas masuk ke dalam mobil, memanaskan sebentar dan melaju dengan kecepatan sedang, menuju rumah Bella.
"Mas nggak kerja? Kok sampai segitunya nunggu aku," tanya Bella malu-malu.
Kinan melirik sekilas, hanya tersenyum.
Bella bingung karena Kinan tak menjawab pertanyaannya.
"Mas? ih, ditanya kok diem?" kata Bella sedikit jengkel.
"Aku lagi libur kerja, Bel. Emang Dimas nggak bilang apa-apa ke kamu?" tanya Kinan.
"Pak Dimas itu orangnya cuek, jarang banget ngobrol, sekalinya ngomong pasti tentang kerjaan, Mas," sahut Bella asal.
Kinan terkekeh, "ya sudah biar saja ini menjadi PR kamu, ya!"
"Emang kerja apa, sih, Mas? Ada ya kerjaan yang santai dan bisa libur seenaknya kayak Mas gini?" tanya Bella.
"Ya ada, dong! Ini aku buktinya," kata Kinan seraya menepuk dadanya.
"Sebel, deh. Yaudah aku ngambek!" kata Bella.
"Cantik banget, sih!" puji Kinan sambil melirik Bella sekilas.Wajah Bella memerah, ia salah tingkah. Padahal mereka baru saja 2 hari berkenalan, tapi rasanya sudah mengenal lama. Mereka langsung merasa cocok satu sama lain."Belok kiri, 2 rumah dari gapura, ya, Mas. Itu rumahku," tunjuk Bella.
Kinan menghentikan mobilnya sesuai instruksi Bella.
Kinan bingung karena jalan di sini kecil, rumah Bella tampak sederhana. Tidak ada garasi ataupun lahan parkir yang bisa disinggahi Kinan.
"Aku langsung balik aja, ya? Nggak ada tempat buat parkir, nih. Besok aku jemput pake motor, aja!" kata Kinan sebelum Bella beranjak turun.
"Ada sih, Mas, kalau mau. Di ujung ada lahan kosong, bisa kalo cuma parkir sebentar di sana!" tunjuk Bella ke arah depan.
Beberapa meter dari tempatnya turun.Kinan hanya mengangguk, "jangan lupa makan, ya! Istirahat, biar besok kerjanya fresh.""Siap," kata Bella sembari melambaikan tangan ke arah Kinan.Kinan melajukan mobilnya setelah menurunkan Bella dan berpamitan padanya.
Belum 5 menit, rasa rindu muncul di hati Kinan. Ingin rasanya ia bersama Bella terus-menerus. Kinan benar-benar jatuh cinta pada Bella.
"Assalamualaikum," kata Bella sembari membuka pintu rumahnya.
Rumah sederhana dengan gaya kuno, catnya mulai pudar karena termakan usia, bangunannya pun tampak sedikit usang.
"Waalaikumsalam," sahut Sari, yang merupakan Mama Bella, dari dalam.
Bella bergegas mencium tangan Mamanya dan berlalu menuju kamar.
"Loh, Bel!" Suara Sari mengagetkan Bella.
Bella yang hendak masuk ke dalam kamar mengurungkan niatnya.
"Kenapa, Ma?" tanya Bella.
"Motor kamu mana?" Sari memicingkan mata melihat ke arah luar.
"Astaga!" teriak Bella sembari menepuk jidatnya.
"Mana, Bella!" bentakan Sari semakin menggema.
"Bella lupa, Ma. Ketinggalan di Cafe," ujar Bella dengan wajah tanpa dosa.
"Ya ampun, Bel! Bisa-bisanya pulang nggak bawa motor, terus kamu tadi naik apa? Masih dini udah pikun aja!" Sari naik pitam mendengar penjelasan anaknya.
"Tadi aku dianter temen, Ma. Bella lupa kalau Bella naik motor, kenapa aku tadi iya-iya aja, sih, dianter Mas Kinan!" Bella sibuk merutuki kebodohannya.
"Siapa Mas Kinan?" tatapan Sari menyelidik putri semata wayangnya.
"Temen aku di Cafe," jawab Bella.
"Kaya nggak? Bapaknya kerja apa? Orang mana, terus punya rumah atau mobil nggak?" tanya Sari bertubi-tubi.
"Idih, Mama! Mana Bella tahu, sih, Bella aja baru kenal 2 hari," sungut Bella kesal.
"Baru kenal 2 hari udah mau dianterin pulang, awas kalo kamu kenalan sama cowok yang nggak bener, apalagi miskin!" ketus Sari.
"Apa salahnya, sih? Lagian juga kelihatannya Mas Kinan tajir, mobilnya aja mewah, bagus banget. Enak, ya, ternyata rasanya naik mobil mewah," kata Bella.
"Lanjutkan kalo emang dia tajir, Mama nggak mau, ya, kamu hidup susah!" kata Sari mengingatkan.
"IyaΒ², besok Bella cari tahu, deh. Bibit, bebet, bobotnya Mas Kinan, puas?" ujar Bella menatap tajam ke arah Sari.
"Yang pinter jadi cewek! Kamu itu cantik, jangan mau sama cowok sembarangan, ya udah sana cepet mandi, makan, terus bantu Mama anter catering ke rumah Bu Widya!" perintah Sari kepada putrinya.
Bella mengerucutkan bibir, bergegas menuruti perintah Mamanya.
πππππππππππππGimana, nih, kesayangan Mamak?Masih mau lanjut ?
Setelah salat subuh di Villa miliknya, Kinan bergegas menjemput Bella.Kinan tidak ingin gadis impiannya berangkat sendiri menuju Cafe, sebisa mungkin Kinan akan mengantarkan ke manapun gadis itu pergi.Itukah yang pantas disebut 'bukti cinta?'Tidak ada yang bisa mendeskripsikan dengan benar, apa arti cinta yang sesungguhnya.Kinan memakai kemeja flanel berwarna navy, celana krem dan kets putih. Ia menata rambutnya dengan pomade, untuk hasil yang maksimal.Setelah memastikan penampilannya oke, Kinan mengendarai motor matic keluaran terbaru berwarna hitam, yang sengaja dibelinya kemarin sore. Hanya karena rumah Bella tidak ada lahan parkir untuk mobil, Kinan rela merogoh kocek untuk membeli motor matic.Dengan memakai plat nomer sementara, Kinan membelah jalanan yang tampak asri di pagi hari. Tetesan embun terasa menyejukkan jiwa.Kinan melewati jalanan sembari bersenandung kecil, tak lupa selalu memasang senyum ramah kepa
Pagi-pagi sekali Kinan sudah berangkat. Keyra sukses membuat kakaknya bertekuk lutut untuk pulang detik itu juga. Kinan sangat mencintai Keyra, adik perempuan yang selama ini dilindunginya dengan segenap jiwa dan raga.Kinan memarkirkan mobil ke garasi, begitu ia turun dari mobil, Keyra menghambur ke pelukannya.Hampir empat hari mereka tak bertemu, hal itu membuat Keyra rindu. Karena sebelumnya mereka tak pernah berjauhan seperti ini."Kok betah banget, ya, di sana, tumben?" tanya Keyra manja.Tangannya tak lepas bergelayut manja di lengan sang Kakak."Iya, biasa bisnis," sahut Kinan sembari mengacak pelan rambut Keyra."Yakin bisnis? Kok aku mencium aroma sesuatu, ya?" pancing Keyra menatap tajam ke arah manik mata milik Kinan.Keyra mencari sebuah jawaban."Ih, bocil selalu aja kepo!" Kinan terkekeh, berusaha menutupi debaran di jantungnya yang mulai tak karuan."No, aku tahu banget kamu, loh, Kak!" seru K
Pukul 07.15 WIB, Kinan sudah sampai di rumah Bella. Memang sengaja, ia berangkat selepas salat subuh dari rumah demi memberikan kejutan untuk pujaannya.Kinan ke rumah Bella mengendarai mobil karena tak sempat mampir Villa untuk menggantinya dengan motor. Ia memarkirkan mobilnya di pekarangan kosong, ujung jalan. Seperti kata Bella tempo hari.Setelah memastikan penampilannya oke melalui spion mobil, ia bergegas turun membawa kantong belanja berisi ponsel dan sedikit oleh-oleh khas tempat tinggalnya.Kinan tampak memukau dengan balutan hoodie berwarna hitam, jeans standar dan sneakers berwarna abu-abu. Rambutnya rapi dengan sentuhan pomade andalan.Setelah melihat pagar tak dikunci, Kinan dengan segera masuk ke dalam. Tak sabar menemui Bella. Kinan mengetuk pintu dengan sopan, hingga Sari, Mama Bella, membukakan pintu untuknya."Loh, Kinan, kapan balik? Ayo, sini masuk!" ujar Sari de
Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa hampir sebulan. Kinan disibukkan dengan renovasi Resto, belum lagi urusan bisnis pribadinya. Hal itu membuatnya sering bolak-balik pulang pergi, untung saja jarak Malang dengan kota kelahirannya hanya memerlukan waktu 2 jam jika ditempuh dengan kecepatan normal.Hubungannya dengan Bella pun semakin dekat. Namun, status mereka masih belum jelas untuk saat ini. Tepat pembukaan Resto nanti, Kinan akan menyatakan perasaannya. Meskipun Bella pasti sudah tahu isi hatinya, tapi tidak afdol rasanya jika Kinan belum mengutarakan cintanya. Kinan ingin meresmikan hubungan mereka, ia ingin dunia tahu bahwa Bella hanya miliknya.Hari ini Bella pulang lebih cepat karena Cafe tutup lebih awal. Seperti biasa, jika tanggal muda berbarengan dengan weekend, maka bisa dipastikan Cafe akan ramai pengunjung. Hal itu membuat hidangan di Cafe cepat habis hingga para karyawan bisa pulang lebih cepat p
Semakin cepat waktu bergulir, besok adalah hari yang membahagiakan bagi Sari dan Bella karena opening Restoran akan diadakan cukup meriah."Aduh, Bel ... Mama masih nggak nyangka loh, rasanya kok seperti mimpi," ujar Sari sambil memoleskan night cream racikan Dokter di wajah mulusnya."Sama, aku juga nggak nyangka dapet rejeki bak durian runtuh. Harusnya Mama banyak terima kasih dong ke aku!" Bella menuangkan toner ke dalam kapas lalu mengoleskan ke sekitar leher.Sari mencebik, melirik Bella sekilas dan melanjutkan menepuk wajahnya dengan pelan."Kamu kalo nggak lahir dari rahim Mama juga nggak bakalan beruntung seperti sekarang!" ketus Sari."Idih, perhitungan. Lagian juga Bella nggak minta kok dilahirkan dari rahim Mama. Kenapa juga Bella nggak lahir dari rahim Mama Gigi!" balas Bella tak kalah ketus."Yang ada juga ogah Mama Gigi punya anak kayak kamu!" timpal Sari tak
Sebulan berlalu, Kinan masih sering bolak-balik antara rumah dengan Villa di Malang. Usaha Restoran yang dikelola Mama Sari juga berkembang pesat. Restoran selalu ramai meskipun bukan weekend. Karena makanan yang terkenal enak, juga harga yang tak begitu mahal membuat Restoran itu banyak digemari berbagai kalangan. Dari anak sekolah, remaja kuliahan, perkumpulan ibu-ibu hingga keluarga.Terbukti hanya dengan waktu sebulan saja Sari bisa menambah lima karyawan untuk membantunya.Kini Bella tak lagi menjadi kasir di kafe milik Kinan, tugasnya sekarang menjadi PIC di Restoran. Jika ada waktu senggang, terkadang Bella juga ikut membantu Kinan mengelola kafe. Seperti saat ini, saat Kinan pulang ke rumah orang tuanya, maka Bella harus siap menggantikan Kinan memantau kafe. Hal itu membuatnya semakin akrab dengan Dimas. Karena intensitas waktu dan tuntutan pekerjaan membuat mereka semakin terlihat kompak.Bella tak lagi sungkan kepada Dimas, ia merasa
Cinta ... memang tidak bisa dibuktikan dengan kata-kata. Lalu, dengan apa cinta bisa dibuktikan?Assalamualaikum teman-teman semua, Alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan dan kelancaran rezeki hingga hari ini. Terima kasih kalian sudah menyempatkan menengok dan membaca karya Mamak hasil gabut ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT selalu, Aamiin ya rabbal Al-Amin.Ada pepatah yang mengatakan 'tak kenal maka tak sayang.'Maka dari itu, khusus di bab pertama ini Mamak mau kenalin dulu tokoh-tokoh dalam cerita yang akan menemani kesepian kalian sepanjang hari.Semoga cerita ini berkenan di hati kalian, pesan Mamak hanya satu, yaitu :"Ambil dan tiru sisi positifnya, tinggalkan dan jangan ditiru sisi negatifn
"Mungkin hari ini ... hari esok atau nanti ... berjuta memori yang terpatri dalam hati ini ...." Keyra menyanyi dengan suara khas miliknya, ini hari pertama ia 'sah' menjadi seorang mahasiswi. Langkahnya begitu ceria saat menuruni tangga menuju ke meja makan."Waduh, cakep banget, nih, Adikku yang paling cantik sedunia udah ngalahin Udin," ujar Kinan menggoda Keyra."Ya iya, dong! Keyra, gitu, loh," sahut Keyra seraya mengibaskan rambutnya yang lurus sebahu.Ibu yang melihat keakraban kedua anaknya hanya tersenyum."Nggak nyangka, ya, Key. Padahal tuh, ya, kemarin kamu masih segini, loh, sekarang udah kuliah aja!" kata Kinan menjentikkan jarinya.Keyra mendengkus sebal, "yang bener aja, ya, Kak! Bayi aja lahir udah segede pepaya, masa' aku cuma segini?" ujar Keyra sembari menjentikkan jarinya, mengikuti Kinan.Kinan terkekeh, begit