Share

92. Perhatian Mario

Mata Alma mengerjap-ngerjap ketika hidungnya mencium aroma minyak kayu putih yang menyengat di bawah hidungnya. Aroma kamar asing dan parfum seseorang yang amat dikenalinya juga membuatnya mau tak mau harus membuka mata.

Ketika matanya terbuka ia tidak tahu ada dimana. Di sekeliling kamar hanya ada tempelan papan deadline.

“Alma, kamu udah bangun?” Mario yang semula sedang menerima telpon di balkon masuk ke dalam kamar dan menghampiri Alma.

“Rio?”

Mario duduk dipinggiran ranjang, “Akhirnya kamu bangun juga.”

“Ini... dimana?”

“Di apartemen aku.”

Alma bangun dan duduk sebelahan dengan Mario, “Makasih ya kamu udah bawa aku kesini.”

“Ya aku harus bawa kamu kesini. Tadinya aku mau bawa kamu ke rumah sakit, tapi luka di lutut kamu gak begitu parah, jadi aku cuma tempelin plester.”

Alma mengusap plester yang menempel di lututnya, “Iya, gak parah.”

“Tadi aku sempet ke klinik, dokter bilang kamu pingsan karena shock, jadi aku bawa kesini aja.”

Alma mengangguk.

“Kamu laper?”

“Bange
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status