Bukan Hasrat Suamiku 33Sepasang manusia yang begitu hina di mataku itu terlihat begitu mesra. Mereka sepertinya tidak mengindahkan tempat terbuka. Mereka sangat larut dalam gelombang asmara.Aku menebak pasti mereka sedang mengucap salam perpisahan sebagai kekasih. Wanita itu merangkul bahu sementara lelaki tersebut, melingkarkan tangan kepinggang ramping itu.Aku sungguh jengah melihat adegan tidak senonoh yang lagi-lagi mereka pertontonkan di tempat umum_ya, walaupun sepertinya para penghuni bangunan-bangunan megah ini, lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah saja atau mungkin bepergian. menjadikan kawasan ini begitu lengang_ tapi tetap saja kalau mereka punya rasa malu mereka tidak akan melakukan hal yang itu, di sini."Mas ...!"Kedua wajah yang hampir saling bertemu itu, dengan sangat terpaksa terlihat mereka renggangkan kembali. Sedetik kemudian raut mereka terlihat memucat, yah persis seperti seseorang yang tertangkap basah.Aku berjalan sesantai mungkin ke arah mereka.
Bukan Hasrat Suamiku 34"Mr. Anda tidak bisa berbuat begini, ingat perjanjian kita di atas materai! Kalau, kau tidak menepatinya aku akan memperkarakannya!"Baru saja tangan Mr.G meraih tanganku agar segera beranjak ke mobil, suara penuh emosi Pandu menghentikan langkah kami.Aku cukup terkejut, lalu memandang wajah Mr.G, lalu ada rasa senang yang membelai hati ketika melihat ketenangan di raut maskulin itu.Ia menatap Pandu dengan tatapan penuh pelecehan. Sebelah alis tebalnya terangkat, sudut bibirnya menciptakan senyum sinis."Oh, ya? Menurutmu, pengadilan mana yang akan menerima petisi seorang suami yang tidak dibayar karena menjual istrinya?"Telak. Muka Pandu terlihat begitu pucat. Bulir-bulir keringat terlihat menempel di dahinya."Aku akan menyebarkan di seluruh perusahaanmu. Namamu baikmu akan segera tercemar?"Seperti Pandu masih punya banyak jurus untuk memojokkan Mr.G."Silahkan, Pak Pandu. Tetapi bagaimana, kau akan mengatasinya? Takutnya nanti, berita itu sampai ke teli
Bukan Hasrat Suamiku 35"Apa darah dagingku sedang bersemayam di dalam perut ramping ini?" Bisiknya tepat di telingaku.Tubuhku terasa kaku mendengar kalimat yang diucapkannya itu. Dadaku berdegup cepat, tiba-tiba rasa pening yang tadi mulai membaik mendadak menyerang lagi.Aku merasa mual, tapi, tidak berniat untuk muntah. Ada rasa eneg yang lain yang menekan lambungku dengan sangat tajam.Hamil? itukah yang dimaksudnya? Apa ia akan mencampakkanku seandainya memang sedang berbadan dua.Ingatanku kembali memutar kejadian yang lalu, saat Pandu selalu menyuruhku mengkonsumsi pil Kontrasepsi setiap malam. Tetapi, sejak kejadian aku mengetahui semuanya, aku melupakan untuk meminumnya.Jadi, kalau seandainya aku hamil sekarang itu, merupakan suatu yang wajar, karena kami hampir selalu melakukan itu. Apakah ia akan segera membuangku?"Nirmala ... kau, mendengarku?" Hembusan nafasnya terasa hangat di tengkuk. Jemarinya masih mengelus perutku lembut."Hmmm ..." Aku bahkan merasa takut untuk b
Bukan Hasrat Suamiku 36Sehari setelah Mr.G berbicara dengan Pandu di telpon. Aku sekarang benar-benar akan di bawanya untuk menemui orang itu. "Kita akan bertemu di alamat yang telah kukirim padamu, Pak Pandu. Aku harap kau tidak terlambat. Karena, kau tahu aku tidak akan menghabiskan waktu untuk menunggumu!"Aku memperhatikan pria yang bahkan sudah cukup lama aku tinggal bersamanya, berbagi segalanya, tapi, aku masih saja selalu merasa terhipnotis dengan aura maskulin yang selalu mendominasi setiap pergerakannya. Ia sedang memasang jaket kulit mahal pada tubuh tegapnya itu, dengan posisi telinga dan bahu yang sedang menjepit ponsel.Aku menghela napas, meraba dada yang berdegup kencang. Hatiku merasa resah, mengingat hal yang kalau tidak ada hambatan, akan terjadi di depan mataku sebentar lagi.Aku memejamkan mata, sesekali meraba perut bawahku yang mulai sedikit terasa keras. Lalu jemariku serta seluruh pikiranku kembali terfokus pada ponsel yang kupegang."Kau, terlihat begitu gu
Bukan Hasrat Suamiku 37Aku nanar menatap ke layar televisi yang terpampang di dinding klinik khusus, ibu dan anak ini. Sudah hampir dua minggu berita itu masih menjadi trending topik.Aku merapatkan kedua lengan dan membawa ke dada. Sungguh ini tidak mudah bagiku, butuh beberapa hari untuk meyakinkan diri ini kalau semuanya hanyalah mimpi.Tetapi kenyataannya memang begitu. Aku telah berhasil, menjadi seperti wanita pameran antagonis di drama yang baru-baru ini menjadi panutanku. Sekali tepuk dua singa itu, langsung tumbang.Lalu apa aku begitu jahat karena telah melakukan semua ini? Apa sangat bodoh karena menjebak Mr.G yang telah terlihat sangat tulus menyayangiku? Apa aku begitu kejam telah menjadi penyebab peluru itu bersarang di kepala pandu hingga mungkin ia telah tewas? Tidak, aku merasa tidak begitu. Aku melakukannya karena mereka memang pantas untuk mendapatkannya.Aku kembali mengingat-ingat malam-malam jahanam, di mana kedua lelaki itu, mempermainkan kepolosanku. Mereka
"Pak, ada kunjungan untuk, Anda." Entah sudah berapa kali dari tadi para sipir penjara ini, tidak berhenti mengangguku. Hanya berjarak sekitar setengah jam dari panggilan barusan, sekarang mereka datang lagi dengan alasan yang sama. Aku bahkan baru menelungkup bagian tubuhku pada lantai sel yang dingin ini. Aku berpura-pura tidur, bosan dengan mereka yang selalu mengganggu. Paling kunjungan itu, masih orang yang sama, pengacara-pengacara yang dikirim oleh Alex, asistenku ."Pak, Istri korban ingin menemui, Anda!" Namun, seperti aku harus mengurungkan niat berpura-pura tidur. Karena aku sudah menunggu kedatangan orang yang dimaksud itu, selama tiga minggu terakhir ini. Akhirnya datang juga dia. Sigadis polos dan naif yang ternyata sangat nakal. Aku yang biasanya selalu peka dengan hal sekitar, sama sekali tidak pernah mengira ia akan berbuat seperti ini. Nirmala sigadis naif telah berhasil mengecoh seorang Mr.G dengan sangat sempurna. Itu bukanlah sesuatu yang bisa di tangg
"Lalu, apa rencanamu sekarang?" Entah kenapa aku masih betah duduk berhadapan dengannya di sini.Aku menyusup air yang terasa merembes di pipi. Apa ini ? Hhhh... Jangan katakan aku menangis di depan gadis ini. Terlalu berlebihan ..."Aku pikir seluruh rencanamu belum sempurna. Kalau, kau belum berbicara di depan publik ..."Aku tidak terkejut kalau mata indahnya itu, begitu membola ketika mendengar ucapanku. Mulutnya terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu. Tapi, aku tidak berniat untuk mendengar suaranya lagi."Kenapa? Ayo, sempurnakan rencanamu untuk menghukumku... Kenapa tidak bilang pada media kalau, Mr.G telah menyekapmu berbulan-bulan di kediamannya? Dan menjadikanmu budak birahi. Ayo, aku tantang dirimu melakukan itu. Kalau, kau berani, aku berjanji , aku hanya akan keluar dari penjara ini,
Aku baru saja menginjakkan kaki di bandara setelah delapan jam duduk di pesawat. Perjalanan dari Dubai memang melelahkan, untunglah kesehatan ayah kembali stabil dan setelah satu minggu aku bisa kembali lagi.Para ajudan menyambut kedatanganku, den mengarahkan langkah menuju parkiran, salah satunya membukakan pintu mobil dengan hormat.Mataku menyipit ketika baru saja menghenyakkan bokong di kursi empuk penumpang. Ketika menyadari siapa yang bertindak menjadi supir."Apa, profesimu sekarang merangkap jadi dua sekaligus?" Aku menepuk bahu itu."Ah, Bos ... aku bisa merangkap beberapa profesi sekaligus demi dirimu ..."Aku berdecih geli ... Alex asisten pribadiku adalah satu-satunya orang yang paling dekat denganku. Pria berperawakan lunak ini meman
"Aku tahu apa aku pikirkan dan apa yang akan kau lakukan, Mala?" Ia berujar tenang, matanya masih tidak lepas mengawasiku.Aku membuang tatapan dari wajah penuh kebohongan ini, sungguh hal buruk tentangnya yang selama ini hanya menjadi prasangka rasa cemburuku benar-benar nyata."Oh ya?" suaraku terdengar seret, dada berdebar kesal, kesal karena tadi lupa membawa ponsel, kalau benda itu ada di sini sudah kupastikan akan merekam segala ucapannya."Silahkan saja, kau katakan pada G sekarang juga, toh ia tidak akan percaya padamu bukan? Ia akan menganggap kau hanya mengada-ada, karena rasa cemburu yang berlebihan."Bahkan ia sudah menebaknya, bagaimana reaksi Suamiku jika aku langsung mengatakan yang kulihat sekarang, jika tanpa adanya bukti.Ia tertawa kecil, seolah ia telah m
Pov narator ( Bagian akhir) "Kalau kau terus saja melakukan ini, bisa-bisa bayi kita lahir prematur...." Lirih ucapan Nirmala di sela helaan nafas memburu, seluruh tubuhnya tidak lagi memiliki tenaga, pasrah ketika sang suami mengangkat dirinya untuk menyingkirkan seprey yang telah basah oleh cairan cinta yang berasal darinya. Giantara terkekeh senang, setelah kain putih itu teronggok di lantai sepenuhnya, ia kembali meraup tubuh polos istrinya ke dalam pelukan, mengecup pucuk kepala dan dibagian manapun ia suka, jemarinya pun membelai perut buncit yang terasa masih menegang akibat pelepasan beruntun yang di alami wanita itu. "Nggak lah sayang, justru bayi kita akan semakin kuat dan lincah, lagipula kan dokter menyarankan jika di trimester terakhir ini kita harus sering melakukannya," Giantara mengusap sisa-sisa keringat yang masih menempel di sekitar wajah Nirmala, merapikan rambut panjang yang lembab, menyatukan ke belakang hingga dada dan leher seputih pualam dan sehalus sutera
Tidak dapat kuhindari, lengan kekar itu telah meraup tubuhku ke dalam dekapan dadanya, dan dapat terdengar jelas gemuruh hebat dari dalam sana, helaan nafasnya pun begitu berat begitu sesak terhempas di pucuk kepala. Ia mengecup berkali-kali di ubun-ubun, memeluk begitu erat seakan kami tidak berjumpa bertahun-tahun. "Pergilah Joana, aku mohon bawa putrimu, biarkan dia hidup dengan tenang di sisiku ... aku siap menerima hukuman apapun karena telah mengusir anakku tapi sungguh aku tidak bisa ditinggalkan oleh wanita ini," Ia bicara putus-putus di tengah helaan nafasnya yang memburu.Aku terbungkam, yang tadi hendak membebaskan diri dari pelukannya yang memabukkan menjadi tidak bisa lagi menggerakkan otot-otot tangan. Ia tengah menyeruak pada ceruk leherku, begitu terasa nafas berat terhempas membelai, seiring pelukannya yang kian mengetat, lalu kulitku menemukan rasa hangat yang lain tersebab tetesan air matanya. Aku termenung, tidak lagi mampu bicara atau melakukan sesuatu, seme
Seperempat jam sejak panggilan di ponsel itu, suara kedatangan mobil telah terdengar menderu. Aku yang memang sengaja menanti kedatangannya di balkon melihat kendaraan tersebut diparkir asal di perkarangan. sekejap kemudian lelaki itu telah mengeluarkan diri dari sana, menghempas pintu mobil dengan kekuatan penuh lalu langkah panjang setengah berlari membawa tubuhnya dengan cepat memasuki rumah.Hitungan menit dia sudah muncul di kamar yang begitu kacau, barang-barang Joanna berserakan dan barang-barangku masih belum selesai mereka kemas. Raut pria itu begitu mengeras, denyut di rahangnya nampak begitu kentara, sesaat matanya menyapu seluruh ruangan beserta isinya membuat mereka yang masih berusaha nampak mengkerut ketakutan dan menegang, setelahnya tatapan tajamnya itu hanya tertuju padaku meminta penjelasan."Sayang ...." Suaranya berat dan tercekat, aku tahu dia tengah menahan amarah yang amat sangat.Sekejap dia telah merengkuhku, membawa tubuhku tenggelam dalam pelukannya, gemur
"Mari kita buktikan, Kak. Apa memang yang kau katakan itu benar. Jika iya, dengan suka rela aku akan pergi dari kehidupan Giantaramu itu!"Aku benar-benar tidak tahan hingga melenyapkan segala kesabaran dalam jiwa ini. Aku menyambar lengannya, ingin segera menyeretnya ke dalam kamarku.Tentu saja dia sangat terkejut dengan reaksiku, itu bisa dilihat dari ekspresinya, tatapannya yang tadinya begitu percaya diri menghujaniku kini telah berubah menjadi sorot penuh cemas."Mala, apa-apaan?" Ia menepis cengkramanku di saat langkah kaki kami sudah hampir keluar dari area taman."Kenapa, Kak? Takutkah? Aku hanya ingin membuktikan kebenaran kata-katamu tadi!" jelasku berusaha mempertahankan cengkraman di lenganku."Jangan macam-macam, Mala. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!""Oh ya? Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku tidak akan lagi bisa berada di dalam rumah ini sebelum sebuah kejelasan!" tegasku membuat matanya begitu membola."Apa maksudmu?""Seperti yang kau inginkan, Kak.
Bukan Hasrat Suamiku 66"Aku tahu apa aku pikirkan dan apa yang akan kau lakukan, Mala?" Ia berujar tenang, matanya masih tidak lepas mengawasiku.Aku membuang tatapan dari wajah penuh kebohongan ini, sungguh hal buruk tentangnya yang selama ini hanya menjadi prasangka rasa cemburuku benar-benar nyata."Oh ya?" suaraku terdengar seret, dada berdebar kesal, kesal karena tadi lupa membawa ponsel, kalau benda itu ada di sini sudah kupastikan akan merekam segala ucapannya."Silahkan saja, kau katakan pada G sekarang juga, toh ia tidak akan percaya padamu bukan? Ia akan menganggap kau hanya mengada-ada, karena rasa cemburu yang berlebihan."Bahkan ia sudah menebaknya, bagaimana reaksi Suamiku jika aku langsung mengatakan yang kulihat sekarang, jika tanpa adanya bukti.Ia tertawa kecil, seolah ia telah merengkuh kemenangan, mungkin karena membaca kepasrahan di ekspresi wajahku yang kesal."Seharusnya kau berterimakasih padaku, Mala. Kalau tidak Glarissa akan membuat G menyingkirkanmu dari p
"Jangan suruh kami pergi Daddy, semewah apapun rumah yang telah Daddy sediakan untuk kami tidak akan ada artinya tanpa Daddy."Aku menunggu bagaimana tanggapan Mr. Giantaraku dengan permintaan putrinya itu. Hatiku berdebar sakit melihat adegan mereka yang masih berpelukan, sangat lama. Seakan-akan Suamiku tidak ingin melepas dekapan pada anaknya tersebut.Tetapi, aku segera memakai hati ini, aku tidak boleh cemburu kalau hanya tentang putrinya, yang terpenting aku tidak boleh egois."Daddy akan selalu mengunjungimu..." Aku tercekat mendengar kalimat yang di lontarkan suamiku tepat di puncak kepala putrinya."Benarkah Daddy? Setiap hari?" Gadis remaja itu mengangkat kepala dari dada Daddynya, lalu menatapnya dengan penuh harap."Tentu, kapanpun kamu menginginkan, Daddy akan selalu datang ..."Pahit. Aku menggigit bibir, rasanya sungguh tidak terperikan. Baru kali ini aku merasakan cemburu yang begitu besar, Mr. Giantaraku sepertinya sangat mencintai putrinya.Air rupanya telah jatuh d
"Cukup, Mr... sekarang aku yang benar-benar tidak mengerti, apakah kau masih Giantara yang mencintaiku?"Aku terisak, tidak menyangka lelaki yang satu tahun ini yang telah memberikan memberikan seluruh hati, cinta dan perhatiannya untukku, kini seperti menarik segalanya kembali.Hampa perlahan menyusupi dada."Kalau kau masih bersikap kekanakan maka kau akan benar-benar melihat kemarahanku." Ia tidak peduli dengan air mataku, tetap saja melontarkan kata yang menikam hati.Ia masih menatap tajam tiada berkedip. Setelah beberapa saat terdengar hempasan nafas kesalnya, lantas ia kembali bergerak ke arah lemari melanjutkan berpakaiannya yang tertunda.Aku duduk di ranjang, mengawasinya dengan air mata yang masih menetes. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa dia seperti
"Semuanya tidak seperti yang kau pikirkan sayang. Tidak ada yang akan berubah, kejadian tiba-tiba ini, tidak akan ada pengaruhnya bagi kita."Aku mengusap mata yang terasa masih basah. Sungguh, aku tidak ingin memperlihatkan ketidak inginan hati di depannya. Aku sudah berusaha sebisa mungkin, tapi tetap saja aku tidak bisa ber-akting dengan sempurna."Aku tidak berpikir apa-apa. Hanya saja aku sangat terkejut kalau suamiku ternyata mempunyai buah cinta dari wanita lain ..."Aku menggigit bibir agar tangis ini tidak pecah di ujung kalimat."Aku juga tidak menduga." Ia berucap pelan, sambil terus mendekapku."Tentu saja, entah berapa banyak wanita yang menjadi persinggahanmu di masa lalu. Itu bisa dimengerti, kau bukan lelaki biasa. Kau tampan dan punya banyak uang. Semuanya akan takhluk padamu." Sekarang aku benar-benar terisak."Tetapi sebagai seorang istri, hatiku hancur dengan kenyataan ini. Tiba-tiba kehidupan kita yang bahagia harus terusik oleh orang dari masa lalumu. Kau membawa