Share

Bab 76. Kejutan

Author: Jielmom
last update Huling Na-update: 2025-02-06 17:00:28

Aku segera memakai baju kebaya dengan bantuan lampu dari ponsel. Kulihat jam sudah hampir jam 6 malam, lampu taman pasti gelap karena mati lampu. Yang aku pikirkan, apakah Evan sudah mengurus genset? Aku harus mencari Evan sekarang! Jangan sampai Bu Kemala kecewa masalah ini.

“Mbak! Mbak!” Suara Evan mengetuk dari luar.

“Mati lampu, Van?” tanyaku panik.

“Iya, mbak! Dan maaf, aku gak perhatian sama genset. Jadi bahan bakar gensetnya habis,” ucap Evan ikutan panik.

“Astagfirullah! Ya sudah, panggil pak Daman untuk membeli bahan bakar sekarang! Kita undur waktunya 30 menit. Aku akan membicarakan dengan Bu Kemala,” ujarku menenangkan Evan, walau aku sendiri sekarang ikut panik, tapi biar bagaimanapun, aku harus profesional dan tetap bertanggung jawab untuk masalah ini.

“Baik mbak. Ibu Kemala dan pak Calvin sudah menunggu mbak Alea di depan sana. Mbak jalan lewat lorong itu saja, biar bisa langsung ke depan dan gak lewat tamu,” tunjuk Eva
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 77. Kemeriahan Pesta

    Shasha jalan perlahan membawa nampan berisi cake ulang tahun sambil didampingi seorang waiters agar tidak terjatuh.Aku terharu, ingin menangis, tapi aku sadar, make-upnya sendiri aku belum lihat, jadi jangan sampai karena air mata, riasan Madam Gun hilang.“Ini adalah Natasha Putri Syailendra, putri dari Calvin Syailendra!!” Semua orang bertepuk tangan ketika Shasha naik ke atas panggung, dan seseorang membantu membawakan meja kecil untuk menaruh cake ulang tahun.“Apa yang kamu bawa Sha?” tanya Ahmad Raffi menyodorkan mic-nya untuk Shasha.“Aku bawain kue ulang tahun lamaran buat Tante Alea. Aku ingin Tante Alea jadi mama aku,” ucap Shasha dengan polosnya langsung ditepuk tangan penonton dan riuh gelak tawa.“Nah nah nah! Jangan mau di sogok sama anak kecil! Tetapi penuhi keinginan tulus dari anak kecil ini ya kak Alea?” sindir Ahmad Raffi. Aku hanya bisa tersenyum.“Sebelum acara lamaran, kita nyanyi dulu untuk yang berul

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 78. Kena Prank

    “Kamu sudah mau menjadi milikku, Sayang,” kembali pak Calvin berbisik sambil tersenyum.“Astaga, pak, baru calon,” ucapku terkekeh.“Aku sudah nunggu cukup lama loh, dan kita berdua disini, apa kamu gak mau manggil aku dengan ucapan Sayang?” pancing pak Calvin.Sontak wajahku memerah, pak Calvin hanya tersenyum tertawa. “Panggil mas saja kalau masih terasa berat. Aku gak ingin jalan dengan sekretaris atau seorang murid,” ucapnya lirih.“Baiklah. Aku panggil mas Calvin ….”“Terima kasih, Sayang.” Kembali tanganku digenggamnya dan dilepaskan ketika menerima salam dari orang-orang yang memberikan ucapan selamat.“Ayah, ibu, kalian menginap di rumahku kan?” tanyaku ketika ayah dan ibu menyalamiku dan hendak berpamitan untuk pulang.“Rumahmu tidak cukup sayang. Leo sudah memesankan hotel yang cukup dekat dari rumahmu, jadi tenang saja. Yang terpenting, ibu sudah melihat kamu dilamar, buat ibu senang banget. Besok kita ke

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 79. Kedatangan Mas Farhan

    “Sepertinya itu mobil mas Farhan, mas. Aku gak tahu kenapa dia selalu menggangguku. Padahal aku dan dia sudah resmi bercerai,” keluhku pada mas Calvin.“Biar Mas yang hadapi ya?” ucap mas Farhan padaku memberikan solusi.“Ya, Mas.”Mobil mas Calvin parkir di belakang mobil mas Farhan. Aku dan mas Calvin keluar dari mobil untuk menemui mas Farhan.“Dek?” sapa mas Farhan sambil tersenyum, tapi raut wajahnya berubah ketika mas Calvin berada di dekatku dan menggandeng tanganku.“Ada apa mas Farhan kemari?”“Dek? Kamu sudah melupakan aku?” tanyanya lirih.“Kita sudah bercerai, bukan? Tidak ada lagi yang harus aku ingat dari mas Farhan,” jawabku dengan heran.“Kamu sudah mempunyai kekasih yang lain?” tanyanya kembali seolah-olah menginterogasiku dengan pertanyaannya. Sedangkan jawabanku tidak dia hiraukan.“Aku bukan kekasihnya, tapi aku calon suaminya,” ucap mas Calvin dengan tegas.Raut muka m

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 80. Akhir Yang Manis

    Aku dan Mas Calvin kembali duduk saling berhadapan. Mas Calvin mulai bercerita mengapa dia bercerai dengan Putri, ibu dari Shasha. “Aku dan Putri menikah 4 tahun yang lalu. Awalnya, pernikahan kami bahagia, hingga Putri berubah sejak bertemu kembali dengan mantan kekasihnya. Selama hamil Shasha, dia tidak mau disentuh. Semula aku anggap wajar karena kehamilannya, membuat dia sensitif. Namun, setelah 3 bulan Shasha lahir, dia pergi begitu saja meninggalkan aku dan Shasha tanpa pemberitahuan apapun. Hingga aku mengetahui, Putri berada di luar negeri bersama mantan kekasihnya itu, Bayu, yang kemudian baru aku ketahui, mereka menjalin hubungan kembali.” “Kepulangannya ke Indonesia, Putri menginginkan perceraian. Tentu saja tidak aku biarkan. Bagaimanapun juga Shasha butuh seorang ibu. Namun Putri tetap bersikeras untuk bercerai, meminta harta Gono gini dan meninggalkan Shasha untuk tetap diasuh padaku. Setahun berlangsung, dia menginginkan Shasha

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 81. Pernikahan

    Musik romantis mengalun merdu dari seorang penyanyi terkenal Ressa dipanggung kecil dengan diiringi gitar. Aku dan mas Calvin duduk di pelaminan sesekali ditemani oleh Shasha yang ikut bahagia aku bisa menjadi mamanya. Sejak selesai di rias Madam Gun, tak henti-hentinya dia memanggilku dengan sebutan mama, dan sekarang aku mulai terbiasa dengan panggilan itu. Tamu yang datang hanya orang-orang yang terdekat saja seperti dari keluarga, saudara, dan sahabat. Keluarga Evan pun datang karena dia salah satu sepupuku yang paling dekat. Leo memboyong keluarga dan ayah ibu, serta mbok Surti untuk menghadiri pernikahanku. Aku bahagia mereka hadir di moment-moment indah ini. Aku dan mas Calvin sepakat untuk tidak membuat resepsi pernikahan. Setelah ijab kabul, kami langsung melanjutkannya dengan makan siang bersama, Wedding Intimate. Hampir semua yang hadir memakai dresscode putih-putih. Sehingga membuat baju pernikahan kami yang bersentuhan warna silver menjadi

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 82. Honeymoon

    “Ma, Shasha pengen lihat ma!” ujar Shasha ketika mas Calvin berbisik padaku. “Shasha sudah makannya? Yuk kita tidur?” ajak mas Calvin. “Shasha pengen lihat, pah! Shasha gak mau tidur!” teriak Shasha dengan lantang. “Tapi itu bukan buat Shasha. Itu buat mama Alea,” ucap mas Calvin. “Kita bobo aja yuk?” ajak mas Calvin kembali. “Shasha mau bobo sama mama Alea! Gak mau sama papa!” “Ya sudah nanti kita bobo bertiga yuk? Kan mama Alea udah jadi mama buat Shasha sama buat papa juga,” bujuk mas Calvin sambil menggendong Shasha menuju ranjang yang besar. Aku mengikuti mas Calvin dan naik di atas ranjangnya yang besar. Duduk bersandar dengan menaruh bantal di belakang punggung. Shasha jangankan tidur, yang ada loncat-loncat kegirangan di atas ranjang yang empuk. Diajak tidur pun susah. Energinya seperti baru terkumpul. Mungkin karena sepanjang perjalanan tidur, jadi jam segini masih segar.

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 83. Malam Pertama

    Pintu terbuka dan Shasha sambil cemberut berdiri didepan pintu. “Mama sama papa ngapain di dalam? Mama mandi lagi?” tanyanya penasaran karena aku memakai bathrobe. “Aduh! Kenapa harus pakai bathrobe? Shasha jadi curiga. Kenapa gak pake kaos aja lagi?” gumamku, bingung menjawab pertanyaan Shasha. “Shasha ngantuk? Papa gendong ke kasur yuk? Tadi papa bantu mama Alea pijat, kasihan kecapekan. Belum biasa gendong Shasha terus. Shasha sudah besar jangan sering-sering minta gendong mama Alea ya?” “Shasha berat ya, Ma?” Shasha balik bertanya, aku hanya mengangguk dan tersenyum. “Nanti Shasha jalan sendiri ya ma?” “Makasih, Sayang,” ucapku senang. “Dah yuk bobo. Matiin tv-nya yah!” Mas Calvin meletakkan Shasha dan mencari remote untuk mematikan televisinya. “Pap

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 84 Tamu dari Masa Lalu

    Aku biarkan pesan Evan hingga pagi hari. Aku tidak ingin masalah sepele mengganggu waktu bulan maduku bersama mas Calvin dan Shasha. Setelah sarapan dan jalan-jalan ke pantai, mas Calvin membantu Shasha membuat rumah-rumahan dari pasir. Aku sendiri mengabadikan momen kebersamaan mereka dalam foto candid.Pesan notifikasi yang sempat aku abaikan, aku buka, “Mba Alea! Sorry ganggu malam-malam, pas lagi bulan madu lagi. Tadi di restoran ada yang cari mbak Alea, namanya chef Hengki. Mba Alea kenal? Dia tanya-tanya soal mbak Alea dan gak percaya kalau mba Alea sudah nikah. Hm, sebenarnya memang acara nikah mbak Alea ini hanya undangan terbatas jadi banyak yang gak tahu. Apalagi ini kan pernikahan yang kedua. Aku cuma pengen tahu, apakah chef Hengki boleh minta nomor mbak Alea?” tanyanya.“Chef Hengki?” Aku mengingat-ingat apakah dia kakak kelas waktu aku belajar di Paris? Memang sih kenalnya gak terlalu lama karena hanya beberapa bulan. Dia harus ke Jepang karena ingin

    Huling Na-update : 2025-02-11

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 116. Akhir Sebuah Kisah

    Aku duduk di ruanganku di restoran sambil menggulir layar ponsel. Berita tentang penangkapan Joko Supriono terus muncul di berbagai platform berita online. Ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, dan aku bisa membayangkan betapa kacaunya situasi di pihak Erika dan keluarganya saat ini. Evan baru saja kembali dari honeymoon-nya di Bali. Begitu masuk ke restoran, dia tampak lebih segar dengan senyum santainya yang khas. Aku melihatnya melangkah ke arahku sambil melepaskan kacamata hitam yang masih menggantung di wajahnya. "Hei, bos! Aku kembali," katanya dengan nada riang. "Kau merindukanku?" Aku tersenyum kecil dan mengangkat alis. "Kau hanya pergi seminggu, Evan." "Tapi tetap saja, restoran tanpa aku pasti terasa sepi, kan?" Dia tertawa, lalu menarik kursi di depanku. Namun, senyumnya sedikit memudar saat melihat aku masih sibuk menatap layar ponsel. "Kau kenapa sih? Dari tadi main ponsel terus," tany

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 115 Kisah Yang Berulang

    Aku menggeleng, mencoba tetap tenang. “Tunggu sebentar, Ratih. Maksudmu, Mas Calvin sudah tahu semua ini sejak awal?” Ratih menatapku dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat ada sedikit ketegangan di sana. “Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi beberapa waktu lalu, suamimu menemui Mas Farhan dan menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang dikelola mbak Erika sebenarnya mendapat suntikan dana dari seseorang yang mencurigakan. Mas Farhan tidak percaya pada awalnya, tapi setelah diselidiki lebih jauh, ternyata perusahaan Erika hampir bangkrut dan di saat itulah nama mas Joko muncul.” Aku menahan napas. “Jadi, Joko yang menyelamatkan perusahaan Erika?” Ratih mengangguk. “Iya. Dan Mbak tahu sendiri siapa mas Joko, bukan?” Tubuhku membeku. Joko bukan orang baik. Aku tahu itu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan Mas Calvin dalam semua ini. Kenapa dia menyelidikinya? “Mbak Alea,” panggil Ratih pelan,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 114. Hilangnya Joko Supriono

    Aku menghela napas sebelum mengangkatnya."Ada apa?" tanyaku datar."Apa yang kamu lakukan kepada Erika, Alea?!" suara Farhan terdengar penuh amarah di seberang sana.Aku mengernyit. "Apa maksud Mas Farhan?""Erika masuk rumah sakit! Dia tiba-tiba stres dan pingsan! Dia bilang ini semua gara-gara kamu!"Aku menggeleng tak percaya. "Dengar, Mas. Aku bahkan tidak bertemu Erika hari ini. Kalau dia merasa bersalah atau tertekan, itu urusannya, bukan salahku.""Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu selalu iri dengan kebahagiaan kami, kan?! Makanya kamu sengaja membuat kekacauan!"Aku tertawa sinis. "Kebahagiaan? Mas serius? Dari awal, aku tidak pernah peduli dengan hubungan kalian. Aku sudah lama melupakan semuanya. Jadi kalau Erika merasa bersalah atau takut rahasianya terbongkar, itu bukan urusanku!""Kamu keterlaluan, Alea!" bentaknya lagi.Aku mendengus. "Mas, aku sudah cukup lelah dengan drama kalian. Kalau

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 113. Gara-Gara Joko

    Setelah pertemuan tak terduga dengan Ibu Aminah, aku menghela napas panjang, mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting bagiku lagi. Fokus utamaku saat ini adalah restoran. Aku segera melanjutkan keperluanku di pasar, bertemu dengan beberapa supplier yang selama ini bekerja sama dengan restoranku. Karena Evan sedang cuti menikah, akulah yang harus memastikan semua bahan baku tetap tersedia dengan kualitas terbaik. “Bu Ningsih, seperti biasa, saya pesan ayam fillet dan daging sapi kualitas premium, ya. Kirim ke restoran sore ini.” Bu Ningsih, seorang pemasok daging yang sudah lama bekerja sama denganku, mengangguk sambil mencatat pesananku. “Siap, Mbak Alea. Stok lagi bagus, jadi tenang saja.” Aku melanjutkan ke lapak sayuran, memastikan semua bahan segar yang aku butuhkan tersedia. Setelah semua pesanan sudah diatur, aku mengec

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 112. Di Pasar

    Aku mengerutkan kening dan menatap karyawan yang berbisik padaku. “Tamu?” tanyaku, memastikan aku tidak salah dengar.Karyawan itu mengangguk. “Ya, seorang pria bernama Joko Supriono. Dia bilang ingin bertemu dengan Mbak Alea secara langsung.”Jantungku berdegup lebih cepat. Nama itu bukanlah nama yang ingin kudengar di malam spesial ini. Dengan perasaan waspada, aku melangkah ke arah pintu masuk restoran.Begitu aku keluar, di sana dia berdiri. Joko Supriono, pria paruh baya dengan perut buncit dan senyum yang selalu terasa menjijikkan di mataku. Dia mengenakan kemeja mewah yang sedikit terbuka di bagian atas, seolah ingin menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.“Lama tidak bertemu, Alea,” ucapnya dengan nada yang terdengar akrab, seolah kami adalah teman lama.Aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang. “Pak Joko, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanyaku dengan nada datar.Dia terkekeh kecil, melirik ke sekelil

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 111. Lamaran Jadi Nikahan

    Semua orang masih larut dalam kebahagiaan setelah Nadine menerima lamaran Evan. Aku tersenyum puas melihat mereka saling menggenggam tangan dengan mata berbinar. Tapi, kejutan sesungguhnya baru akan dimulai.Aku melirik ke arah mas Calvin yang duduk di sebelahku sambil memangku Shasha. Dia mengangguk kecil, tanda bahwa semuanya sudah siap. Aku pun berdiri dan mengambil mikrofon.“Terima kasih untuk semua yang sudah datang dan menyaksikan lamaran Evan dan Nadine malam ini,” ujarku dengan suara mantap. “Tapi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”Semua mata kini tertuju padaku, termasuk Evan yang menatapku dengan alis berkerut. Aku menarik napas dan melanjutkan, “Setelah berdiskusi dengan keluarga Nadine dan Evan, kami memutuskan untuk mengubah acara malam ini… dari sekadar lamaran menjadi akad nikah.”Ruangan mendadak hening. Aku bisa melihat wajah Evan langsung menegang, matanya melebar karena terkejut. Sementara Nadine, meski tampak terkejut, ti

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 110. Lamaran

    Aku duduk merenung di dalam ruanganku sendiri. Bagaimana bisa Erika bersama dengan si Joko? Apa yang terjadi dengan mas Farhan? Kenapa sampai Erika mengancam untuk tidak memberitahukan kepada mas Farhan? Apakah itu artinya Erika ada main dengan si Joko? Lalu bagaimana nasib dengan Ratih? Ah… semakin dipikir membuatku semakin penasaran, tapi aku tidak ingin terlibat langsung dalam urusan rumah tangga mereka. Bukankah aku harus fokus dengan kehamilanku? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Rasanya menyakitkan jika aku harus mengalami keguguran lagi karena terlibat urusan dengan keluarga mas Farhan. “Ya! Masa bodoh dengan keluarga orang lain! Masih banyak hal yang aku harus pikirkan!” Aku mensugesti diri sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam urusan orang lain. *** Beberapa hari berlalu, dan pikiranku tentang Erika serta si Joko perlahan mulai terkubur oleh kesibukan sehari-hari. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di re

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 109. Erika dan Joko Supriono

    Aku berdiri kaku, menatap Erika yang jelas sama terkejutnya denganku. Namun, tatapan Erika tetap dingin seperti biasanya. Wanita itu berdiri dengan perut besarnya, tetap angkuh seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. Tapi yang membuatku jauh lebih terkejut adalah sosok pria yang berdiri di sampingnya. Joko Supriono. Pria yang selama ini ingin aku hindari... mimpi buruk di masa laluku. Mas Calvin melangkah setengah langkah ke depan, berdiri di depanku seolah menjadi pelindung. Aku bisa merasakan ketegangan di tubuhnya, apalagi saat si Joko menyunggingkan senyum licik yang sangat aku kenal. "Alea... lama tidak bertemu." Suaranya membuat bulu kudukku meremang. Aku menguatkan diri, menatap tajam tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kamu... kenapa ada di sini?" suaraku terdengar bergetar, tapi aku berusaha tetap tegar. Joko melirik Erika dengan senyum samar. "Aku

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 108. Membahas Lamaran

    "Mas, Evan minta kita bantu buat nyiapin lamarannya, kamu ada ide?" tanyaku sambil melirik mas Calvin yang fokus menyetir.Suamiku menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis."Evan minta bantuan kamu... atau kita?" godanya.Aku mendengus pelan, melipat tangan di dada pura-pura kesal."Ya jelas kita lah, Mas! Masa aku sendiri? Kamu kan jago soal beginian."Mas Calvin terkekeh, tapi aku tahu dia memang senang jika dilibatkan."Hmm..." gumamnya sambil mengetuk-ngetuk setir, seolah berpikir."Kita bisa buat acara kecil di restoran kamu. Gak usah mewah, yang penting intimate dan berkesan."Mataku langsung berbinar, ide itu terdengar sempurna."Kayaknya Nadine tipe yang gak suka hal-hal berlebihan, ya?"Mas Calvin mengangguk kecil."Iya... dan Evan pasti pengen suasana yang sederhana tapi bermakna."Aku tersenyum, membayangkan wajah Evan yang pasti akan gugup di hari lamarannya.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status