Beranda / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 39. Niatan Poligami

Share

Bab 39. Niatan Poligami

Penulis: Jielmom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 10:00:33

“Tidak usah menolongku,” ucapku sambil berdiri.

“Aku tidak ingin menceraikanmu, Alea. Mas masih cinta. Mas hanya membantu Erika untuk menemani disaat-saat sulit ini,” ucapnya.

“Oh, ini namanya cinta, mas? Cinta tapi menyakitiku? Cinta apa yang kamu berikan kepadaku?” tantangku.

“Alea, bukankah agama kita mengijinkan untuk berpoligami? Mas janji, kalau mas akan berlaku adil kepada kalian,” ucap mas Farhan sebagai bentuk solusi dia menawarkan poligami. Enak sekali, setelah berselingkuh, tiba-tiba saja solusinya dengan berpoligami.

“Jika prinsip mas seperti itu, aku tidak melarang–.”

“Benar, Dek?” tanyanya lagi dengan menyematkan panggilan Dek kepadaku dan menggenggam tanganku dan tersenyum tidak percaya.

“Tapi maaf, itu bukan prinsipku. Kita akan bertemu di pengadilan, mas!’ ujarku sambil melangkahkan kakiku keluar.

“Dek!!” panggil mas Farhan.

“Mas!” Aku mendengar suara Erika mencegah Farhan untuk keluar rumah.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 40. Keluar Dari Rumah

    Evan keluar dari mobil sambil tersenyum karena ada mas Farhan di muka pintu.“Masuk, Van! Buka pintu bagasi dan antar mbak sekarang juga!”“Eh? I, iya mbak!” Evan yang tadinya mau berbasa basi ngobrol dengan mas Farhan, melihatku menangis dan memerintah, ada perasaan tidak enak terlihat di matanya. Segera saja dia diam dan membantuku menaruh koper.Mungkin terlihat aneh bagi mas Farhan yang tiba-tiba ada mobil yang lebih mahal dari miliknya menjemput aku. Aku sendiri duduk di depan, samping pengemudi. Sedangkan Evan yang membantu mengangkut barang-barang milikku ke bagasi.“Dek, ini mobil siapa?” tanya mas Farhan.“Emangnya kenapa mas?”Mata mas Farhan sekilas memandang ke dalam. “Ini taksi online kan? Kok bisa mobil semahal ini dijadiin taksi?”“Ini bukan taksi online mas. Ini mobil punya mbak Alea!” Celetuk Evan dari kursi kemudi.“Apa?”“Jalan, Van!” perintahku.Segera saja Evan melajukan mo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 41. Bertemu Dengan Dokter

    Bisa-bisanya mas Farhan telepon ayahku dan mengatakan bahwa aku kabur dari rumah.“Aku gak kabur, yah ….”“Lalu? Farhan bilang, kamu kabur dari rumah bersama dengan seorang pria. Katanya kamu selingkuh darinya. Apa benar, Alea?! Ayah malu punya anak kaya kamu, Alea, jika kamu benar-benar berselingkuh dari Farhan! Ayah tadinya terbawa pikiran Leo, menganggap kalau Farhan itu anak yang tidak baik! Tapi nyatanya anak ayah sendiri yang berselingkuh!”“Astaghfirullah, yah … mas Farhan fitnah, yah! Dia bahkan sudah menikah lagi, yah!” ucapku sambil bercucuran air mata.“Apa?”“Apa ayah sudah tidak percaya lagi dengan putri ayah?”“Sebaiknya kamu pulang, Alea. Jelaskan pada kami ….”“Baik, ayah. Hari ini juga Alea pulang ke Solo,” isakku. Kututup ponselnya dan melihat Evan yang turut bersedih mendengarku bercakap-cakap dengan ayahku.“Jahat banget sih mas Farhan? Tapi memang sebaiknya mbak Alea pulang ke Solo, sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 42. Kembali ke Rumah

    “Loh? Anda wanita bersuami, bukan?” tanya dokter Setiawan. “Untuk mengecek kebenarannya, saya bawa tespek, silahkan untuk dicoba.”“Eh, iya, Dok. Saya kaget karena hamil, sedangkan saya harus naik pesawat. Saya takut terjadi sesuatu dengan janin saya nanti,” kilahku sambil menerima kemasan plastik pipih panjang yang berisi tespek.“Oh begitu, saya ada vitamin yang saya bawa, tapi saya akan buatkan resep untuk diminum. Usahakan makan agar ada asupan gizi, baru minum vitaminnya. Nanti setelah tiba, segera ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, yah?”“Baik, Dok,” jawabku.Dokter Setiawan berpamitan terlebih dahulu karena pesawatnya akan lepas landas. Aku memegang tespek yang diberikan dokter tapi ragu untuk memakainya. “Apakah aku benar-benar hamil?”Aku berjalan kembali ke meja dan mau tidak mau, aku menghabiskan makanannya sebelum aku ke toilet. Yang aku pikirkan sekarang, jangan sampai karena keputusan yang aku buat, aku harus me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 43. Surga Yang Kuplih

    “Kamu hamil, Alea?” tanya ibu memastikan pertanyaannya.“Iya Bu, aku pun baru tahu ketika perjalanan kemari. Aku bertemu dengan dokter kandungan di Bandara, kebetulan aku mual ketika hendak makan. Aku pikir karena seharian aku belum makan, membuat asam lambungku naik. Namun setelah di tespek, hasilnya positif. Aku hamil, Bu.”Ibu terlihat terkejut, memegang tangan ayah yang ada di sampingnya. Aku tahu, sama halnya dengan ibu. Keputusan ini sangat sulit aku buat. Bercerai berarti aku harus menanggung hidup aku dan anakku sendirian, jika aku tetap bersama dengan mas Farhan, ada seorang bapak bagi anakku, tetapi aku harus mau menerima mas Farhan dengan istri barunya.“Apa yang kamu cari, Alea?” tanya ayah dengan kening yang berkerut. Aku tahu. Dia sedang memikirkan juga nasib kelak jika aku melahirkan nanti.“Ayah, tidak ada lagi yang harus aku kejar dan aku cari. Aku sudah mendapatkan apa yang aku mau. Aku sudah mendapatkan keluarga yang hangat di r

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 44. Kedai Ayah

    Kak Leo hanya menghembuskan napasnya. “Ceritanya panjang, nanti akan kakak ceritakan setelah pulang kerja, ya? Sekarang aku harus cepat sudah mau telat,” ucapnya sambil melihat pada jam tangannya.“Hm, baiklah. Jangan lupa nanti pulang kerja kemari lagi.” Aku agak sedikit kecewa, tapi pekerjaan kak Leo lebih penting bukan? Jadi rasa penasaran ini aku tunggu hingga sore.“Ayah juga mau berangkat, Bu,” pamit ayah.“Boleh aku ikut, yah?” tanyaku.“Hm, ikutlah!” Ayahku membuka usaha kuliner di sebuah lokasi yang cukup ramai, di pasar besar di kota Solo ini. Walau tempatnya di pasar, tapi orang-orang antri karena sudah dianggap sebagai legend. Ayahku membuka steak dan menu western dengan harga yang terjangkau. Pernah sekali waktu aku dan kak Leo sepakat untuk memindahkan usaha ayah ke sebuah ruko agar terlihat eksklusif, tapi ayah tidak mau. Dia bertahan disini karena para pelanggannya sudah familiar dengan tempatnya.Lokasi ste

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 45. Sebuah Tantangan

    “Apa yang kak Leo tahu tentang mas Farhan?” tanyaku ketika aku duduk di kursi teras rumah. Kak Leo sendiri menutup pintu agar tidak diganggu.“Beberapa tahun yang lalu, aku mempunyai teman SMA yang melanjutkan kuliah dan bekerja di Jakarta. Saat itu aku sedang merintis usaha export import, dan ada klien yang mengundangku untuk datang ke Jakarta. Aku tidak mempunyai kenalan siapa-siapa di Jakarta dan aku mengajak temanku ini untuk menemaniku bertemu dengan klien. Akhirnya kami pergi ke suatu tempat dan tempat itu ternyata sebuah club. Orang-orang terbiasa membuat sebuah deal di club dan diakhiri dengan jamuan wanita. Kamu tahu, kan maksudnya? Untuk aku yang hanya seorang anak daerah, buat aku shock. Dan terus terang, itu membuatku muak dan aku membatalkan kerjasama itu. Tentu saja klienku merasa terhina karena aku menolak dan membatalkan kerjasama itu. Karena aku menolak, ada seseorang yang mendengar pembicaraan kami dan dengan gaya marketing yang meyakinkan, dan karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 46. Kembali Ke Jakarta

    Pagi hari, aku bangun lebih awal untuk membuat sarapan sekeluarga. Aku sudah memesan tiket pesawat di sore hari. Sekarang waktunya aku untuk menghabiskan waktu yang berharga ini untuk berkumpul dengan ayah dan ibu.“Sayang? Pagi-pagi sudah bangun?” tanya ibu.“Iya, Bu. Alea buat sarapan buat kita. Nanti sore, Alea mau kembali ke Jakarta.”“Apa? Kamu mau pulang sekarang, Nak? Cepat sekali?” tanya ibu dengan rasa kecewa.Aku mematikan semua kompor karena sudah selesai memasak. Aku taruh ke dalam wadah dan menaruhnya di atas meja. Hari ini aku membuat sup untuk sekeluarga.Aku duduk di hadapan ibuku yang tampak mulai sedih hendak aku tinggalkan.“Bu, kemarin sore aku cerita panjang lebar dengan kak Leo. Ada banyak hal yang aku baru tahu mengenai mas Farhan dari kak Leo. Setelah menimbang-nimbang, aku harus bertahan dengan mas Farhan sebelum aku bercerai. Aku ingin hak anakku dipenuhi oleh mas Farhan. Dia harus bertanggung jawab. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 47. Hitung-Hitungan

    “Eh, pak Calvin? Ada disini juga? Shasha mana?” tanyaku kikuk karena ditanya oleh pak Calvin.“Aku memang bekerja disini, bantu ibuku.”“Oh, aku baru ingat, Evan pernah ngomong kalau Bu Kemala pengusaha furniture. Aku gak menyangka kalau toko ini punya keluarga pak Calvin.”Pak Calvin hanya tersenyum melihat aku yang salah tingkah. Rasanya canggung ngobrol hanya berdua, biasanya ada Natasha, putrinya.“Oh yah, apakah si tua bangka itu masih mengganggumu?”“Hehe, gak Pak, dia tidak menggangguku, aku tidak pernah lihat dan jangan sampai aku melihatnya lagi.”Pak Calvin mengangguk-angguk. “Oh yah, mau mencari apa? Mau aku bantu? Kebetulan hari ini ibu lagi ada acara di rumah adikku yang baru nikah, jadi aku yang kontrol toko.“Eh, jadi gak enak nih pak, aku lagi cari beberapa furniture untuk rumah baruku–.”“Oh, gak enak kalo ditemani? Ng, maaf, aku tidak bermaksud … ng, kamu sendirian ….”Aku sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 106. Putri Lagi

    Tanganku gemetar saat mengetik balasan. Aku tahu, kalau aku diam saja, maka Putri akan memutarbalikkan segalanya.“Aku di kafe, barusan bertemu Chef Hengki. Dia pamit mau pindah ke Jepang.”Tidak sampai satu menit, mas Calvin langsung membalas.“Kenapa nggak kasih tahu aku dari awal? Kenapa kamu nggak bilang mau ketemu dia?”Aku menggigit bibir. Memang aku salah karena tidak bilang sebelumnya. Tapi aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu Chef Hengki hari ini.“Aku juga nggak rencana ketemu, dia tiba-tiba hubungi aku dan ingin pamit…”Pesan mas Calvin tidak langsung dibalas. Hatiku semakin gelisah. Aku menatap layar, menunggu hingga akhirnya ponselku bergetar.“Oke, aku percaya kamu. Pulang sekarang, jangan berlama-lama di luar.”Aku menarik napas lega.Ya Tuhan... aku bersyukur Calvin masih mempercayaiku.Aku berusaha menenangkan diriku setelah membalas pesan Calvin. Baru saja aku hendak berdir

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 105. Pertemuan Terakhir

    Setelah beberapa detik hening, Evan akhirnya berkata, "Kalau itu keputusanmu, semoga beruntung."Nada suaranya datar. Aku bisa merasakan ada sesuatu yang ditahannya, tapi Amanda terlalu tenggelam dalam obsesinya untuk menyadarinya."Terima kasih, Evan! Aku janji akan menghubungi kalian setelah sampai di sana!" katanya dengan senyum lebar, lalu melambaikan tangan dan keluar ruangan.Aku hanya bisa membalas senyumnya samar. Di dalam hatiku, aku tahu ini bukan keputusan yang baik. Tapi ini hidup Amanda, dan aku tidak bisa menghentikannya.Aku baru saja selesai berbincang dengan Evan ketika ponselku bergetar di dalam saku. Aku mengambilnya dan melihat nama yang muncul di layar—Chef Hengki.Alisku berkerut. Kenapa dia menghubungiku? Dengan ragu, aku membuka pesan darinya.“Alea, aku ingin bertemu. Bisa kita bicara berdua?”Aku menelan ludah. Setelah semua yang terjadi, aku tidak menyangka dia masih ingin bertemu denganku.

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 104. Kedatangan Amanda

    Evan menarik napas dalam, lalu berkata, "Restoran baru Chef Hengki yang rencananya akan buka sebentar lagi… tiba-tiba akan dijual.”Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Evan."Restoran Chef Hengki akan dijual?" tanyaku, berusaha memastikan aku tidak salah dengar.Evan mengangguk. "Iya, padahal restorannya belum sempat dibuka."Aku menarik napas dalam. Aku tidak ingin lagi ada urusan dengan Chef Hengki, terutama setelah masalah Amanda. Aku sudah bertekad untuk menjauh darinya."Kenapa kamu memberitahuku soal ini?" tanyaku akhirnya.Evan menatapku sejenak sebelum menjawab. "Karena ini kesempatan besar, mbak Alea. Restoran itu lokasinya strategis, dan konsepnya sudah matang. Aku tahu kamu dan mas Calvin punya visi besar untuk bisnis kuliner kalian."Aku menggeleng cepat. "Aku tidak tertarik. Aku tidak ingin terlibat dalam urusan Chef Hengki lagi."Evan tampak terkejut dengan reaksiku. "Tapi ini soal bisnis, buka

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 103. Olahraga

    Shasha berdiri di ambang pintu dengan boneka favoritnya di tangan, matanya berbinar penuh semangat."Sayang, sudah larut malam. Kenapa tiba-tiba mau tidur di sini?" tanyaku, mencoba menenangkan diri."Shasha mau tidur sama adik! Kan adik masih di perut Mama, jadi Shasha harus jagain adik dari sekarang!" katanya polos.Aku dan Calvin saling berpandangan. Aku melihat Calvin berusaha menahan senyum geli."Tapi, sayang, adik masih kecil sekali di dalam perut Mama. Dia belum bisa merasakan kalau kamu tidur di sini," ucap mas Calvin lembut, membujuknya."Tapi Shasha mau nemenin! Kalau nggak, adik kesepian," protesnya, mengerucutkan bibirnya.Aku tertawa kecil dan mengusap rambutnya dengan lembut. "Baiklah, kalau begitu, malam ini kamu bisa tidur di sini."Shasha langsung tersenyum lebar, lalu berbaring di tengah-tengah kami sambil memeluk bonekanya erat-erat. Tapi sebelum dia memejamkan mata,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 102 Kehebohan di Malam Hari

    Aku bisa merasakan detak jantungku semakin cepat. Mas Calvin menggenggam tanganku dan tersenyum, lalu berkata dengan suara mantap, “Mama, Alea hamil.” Sejenak, tidak ada suara di seberang sana. Lalu, terdengar helaan napas kaget, disusul suara penuh kebahagiaan. “Benarkah? Ya Tuhan, Calvin! Mama senang sekali!” Aku bisa mendengar suara Mama Calvin yang jelas-jelas penuh dengan emosi bahagia. “Alea sayang, selamat ya, Nak! Kamu baik-baik saja? Kamu sehat?” tanyanya padaku. Aku tersenyum dan menjawab, “Iya, Ma. Aku baik-baik saja, hanya sedikit mual-mual.” “Itu wajar, Sayang. Mama senang sekali akhirnya keluarga kecil kalian bertambah. Mama harus segera ke sana! Aku ingin melihat kalian!” Aku melirik mas Calvin, meminta pendapatnya. Dia hanya mengangkat bahu dan tersenyum. “Tentu, Ma. Kami juga ingin Mama di sini.” “Kalau begitu, Mama akan segera mengatur jadwal. Kalian jaga diri baik-baik, terut

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 101 Berita Penting

    Tak lama kemudian, mas Calvin kembali dengan sebuah kantong plastik kecil di tangannya. Ia tampak sedikit kehabisan napas, seolah berlari agar bisa cepat kembali ke sisiku. "Aku sudah beli," katanya, menyerahkan test pack kepadaku. Aku mengambilnya dengan tangan sedikit gemetar. Mas Calvin langsung duduk di sampingku, menggenggam jemariku erat. "Aku temani, ya?" tanyanya lembut. Aku mengangguk pelan. "Oke." Dengan langkah hati-hati, aku menuju kamar mandi. Mas Calvin menunggu di depan pintu, sesekali mengetuk pelan untuk memastikan aku baik-baik saja. Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, aku keluar dengan test pack di tanganku. Kami duduk di tepi ranjang bersama, menunggu hasilnya. Calvin menggenggam tanganku erat, jempolnya mengusap punggung tanganku dengan lembut. "Apa pun hasilnya, aku ada di sini," bisiknya. Hatiku berdebar kencang. Aku menatap test pack itu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 100. Sakit

    Saat mobil mas Calvin berhenti di depan restoran, aku menghembuskan napas lega. Aku terlalu lelah untuk berdiri, jadi aku hanya menunggu di bangku lobi sampai mas Calvin turun dan menghampiriku.Begitu melihatku, ekspresi mas Calvin langsung berubah. Matanya menatapku penuh kecemasan, lalu dia berjongkok di hadapanku. “Sayang, kamu kenapa? Mukamu pucat.”Aku mencoba tersenyum tipis. “Aku nggak enak badan, kepala pusing, terus mual.”Mas Calvin langsung menggenggam tanganku, hangat dan menenangkan. “Ayo kita pulang. Kamu harus istirahat.” Dia membantu aku berdiri, tangannya melingkari pinggangku untuk memastikan aku tidak jatuh.Aku bersandar padanya, membiarkan mas Calvin membimbingku menuju mobil. Aku bisa merasakan betapa khawatirnya dia, apalagi saat aku sempat terhuyung sedikit sebelum masuk ke dalam mobil.Begitu kami duduk di dalam, mas Calvin menatapku serius. “Kita ke dokter dulu, ya?”Aku menggeleng lemah. “Nggak usah, a

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 99. Dilabrak Amanda

    "Tapi sebelum kau melakukannya, pikirkan baik-baik. Aku bisa membongkar semua kelakuan kotormu. Termasuk hubunganmu dengan Amanda."Sekilas, aku melihat ekspresi chef Hengki berubah. Sesaat dia tampak terkejut, tapi dengan cepat dia kembali tersenyum licik. "Amanda? Kenapa kau membawa-bawa dia? Itu urusan pribadiku."Mas Calvin tersenyum miring. "Urusan pribadimu? Seorang pria dewasa meniduri wanita yang masih muda, lalu membiarkannya berpikir bahwa itu cinta? Kau yakin ingin membawa ini ke ranah hukum?"“Hei! Kita melakukannya atas dasar suka sama suka! Tidak ada paksaan! Kita sudah sama-sama dewasa!” Aku melihat chef Calvin menggertakkan giginya. Dia jelas tidak menyangka chef Hengki akan membalas seperti itu.Mas Calvin tidak menanggapi lagi. Dia hanya menarik tanganku dan membukakan pintu mobil untukku. "Ayo pulang," bisiknya lembut.Aku menurut, masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Saat mas Calvin menyalakan mesin dan mu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 98 Bertemu dengan Chef Hengki

    “Baiklah,” katanya tegas. “Aku akan menemuimu di restoran setelah jam operasional selesai. Kita hadapi dia bersama.”Aku menutup mata, merasa lega karena mas Calvin mau menemani. “Terima kasih, Mas. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu.”“Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian, Alea,” katanya lembut. “Kita akan menyelesaikan ini bersama.”Aku tersenyum tipis meskipun perasaan gelisah masih menggelayut di hatiku.***Saat jam operasional restoran berakhir, aku masih berdiri di dapur, menatap kosong ke arah meja stainless steel di depanku. Tanganku menggenggam erat kain lap yang sedari tadi kugunakan untuk menyibukkan diri, tetapi pikiranku melayang entah ke mana.Perasaanku tidak tenang. Rasa gelisah semakin kuat seiring waktu berjalan. Bahkan saat restoran mulai sepi dan para staf mulai pulang satu per satu, aku tetap merasa ada sesuatu yang tidak beres.“Mbak Alea, aku pulang dulu, ya,” suara Eva

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status