Bukan Hasrat Suamiku 34"Mr. Anda tidak bisa berbuat begini, ingat perjanjian kita di atas materai! Kalau, kau tidak menepatinya aku akan memperkarakannya!"Baru saja tangan Mr.G meraih tanganku agar segera beranjak ke mobil, suara penuh emosi Pandu menghentikan langkah kami.Aku cukup terkejut, lalu memandang wajah Mr.G, lalu ada rasa senang yang membelai hati ketika melihat ketenangan di raut maskulin itu.Ia menatap Pandu dengan tatapan penuh pelecehan. Sebelah alis tebalnya terangkat, sudut bibirnya menciptakan senyum sinis."Oh, ya? Menurutmu, pengadilan mana yang akan menerima petisi seorang suami yang tidak dibayar karena menjual istrinya?"Telak. Muka Pandu terlihat begitu pucat. Bulir-bulir keringat terlihat menempel di dahinya."Aku akan menyebarkan di seluruh perusahaanmu. Namamu baikmu akan segera tercemar?"Seperti Pandu masih punya banyak jurus untuk memojokkan Mr.G."Silahkan, Pak Pandu. Tetapi bagaimana, kau akan mengatasinya? Takutnya nanti, berita itu sampai ke teli
Bukan Hasrat Suamiku 35"Apa darah dagingku sedang bersemayam di dalam perut ramping ini?" Bisiknya tepat di telingaku.Tubuhku terasa kaku mendengar kalimat yang diucapkannya itu. Dadaku berdegup cepat, tiba-tiba rasa pening yang tadi mulai membaik mendadak menyerang lagi.Aku merasa mual, tapi, tidak berniat untuk muntah. Ada rasa eneg yang lain yang menekan lambungku dengan sangat tajam.Hamil? itukah yang dimaksudnya? Apa ia akan mencampakkanku seandainya memang sedang berbadan dua.Ingatanku kembali memutar kejadian yang lalu, saat Pandu selalu menyuruhku mengkonsumsi pil Kontrasepsi setiap malam. Tetapi, sejak kejadian aku mengetahui semuanya, aku melupakan untuk meminumnya.Jadi, kalau seandainya aku hamil sekarang itu, merupakan suatu yang wajar, karena kami hampir selalu melakukan itu. Apakah ia akan segera membuangku?"Nirmala ... kau, mendengarku?" Hembusan nafasnya terasa hangat di tengkuk. Jemarinya masih mengelus perutku lembut."Hmmm ..." Aku bahkan merasa takut untuk b
Bukan Hasrat Suamiku 36Sehari setelah Mr.G berbicara dengan Pandu di telpon. Aku sekarang benar-benar akan di bawanya untuk menemui orang itu. "Kita akan bertemu di alamat yang telah kukirim padamu, Pak Pandu. Aku harap kau tidak terlambat. Karena, kau tahu aku tidak akan menghabiskan waktu untuk menunggumu!"Aku memperhatikan pria yang bahkan sudah cukup lama aku tinggal bersamanya, berbagi segalanya, tapi, aku masih saja selalu merasa terhipnotis dengan aura maskulin yang selalu mendominasi setiap pergerakannya. Ia sedang memasang jaket kulit mahal pada tubuh tegapnya itu, dengan posisi telinga dan bahu yang sedang menjepit ponsel.Aku menghela napas, meraba dada yang berdegup kencang. Hatiku merasa resah, mengingat hal yang kalau tidak ada hambatan, akan terjadi di depan mataku sebentar lagi.Aku memejamkan mata, sesekali meraba perut bawahku yang mulai sedikit terasa keras. Lalu jemariku serta seluruh pikiranku kembali terfokus pada ponsel yang kupegang."Kau, terlihat begitu gu
Bukan Hasrat Suamiku 37Aku nanar menatap ke layar televisi yang terpampang di dinding klinik khusus, ibu dan anak ini. Sudah hampir dua minggu berita itu masih menjadi trending topik.Aku merapatkan kedua lengan dan membawa ke dada. Sungguh ini tidak mudah bagiku, butuh beberapa hari untuk meyakinkan diri ini kalau semuanya hanyalah mimpi.Tetapi kenyataannya memang begitu. Aku telah berhasil, menjadi seperti wanita pameran antagonis di drama yang baru-baru ini menjadi panutanku. Sekali tepuk dua singa itu, langsung tumbang.Lalu apa aku begitu jahat karena telah melakukan semua ini? Apa sangat bodoh karena menjebak Mr.G yang telah terlihat sangat tulus menyayangiku? Apa aku begitu kejam telah menjadi penyebab peluru itu bersarang di kepala pandu hingga mungkin ia telah tewas? Tidak, aku merasa tidak begitu. Aku melakukannya karena mereka memang pantas untuk mendapatkannya.Aku kembali mengingat-ingat malam-malam jahanam, di mana kedua lelaki itu, mempermainkan kepolosanku. Mereka
"Pak, ada kunjungan untuk, Anda." Entah sudah berapa kali dari tadi para sipir penjara ini, tidak berhenti mengangguku. Hanya berjarak sekitar setengah jam dari panggilan barusan, sekarang mereka datang lagi dengan alasan yang sama. Aku bahkan baru menelungkup bagian tubuhku pada lantai sel yang dingin ini. Aku berpura-pura tidur, bosan dengan mereka yang selalu mengganggu. Paling kunjungan itu, masih orang yang sama, pengacara-pengacara yang dikirim oleh Alex, asistenku ."Pak, Istri korban ingin menemui, Anda!" Namun, seperti aku harus mengurungkan niat berpura-pura tidur. Karena aku sudah menunggu kedatangan orang yang dimaksud itu, selama tiga minggu terakhir ini. Akhirnya datang juga dia. Sigadis polos dan naif yang ternyata sangat nakal. Aku yang biasanya selalu peka dengan hal sekitar, sama sekali tidak pernah mengira ia akan berbuat seperti ini. Nirmala sigadis naif telah berhasil mengecoh seorang Mr.G dengan sangat sempurna. Itu bukanlah sesuatu yang bisa di tangg
"Lalu, apa rencanamu sekarang?" Entah kenapa aku masih betah duduk berhadapan dengannya di sini.Aku menyusup air yang terasa merembes di pipi. Apa ini ? Hhhh... Jangan katakan aku menangis di depan gadis ini. Terlalu berlebihan ..."Aku pikir seluruh rencanamu belum sempurna. Kalau, kau belum berbicara di depan publik ..."Aku tidak terkejut kalau mata indahnya itu, begitu membola ketika mendengar ucapanku. Mulutnya terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu. Tapi, aku tidak berniat untuk mendengar suaranya lagi."Kenapa? Ayo, sempurnakan rencanamu untuk menghukumku... Kenapa tidak bilang pada media kalau, Mr.G telah menyekapmu berbulan-bulan di kediamannya? Dan menjadikanmu budak birahi. Ayo, aku tantang dirimu melakukan itu. Kalau, kau berani, aku berjanji , aku hanya akan keluar dari penjara ini,
Aku baru saja menginjakkan kaki di bandara setelah delapan jam duduk di pesawat. Perjalanan dari Dubai memang melelahkan, untunglah kesehatan ayah kembali stabil dan setelah satu minggu aku bisa kembali lagi.Para ajudan menyambut kedatanganku, den mengarahkan langkah menuju parkiran, salah satunya membukakan pintu mobil dengan hormat.Mataku menyipit ketika baru saja menghenyakkan bokong di kursi empuk penumpang. Ketika menyadari siapa yang bertindak menjadi supir."Apa, profesimu sekarang merangkap jadi dua sekaligus?" Aku menepuk bahu itu."Ah, Bos ... aku bisa merangkap beberapa profesi sekaligus demi dirimu ..."Aku berdecih geli ... Alex asisten pribadiku adalah satu-satunya orang yang paling dekat denganku. Pria berperawakan lunak ini meman
Situasi yang kulalui sekarang hampir sama dengan seminggu yang lalu. Bedanya waktu itu aku menatap penuh debar tidak biasa kepada sang bridesmaid.Sekarang bridesmaid itu telah menjelma jadi pengantin dalam waktu yang sesingkat itu, aku masih menatap dari sini. Terlihat jelas binar di wajahnya, tangannya tidak henti mengamit erat lengan suaminya.Lalu entah apa yang kulakukan di sini, logika menolak semua yang di tawarkan oleh lelaki yang ternyata sangat bajingan ini, tetapi hati kecil sangat ingin menerima.Lelaki itu berkali-kali mengangkat tangan ke arahku sementara ia sibuk bersalaman dengan para tamu. Isyarat agar aku menunggu. Apa ini? Aku mau saja diperintah oleh seorang bawahan rendah seperti dia.Aku menelan ludah yang terasa pahit di kerongkongan. Ketika melihat betapa wajah cantik itu begitu didominasi boleh kebahagiaan, andai ia tahu kalau lelaki yang sekarang ia pegang lengannya dengan sangat kuat itu, sebentar lagi akan menjualnya tubuhnya pada pria lain.Aku mulai jenga