Share

Bab 44. Kedai Ayah

Author: Jielmom
last update Last Updated: 2025-01-21 17:00:45

Kak Leo hanya menghembuskan napasnya. “Ceritanya panjang, nanti akan kakak ceritakan setelah pulang kerja, ya? Sekarang aku harus cepat sudah mau telat,” ucapnya sambil melihat pada jam tangannya.

“Hm, baiklah. Jangan lupa nanti pulang kerja kemari lagi.” Aku agak sedikit kecewa, tapi pekerjaan kak Leo lebih penting bukan? Jadi rasa penasaran ini aku tunggu hingga sore.

“Ayah juga mau berangkat, Bu,” pamit ayah.

“Boleh aku ikut, yah?” tanyaku.

“Hm, ikutlah!”

Ayahku membuka usaha kuliner di sebuah lokasi yang cukup ramai, di pasar besar di kota Solo ini. Walau tempatnya di pasar, tapi orang-orang antri karena sudah dianggap sebagai legend. Ayahku membuka steak dan menu western dengan harga yang terjangkau. Pernah sekali waktu aku dan kak Leo sepakat untuk memindahkan usaha ayah ke sebuah ruko agar terlihat eksklusif, tapi ayah tidak mau. Dia bertahan disini karena para pelanggannya sudah familiar dengan tempatnya.

Lokasi ste
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 45. Sebuah Tantangan

    “Apa yang kak Leo tahu tentang mas Farhan?” tanyaku ketika aku duduk di kursi teras rumah. Kak Leo sendiri menutup pintu agar tidak diganggu.“Beberapa tahun yang lalu, aku mempunyai teman SMA yang melanjutkan kuliah dan bekerja di Jakarta. Saat itu aku sedang merintis usaha export import, dan ada klien yang mengundangku untuk datang ke Jakarta. Aku tidak mempunyai kenalan siapa-siapa di Jakarta dan aku mengajak temanku ini untuk menemaniku bertemu dengan klien. Akhirnya kami pergi ke suatu tempat dan tempat itu ternyata sebuah club. Orang-orang terbiasa membuat sebuah deal di club dan diakhiri dengan jamuan wanita. Kamu tahu, kan maksudnya? Untuk aku yang hanya seorang anak daerah, buat aku shock. Dan terus terang, itu membuatku muak dan aku membatalkan kerjasama itu. Tentu saja klienku merasa terhina karena aku menolak dan membatalkan kerjasama itu. Karena aku menolak, ada seseorang yang mendengar pembicaraan kami dan dengan gaya marketing yang meyakinkan, dan karena

    Last Updated : 2025-01-22
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 46. Kembali Ke Jakarta

    Pagi hari, aku bangun lebih awal untuk membuat sarapan sekeluarga. Aku sudah memesan tiket pesawat di sore hari. Sekarang waktunya aku untuk menghabiskan waktu yang berharga ini untuk berkumpul dengan ayah dan ibu.“Sayang? Pagi-pagi sudah bangun?” tanya ibu.“Iya, Bu. Alea buat sarapan buat kita. Nanti sore, Alea mau kembali ke Jakarta.”“Apa? Kamu mau pulang sekarang, Nak? Cepat sekali?” tanya ibu dengan rasa kecewa.Aku mematikan semua kompor karena sudah selesai memasak. Aku taruh ke dalam wadah dan menaruhnya di atas meja. Hari ini aku membuat sup untuk sekeluarga.Aku duduk di hadapan ibuku yang tampak mulai sedih hendak aku tinggalkan.“Bu, kemarin sore aku cerita panjang lebar dengan kak Leo. Ada banyak hal yang aku baru tahu mengenai mas Farhan dari kak Leo. Setelah menimbang-nimbang, aku harus bertahan dengan mas Farhan sebelum aku bercerai. Aku ingin hak anakku dipenuhi oleh mas Farhan. Dia harus bertanggung jawab. Aku

    Last Updated : 2025-01-22
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 47. Hitung-Hitungan

    “Eh, pak Calvin? Ada disini juga? Shasha mana?” tanyaku kikuk karena ditanya oleh pak Calvin.“Aku memang bekerja disini, bantu ibuku.”“Oh, aku baru ingat, Evan pernah ngomong kalau Bu Kemala pengusaha furniture. Aku gak menyangka kalau toko ini punya keluarga pak Calvin.”Pak Calvin hanya tersenyum melihat aku yang salah tingkah. Rasanya canggung ngobrol hanya berdua, biasanya ada Natasha, putrinya.“Oh yah, apakah si tua bangka itu masih mengganggumu?”“Hehe, gak Pak, dia tidak menggangguku, aku tidak pernah lihat dan jangan sampai aku melihatnya lagi.”Pak Calvin mengangguk-angguk. “Oh yah, mau mencari apa? Mau aku bantu? Kebetulan hari ini ibu lagi ada acara di rumah adikku yang baru nikah, jadi aku yang kontrol toko.“Eh, jadi gak enak nih pak, aku lagi cari beberapa furniture untuk rumah baruku–.”“Oh, gak enak kalo ditemani? Ng, maaf, aku tidak bermaksud … ng, kamu sendirian ….”Aku sendiri

    Last Updated : 2025-01-23
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 48. Janji Adil

    “Baik? Kamu mau dek, kembali ke rumah ibu?” tanya mas Farhan senang, tidak percaya dengan ucapanku.“Baik! Aku menerima nafkah 5 juta dari mas Farhan. Aku sendiri yang akan mencari sendiri rumah kontrakannya!” ucapku dengan lantang.Mas Farhan yang tadinya di atas angin karena aku mau kembali ke rumah ibu tiba-tiba saja raut mukanya berubah tidak senang.“Bukankah mas Farhan akan berlaku adil? Jadi aku akan tinggal di rumah kontrakan juga,” ucapku tidak mau kalah. “Dan … jika dulu aku bekerja ketika mereka membutuhkan aku, sekarang aku akan bekerja full time. Jadi aku sekarang adalah wanita pekerja juga.”“Hahaha … dek, bukannya mas yang meremehkan kamu yang bekerja, tapi bekerja sebagai pencuci piring? Ayolah dek, apa nanti kata orang-orang kalo mas tanya tentang istri mas?”“Ya mas tinggal bilang saja, aku sekarang punya dua istri. Satu istri sah, satu pelakor,” tantangku.Hampir saja tangan mas Farhan melayang ke pipiku jika d

    Last Updated : 2025-01-23
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 49. Memulai Hidup Baru

    Aku menunggu mas Farhan yang datang ingin menemui aku. Dua puluh menit berlalu, tapi mas Farhan dengan kebiasaannya mengaret. Sudah beberapa kali mas Farhan selalu ngaret jika janji.Akhirnya setelah hampir 45 menit ada mobil yang masuk ke carport dan dengan suara klaksonnya, mas Farhan keluar dari mobil dan Erika juga ikut dengannya.Erika dengan manjanya menggandeng mas Farhan dan melihat sekeliling rumahku yang baru.“Mas, ini benar rumah kontrakan? Kok mba Alea bisa sih dapetin rumah kontrakan yang baru ini?” ucap Erika ketika memasuki teras rumahku ini.“Tanya saja langsung sama Alea!” ujar mas Farhan sambil mendongak kepalanya kepadaku.“Kamu daripada bisa dapat rumah kontrakan ini?” tanya mas Farhan.“Dari bos tempat kerjaku. Dia yang menunjukkan rumah ini untuk aku bisa kontrak.”Tanpa menghiraukan aku, mas Farhan dan Erika langsung masuk ke dalam rumah sambil melihat-lihat. Memang belum banyak perabotan, tapi Er

    Last Updated : 2025-01-24
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 50. Rumah Di Ujung

    Aku menghampiri Natasha, mobil pun melewati Natasha. Aku melihat di seberang Natasha nangis menjerit dan gadis muda yang mengikutinya berlutut.“Sha!” teriakku.“Gak apa-apa kok Bu, tadi Shasha lihat ibu dan manggil-manggil lalu langsung lari. Saya lihat ada mobil lewat, jadi saya tarik Shasha biar gak ketabrak, Shasha kaget dan terjatuh,” jelasnya.“Shasha? Ada yang sakit?” tanyaku berjongkok melihat keadaan Natasha.“Lututnya sakit, ma!” ucap dari bibir mungil Natasha. Aku tersenyum melihatnya menangis, sebenarnya patut disyukuri karena tidak terjadi hal-hal yang lebih parah. Kugendong Natasha dan membawanya ke dalam rumah.“Ini rumah mama Alea?” tanya Natasha ketika masuk ke dalam rumah.“Iya, ini rumah Tante.” Aku menekankan nama tante pada Natasha, karena aku bukan ibunya, tapi justru gadis muda yang tampak berseragam itu sepertinya baby sitternya, memandangku dengan aneh. Mungkin dia bertanya aku ini mamanya Alea atau bukan

    Last Updated : 2025-01-24
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 51. Tamu Tengah Malam

    Aku hampir saja akan menjambak rambut Putri lagi kalau tidak di tarik tubuh Putri dariku.“Berhenti!” teriak pria yang ada di belakang Putri, pak Calvin.“Mas, dia menjambak rambutku!” ucap Putri sambil menggandeng lengan pak Calvin dengan manjanya.Aku terdiam, karena aku memang sedang ingin menjambak rambutnya, namun sayang keburu ditarik sama pak Calvin. Rasanya geregetan banget seenaknya saja menampar pipiku. Shasha yang ditarik Yuli, melepaskan diri lalu kembali memelukku dengan erat. “Mama Putri jahat!” teriaknya.Pak Calvin dan Putri kaget, anak mereka, Shasha, berteriak bahkan memeluk kakiku. “Sayang, mama pulang. Mama kangen Sayang …,” ucapnya dengan nada yang bergetar ingin menangis.“Mama jahat! Shasha gak mau sama mama!” teriak Shasha kembali.“Lihat, Mas! Perempuan ini deketin Shasha supaya Shasha menjauhiku! Aku ini mamanya, Mas! Aku memang bersalah padamu, tapi aku ini ibunya! Ibu kandungny

    Last Updated : 2025-01-25
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 52. Demamnya Shasha

    “Shasha demam, dan dia memanggil-manggil namamu terus. Biar aku menemui suamimu agar aku bisa meminta izin kepadanya.”“Suamiku sedang tidak ada dirumah,” ucapku perlahan.“Kalau begitu, apakah kamu bisa ikut dulu sebentar ke rumahku? Nanti akan aku ceritakan di jalan.” Pak Calvin menawariku mobil yang terparkir di pinggir jalan.“Haruskah aku ikut? Sebenarnya ini bukan tanggung jawabku untuk menemani Shasha,” gumamku dalam hati. Sedangkan pak Calvin tampak cemas menunggu jawabanku.“Baiklah, aku akan ikut.” Kututup pintu dan kukunci pintu rumah. Aku naik ke mobil pak Calvin dan duduk di depan. Rasanya canggung duduk di mobil berdua dengan pak Calvin. Entah kenapa sering banget bertemu dengan tidak sengaja. Sekarang malah rumah kami bertetangga. Ingin aku menanyakan tentang Shasha, tapi aku urungkan karena rumahnya dekat hanya hitungan beberapa menit saja sampai.“Sudah sampai,” ucap pak Calvin membuka pintu mobilnya. Aku pun segera turun

    Last Updated : 2025-01-25

Latest chapter

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 106. Putri Lagi

    Tanganku gemetar saat mengetik balasan. Aku tahu, kalau aku diam saja, maka Putri akan memutarbalikkan segalanya.“Aku di kafe, barusan bertemu Chef Hengki. Dia pamit mau pindah ke Jepang.”Tidak sampai satu menit, mas Calvin langsung membalas.“Kenapa nggak kasih tahu aku dari awal? Kenapa kamu nggak bilang mau ketemu dia?”Aku menggigit bibir. Memang aku salah karena tidak bilang sebelumnya. Tapi aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu Chef Hengki hari ini.“Aku juga nggak rencana ketemu, dia tiba-tiba hubungi aku dan ingin pamit…”Pesan mas Calvin tidak langsung dibalas. Hatiku semakin gelisah. Aku menatap layar, menunggu hingga akhirnya ponselku bergetar.“Oke, aku percaya kamu. Pulang sekarang, jangan berlama-lama di luar.”Aku menarik napas lega.Ya Tuhan... aku bersyukur Calvin masih mempercayaiku.Aku berusaha menenangkan diriku setelah membalas pesan Calvin. Baru saja aku hendak berdir

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 105. Pertemuan Terakhir

    Setelah beberapa detik hening, Evan akhirnya berkata, "Kalau itu keputusanmu, semoga beruntung."Nada suaranya datar. Aku bisa merasakan ada sesuatu yang ditahannya, tapi Amanda terlalu tenggelam dalam obsesinya untuk menyadarinya."Terima kasih, Evan! Aku janji akan menghubungi kalian setelah sampai di sana!" katanya dengan senyum lebar, lalu melambaikan tangan dan keluar ruangan.Aku hanya bisa membalas senyumnya samar. Di dalam hatiku, aku tahu ini bukan keputusan yang baik. Tapi ini hidup Amanda, dan aku tidak bisa menghentikannya.Aku baru saja selesai berbincang dengan Evan ketika ponselku bergetar di dalam saku. Aku mengambilnya dan melihat nama yang muncul di layar—Chef Hengki.Alisku berkerut. Kenapa dia menghubungiku? Dengan ragu, aku membuka pesan darinya.“Alea, aku ingin bertemu. Bisa kita bicara berdua?”Aku menelan ludah. Setelah semua yang terjadi, aku tidak menyangka dia masih ingin bertemu denganku.

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 104. Kedatangan Amanda

    Evan menarik napas dalam, lalu berkata, "Restoran baru Chef Hengki yang rencananya akan buka sebentar lagi… tiba-tiba akan dijual.”Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Evan."Restoran Chef Hengki akan dijual?" tanyaku, berusaha memastikan aku tidak salah dengar.Evan mengangguk. "Iya, padahal restorannya belum sempat dibuka."Aku menarik napas dalam. Aku tidak ingin lagi ada urusan dengan Chef Hengki, terutama setelah masalah Amanda. Aku sudah bertekad untuk menjauh darinya."Kenapa kamu memberitahuku soal ini?" tanyaku akhirnya.Evan menatapku sejenak sebelum menjawab. "Karena ini kesempatan besar, mbak Alea. Restoran itu lokasinya strategis, dan konsepnya sudah matang. Aku tahu kamu dan mas Calvin punya visi besar untuk bisnis kuliner kalian."Aku menggeleng cepat. "Aku tidak tertarik. Aku tidak ingin terlibat dalam urusan Chef Hengki lagi."Evan tampak terkejut dengan reaksiku. "Tapi ini soal bisnis, buka

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 103. Olahraga

    Shasha berdiri di ambang pintu dengan boneka favoritnya di tangan, matanya berbinar penuh semangat."Sayang, sudah larut malam. Kenapa tiba-tiba mau tidur di sini?" tanyaku, mencoba menenangkan diri."Shasha mau tidur sama adik! Kan adik masih di perut Mama, jadi Shasha harus jagain adik dari sekarang!" katanya polos.Aku dan Calvin saling berpandangan. Aku melihat Calvin berusaha menahan senyum geli."Tapi, sayang, adik masih kecil sekali di dalam perut Mama. Dia belum bisa merasakan kalau kamu tidur di sini," ucap mas Calvin lembut, membujuknya."Tapi Shasha mau nemenin! Kalau nggak, adik kesepian," protesnya, mengerucutkan bibirnya.Aku tertawa kecil dan mengusap rambutnya dengan lembut. "Baiklah, kalau begitu, malam ini kamu bisa tidur di sini."Shasha langsung tersenyum lebar, lalu berbaring di tengah-tengah kami sambil memeluk bonekanya erat-erat. Tapi sebelum dia memejamkan mata,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 102 Kehebohan di Malam Hari

    Aku bisa merasakan detak jantungku semakin cepat. Mas Calvin menggenggam tanganku dan tersenyum, lalu berkata dengan suara mantap, “Mama, Alea hamil.” Sejenak, tidak ada suara di seberang sana. Lalu, terdengar helaan napas kaget, disusul suara penuh kebahagiaan. “Benarkah? Ya Tuhan, Calvin! Mama senang sekali!” Aku bisa mendengar suara Mama Calvin yang jelas-jelas penuh dengan emosi bahagia. “Alea sayang, selamat ya, Nak! Kamu baik-baik saja? Kamu sehat?” tanyanya padaku. Aku tersenyum dan menjawab, “Iya, Ma. Aku baik-baik saja, hanya sedikit mual-mual.” “Itu wajar, Sayang. Mama senang sekali akhirnya keluarga kecil kalian bertambah. Mama harus segera ke sana! Aku ingin melihat kalian!” Aku melirik mas Calvin, meminta pendapatnya. Dia hanya mengangkat bahu dan tersenyum. “Tentu, Ma. Kami juga ingin Mama di sini.” “Kalau begitu, Mama akan segera mengatur jadwal. Kalian jaga diri baik-baik, terut

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 101 Berita Penting

    Tak lama kemudian, mas Calvin kembali dengan sebuah kantong plastik kecil di tangannya. Ia tampak sedikit kehabisan napas, seolah berlari agar bisa cepat kembali ke sisiku. "Aku sudah beli," katanya, menyerahkan test pack kepadaku. Aku mengambilnya dengan tangan sedikit gemetar. Mas Calvin langsung duduk di sampingku, menggenggam jemariku erat. "Aku temani, ya?" tanyanya lembut. Aku mengangguk pelan. "Oke." Dengan langkah hati-hati, aku menuju kamar mandi. Mas Calvin menunggu di depan pintu, sesekali mengetuk pelan untuk memastikan aku baik-baik saja. Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, aku keluar dengan test pack di tanganku. Kami duduk di tepi ranjang bersama, menunggu hasilnya. Calvin menggenggam tanganku erat, jempolnya mengusap punggung tanganku dengan lembut. "Apa pun hasilnya, aku ada di sini," bisiknya. Hatiku berdebar kencang. Aku menatap test pack itu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 100. Sakit

    Saat mobil mas Calvin berhenti di depan restoran, aku menghembuskan napas lega. Aku terlalu lelah untuk berdiri, jadi aku hanya menunggu di bangku lobi sampai mas Calvin turun dan menghampiriku.Begitu melihatku, ekspresi mas Calvin langsung berubah. Matanya menatapku penuh kecemasan, lalu dia berjongkok di hadapanku. “Sayang, kamu kenapa? Mukamu pucat.”Aku mencoba tersenyum tipis. “Aku nggak enak badan, kepala pusing, terus mual.”Mas Calvin langsung menggenggam tanganku, hangat dan menenangkan. “Ayo kita pulang. Kamu harus istirahat.” Dia membantu aku berdiri, tangannya melingkari pinggangku untuk memastikan aku tidak jatuh.Aku bersandar padanya, membiarkan mas Calvin membimbingku menuju mobil. Aku bisa merasakan betapa khawatirnya dia, apalagi saat aku sempat terhuyung sedikit sebelum masuk ke dalam mobil.Begitu kami duduk di dalam, mas Calvin menatapku serius. “Kita ke dokter dulu, ya?”Aku menggeleng lemah. “Nggak usah, a

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 99. Dilabrak Amanda

    "Tapi sebelum kau melakukannya, pikirkan baik-baik. Aku bisa membongkar semua kelakuan kotormu. Termasuk hubunganmu dengan Amanda."Sekilas, aku melihat ekspresi chef Hengki berubah. Sesaat dia tampak terkejut, tapi dengan cepat dia kembali tersenyum licik. "Amanda? Kenapa kau membawa-bawa dia? Itu urusan pribadiku."Mas Calvin tersenyum miring. "Urusan pribadimu? Seorang pria dewasa meniduri wanita yang masih muda, lalu membiarkannya berpikir bahwa itu cinta? Kau yakin ingin membawa ini ke ranah hukum?"“Hei! Kita melakukannya atas dasar suka sama suka! Tidak ada paksaan! Kita sudah sama-sama dewasa!” Aku melihat chef Calvin menggertakkan giginya. Dia jelas tidak menyangka chef Hengki akan membalas seperti itu.Mas Calvin tidak menanggapi lagi. Dia hanya menarik tanganku dan membukakan pintu mobil untukku. "Ayo pulang," bisiknya lembut.Aku menurut, masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Saat mas Calvin menyalakan mesin dan mu

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 98 Bertemu dengan Chef Hengki

    “Baiklah,” katanya tegas. “Aku akan menemuimu di restoran setelah jam operasional selesai. Kita hadapi dia bersama.”Aku menutup mata, merasa lega karena mas Calvin mau menemani. “Terima kasih, Mas. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu.”“Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian, Alea,” katanya lembut. “Kita akan menyelesaikan ini bersama.”Aku tersenyum tipis meskipun perasaan gelisah masih menggelayut di hatiku.***Saat jam operasional restoran berakhir, aku masih berdiri di dapur, menatap kosong ke arah meja stainless steel di depanku. Tanganku menggenggam erat kain lap yang sedari tadi kugunakan untuk menyibukkan diri, tetapi pikiranku melayang entah ke mana.Perasaanku tidak tenang. Rasa gelisah semakin kuat seiring waktu berjalan. Bahkan saat restoran mulai sepi dan para staf mulai pulang satu per satu, aku tetap merasa ada sesuatu yang tidak beres.“Mbak Alea, aku pulang dulu, ya,” suara Eva

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status