"Kau, harus tiba lebih dulu dari suamimu."Mr.G menarik tanganku. Lalu membawaku keluar dari ruangan kecil itu. Ia berhenti sebentar di meja kerjanya mengambil ponsel serta jas yang tersampir di punggung kursi kebesarannya.Ia kembali meraih tanganku dan mengiringku keluar dari ruangan itu menuju lift. Hatiku terus bergetar tidak karuan dengan perlakuannya yang tiba-tiba membuatku merasa jadi perempuan paling beruntung.Mata-mata memandang penuh tanda tanya atau mungkin juga iri. Mungkin mereka sangat jengah melihat tangan bos besar mereka memegang posesif jemari wanita yang entah siapa. (Semoga saja mereka tidak mengenaliku sebagai istri Pandu, bagaimanapun juga pasti salah seorang dari mereka hadir di pesta perusahaan beberapa waktu lalu)Kami tiba di lobby. Resepsionis cantik yang tadinya meragukan kalau bosnya ini akan menemuiku kini, terlihat membolakan matanya melihat kami lewat di depannya."Apa, kau akan mengantarku?" Aku bertanya heran. Ia tidak menjawab. Malah membukakan p
Aku gemetar. Sangat menyesal karena telah memancing nafsu tidak terduga dari lelaki ini. Padahal niatku tadi hanya ingin membuat ia termakan oleh kata-katanya sendiri yang ia ucapkan pada gadisnya tadi.Tidak kusangka ia menunjukkan sisi buasnya. Kalau memang ia tergoda dengan tubuhku kenapa baru sekarang ia berusaha untuk menggauliku? Bahkan selama ini saat melihatku berpakaian sedikit terbuka saja ia akan buru-buru membuang pandangan.Aku yakin selama ini ia di ancam oleh Mr.G. Lalu sekarang kenapa ia sangat berani?Aku melirik ponsel yang ada di meja rias. Sepertinya kamera benda itu masih merekam segala yang terjadi di kamar ini. Tetapi itu bukan lagi sesuatu yang kuinginkan sekarang. Aku butuh ponsel itu, berada di tanganku saat ini. Aku ingin men-dial nomor ponsel Mr.G yang tadi baru saja di berikan padaku. Tetapi, bagaimana caranya agar aku bisa ke sana. Sedangkan mata penuh nafsu Pandu sedang mengawasiku.Oh, aku bahkan sekarang Mr.G datang sebagai penyelamatku dari keganasan
"Nirmala ... kendalikan dirimu."Kalimat yang begitu tenang menyejukkan pendengaranku. Tetapi tetap saja aku sungguh ketakutan .... "Aku takut ... ia sepertinya sudah tahu semuanya," Aku membekap mulut karena tangis yang mulai pecah. Aku tidak mau suaraku terdengar sampai keluar."Kau, tidak memberi tahunya, kan?""Tidak, tapi, ia terlihat telah membacanya dari wajahku.""Selama kau masih diam. Ia tidak akan tahu apa-apa. Tenanglah ... aku sudah menjinakkannya. Sekarang kau keluarlah dari kamar mandi. Dan bersiaplah.""Aku akan bersiap untuk apa?" "Bukankah kau tidak ingin tinggal se-atap lagi dengan orang itu?""Tapi ... dari mana kau tahu kalau aku ada di kamar mandi?" "Aku mengawasi semua pergerakanmu, Nirmala.""Ba-baiklah. Terimakasih ... apa video yang kukirim sudah, kau lihat?" Aku sedikit takut menanyakan itu."Sudah. Dan aku sangat marah padamu, Nirmala. Kau memang penggoda ulung. Pantas saja lelaki itu hampir kehilangan akalnya. Ini semua juga salahmu!" Terdengar geraman
Aku tidak sempat untuk mengagumi mewahnya hunian lelaki bernama Giantara ini. Aku sudah terlalu sibuk menenangkan debaran karena segala perlakuan tiba-tibanya padaku.Tubuhku sudah dibawa ke sofa empuk, yang berjejer di ruang tamunya."Mr ..." Aku hanya bisa memanggil namanya. Tanpa bisa melanjutkan apa-apa. Bahkan untuk sekedar pura-pura menolak mungkin?"Cantik, mari kita lanjutkan apa yang telah tertunda. Kau, harus segera menuntaskan rinduku yang sudah berhari-hari ..." bisiknya, menghentikan gerakannya tangannya. Jemarinya meraih dagu, dan membawa pandanganku tenggelam dalam sorot mata menuntut darinya.Lalu aku mengangguk. Entah karena sebuah rencana yang tersusun rapi di kepala atau memang aku sendiri yang mendambakan segala sentuhannya itu.Yah, aku telah takhluk. Penuh penyerahan diri kepadanya. Berkali-kali aku dibuat melayang. Menyebutkan namanya. Bahkan tanpa malu bibir ini berkata cinta padanya.Aku sudah tidak waras. Begitulah, segala yang terjadi telah merubahku jadi se
Terimakasih untuk semua yang telah membuka gembok. Lov you Aal.Sebelum baca Jangan lupa subscribe share rate5.Bukan Hasrat Suamiku 31"Aku akan membawamu menemukan semua jawaban yang kau cari selama ini,"Delapan jam setelah ia mengatakan itu, sekarang aku telah duduk di sebelah lelaki yang sedang konsentrasi penuh mengendalikan laju kendaraannya. Mataku melihat aura maskulinnya semakin bertambah-tambah saat menyetir.Sudah hampir setengah jam tangan yang selalu menyembul urat jantan memutar dengan lincah kemudi berlogo kelas atas itu. Tapi, sepertinya belum ada tanda-tanda ia akan menghentikan laju kendaraannya. Matanya masih fokus menatap jalanan kota yang syukurlah tidak terlalu macet.Sesekali tangannya yang lain menggenggam jemariku, kadang bergerak tidak terkendali meremas nakal pahaku. Aku hanya bisa menerima semua perlakuannya dengan nada yang selalu berdebar tidak karuan."Nirmala ... sebentar lagi kita akan tiba di tempat tujuan. Persiapkan dirimu. Karena aku yakin ini
"A-apa?" Aku benar-benar tidak percaya ia mengatakan itu padaku. Semua kejahatan yang merundungku adalah karena kesalahanku?Aku mendelik marah ke arahnya. Sementara air mata kekesalan serta bahuku yang naik turun tanpa diperintah seperti membuatnya jengah."Setelah apa yang kalian lakukan padaku, kejahatan itu, pelecehan, kebohongan? Kenapa harus aku yang disalahkan?" Umpatku di sela isakan yang semakin meninggi.Terdengar helaan nafasnya yang begitu berat. Sebelah tangannya mencengkram kemudi dengan kuat. Sementara matanya yang tadi menatap lurus ke luar, sekarang telah sepenuhnya tertuju padaku."Karena memang seperti itu, Nirmala."Aku semakin terisak dengan kalimat yang terucap penuh penekanan dari mulutnya. Tiba-tiba aku merasa kekesalan luar biasa pada lelaki ini. Bahkan semua itu seakan membuatnya tidak lagi menarik di mataku."Coba ingat, berapa lama jarak perkenalan sampai Pandu menikahimu?" Ia bertanya sangat pelan. Tetapi aku melihat buku-buku tangannya memutih memegang ke
Bukan Hasrat Suamiku 33Sepasang manusia yang begitu hina di mataku itu terlihat begitu mesra. Mereka sepertinya tidak mengindahkan tempat terbuka. Mereka sangat larut dalam gelombang asmara.Aku menebak pasti mereka sedang mengucap salam perpisahan sebagai kekasih. Wanita itu merangkul bahu sementara lelaki tersebut, melingkarkan tangan kepinggang ramping itu.Aku sungguh jengah melihat adegan tidak senonoh yang lagi-lagi mereka pertontonkan di tempat umum_ya, walaupun sepertinya para penghuni bangunan-bangunan megah ini, lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah saja atau mungkin bepergian. menjadikan kawasan ini begitu lengang_ tapi tetap saja kalau mereka punya rasa malu mereka tidak akan melakukan hal yang itu, di sini."Mas ...!"Kedua wajah yang hampir saling bertemu itu, dengan sangat terpaksa terlihat mereka renggangkan kembali. Sedetik kemudian raut mereka terlihat memucat, yah persis seperti seseorang yang tertangkap basah.Aku berjalan sesantai mungkin ke arah mereka.
Bukan Hasrat Suamiku 34"Mr. Anda tidak bisa berbuat begini, ingat perjanjian kita di atas materai! Kalau, kau tidak menepatinya aku akan memperkarakannya!"Baru saja tangan Mr.G meraih tanganku agar segera beranjak ke mobil, suara penuh emosi Pandu menghentikan langkah kami.Aku cukup terkejut, lalu memandang wajah Mr.G, lalu ada rasa senang yang membelai hati ketika melihat ketenangan di raut maskulin itu.Ia menatap Pandu dengan tatapan penuh pelecehan. Sebelah alis tebalnya terangkat, sudut bibirnya menciptakan senyum sinis."Oh, ya? Menurutmu, pengadilan mana yang akan menerima petisi seorang suami yang tidak dibayar karena menjual istrinya?"Telak. Muka Pandu terlihat begitu pucat. Bulir-bulir keringat terlihat menempel di dahinya."Aku akan menyebarkan di seluruh perusahaanmu. Namamu baikmu akan segera tercemar?"Seperti Pandu masih punya banyak jurus untuk memojokkan Mr.G."Silahkan, Pak Pandu. Tetapi bagaimana, kau akan mengatasinya? Takutnya nanti, berita itu sampai ke teli