Alma duduk tenang di sofa ketika jam dinding menunjukkan pukul 12.10 WIB. Ia menunggu Mario yang mungkin masih di jalan. Hatinya yang nyeri karena kecewa berubah nyeri karena benci. Ia mengingat dengan jelas Adam mengatakan tidak mentoleransi perselingkuhan dalam rumah tangga mereka, tapi nyatanya ia sendiri yang melanggar itu. Dan perselingkuhan itu dilakukannya dengan salah satu sahabatnya. Sungguh kotor dan menjijikkan.Pantas saja Adam tidak lagi mengiriminya pesan. Ternyata ia sudah menemukan orang baru untuk melampiaskan nafsunya yang besar. “Sayang, sori ya, jalannya macet.”Alma tersenyum, “Jakarta selalu macet.” Ia bangkit dan menghampiri Mario. “Mau makan sekarang? Aku udah pesenin chicken karage kesukaan kamu.”“Iya, boleh, kebetulan aku laper banget.”Alma mengangguk. ia bergegas menyiapkan keperluan makan untuk Mario.Mario duduk di sofa biasa sambil memindahkan channel televisi. Ia menggulung-gulung kemeja hitam yang cocok di kenakannya.“Ini, abisin ya.”“Past
Pov Suster RuthSuster Ruth mendorong gerbang dengan lemas. Ia masih berkabung namun tidak bisa di kampung lama-lama karena harus kembali bekerja. Ia juga rindu Belle dan Alma.“Eh, suster sudah pulang.” sapa pak Dani yang baru keluar dari garasi setelah membuat kopi.“Pak.”“Suster lemes banget. Belum makan?”“Udah.”“Ya udah masuk, sus, istirahat.”“Boro-boro bisa istirahat, pak. Kan saya harus langsung ngasuh Belle.”“Tenang aja, ada temennya kak Alma di dalem.”“Namanya Audy?”“Bukan, kak Sezan. Udah beberapa hari nginep disini.”Mata suster Ruth membulat, “Hah? Pak Dani gak bercanda ‘kan?”“Kok bercanda, enggak lah.”“Kok sampe nginep sih.”“Suster curiga ya?”“Eum....”“Bapak juga gak suka sama temennya kak Alma, sus.”Suster Ruth mengernyit, “Kenapa, pak?”Pak Dani membisikkan sesuatu di telinga kiri suster Ruth.“Hah?”“Gak percaya ya?”“Bukan gitu, pak. Tapi... masa sih?”“Bapak juga awalnya gak percaya, temennya pak Adam juga yang dokter nyebelin itu j
Adam menghampiri Sezan yang tengah mengelap kompor, “Sezan." Sezan menoleh, “Eh, iya, mas? Kenapa?” “Eum... saya berangkat ke rumah sakit satu jam lagi, kamu mau bareng?” Sezan melipat kain topo, “Aku ke rumah sakit mau ngapain, mas?” Adam menyentuh lehernya, “Maksud saya, saya anterin kamu pulang sekalian.” Sezan diam. Ia nampak terkejut mendengar usiran halus Adam. “Saya gak enak sama Armand, sama orang tua kamu juga. Suster Ruth udah pulang, jadi saya mau bilang makasih atas semua bantuan dan perhatian kamu sama Belle, sama saya beberapa hari ini.” “Eum, mas, suster Ruth kan baru sampe, kasian kalo harus langsung kerja. Gimana kalo sehari lagi aku disini?” Adam menggeleng, “Saya gak enak sama yang lain kamu terus ada disini. Apalagi sebentar lagi mama mau kesini buat jenguk Belle.” “Mamanya Alma?” Adam mengangguk. Sezan mengangguk, “Ya udah, aku beres-beres dulu.” Adam mengangguk lagi. Sezan berjalan pelan menuju lantai atas. Suster Ruth yang sengaja menguping dibalik
Pov AdamAdam bangkit dari posisi tiduran di dalam mobil. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Ponselnya yang bergetar dari tadi ia acuhkan. Ia tak peduli mendapat panggilan dari siapapun. Ia hanya ingin keadaan membaik dan bisa berbaikkan dengan Alma.Ponselnya bergetar panjang. Kali ini ia menoleh. Telpon dari Virza, “Dia mau ngapain sih, ganggu aja. Halo?”“Dam? Lo dimana sih? Dateng ke rumah sakit sekarang!”“Gue... gak bisa.”“Dam, lo dapet surat panggilan dari tim Disiplin dan dewan Komisaris.”DEG!Adam menutup matanya, “Oke gue ke rumah sakit sekarang.”Dengan lemas ia bersiap dalam mode menyetir. Mau tak mau ia harus mengikuti alur hidupnya yang menyakitkan. Tidak ada pilihan, tapi ia yang akan menentukan pilihan kedepannya. Ia tahu arah ini akan kemana.Mobilnya baru sampai di parkiran. Ada Virza dan Armand yang menunggunya.“Dam, are you okay?” Virza memastikan sahabatnya ini dalam keadaan baik.Adam mengangguk, “Gue siap cari loker di rumah sakit lain.”“Dam, jan
Alma memeluk mama erat begitu sampai di depan pintu. Ia yang akan membuka pintu utama rumah mama, disambut mama yang langsung merentangkan tangannya.“Maafin mama ya sayang.”Alma mendongak, “Kenapa mama minta maaf?”Mama melepas pelukkannya, “Mama ke rumah Adam tadi. Ada Sezan disana.”Alma membuang muka.“Maaf mama gak percaya dan ngira kamu yang terlalu berlebihan. Setelah mama pikir-pikir lagi, keberadaan Sezan di rumah Adam aja udah gak wajar. Tadi supir kamu bilang sikap Sezan berlebihan banget sama Adam. Dia seolah istri Adam.”Alma menunduk. Sebenarnya entah apa yang terjadi antara Adam dan Sezan. Tapi sebetulnya ia sama saja dengan mereka. Ia dan Mario sudah melakukan kesalahan teramat besar. “Ma, aku ke kamar dulu ya.” Alma menyeret kopernya dan berjalan pelan menuju kamarnya.Mama membuang nafas pelan, “Alma pasti sedih denger Sezan setega itu sama dia.”Alma menutup pintu dan menyi
Saat tadi pulang ke rumah, Adam pikir barang-barangnya akan ada di luar. Suster Ruth dan Belle terlantar dan tengah menangis. Ternyata apa yang ia takutkan tidak terjadi. Ia masih punya waktu untuk berpikir mengenai kemana ia harus pergi setelah ini.Kini mobilnya berhenti di depan pagar rumah orang tua Alma. Ia rindu sekali istrinya, tapi enggan masuk apalagi mama sedang marah padanya.Tok-Tok-Tok“Den Adam?” mbok Inah mengetok kaca mobil.Adam membuka kaca jendela mobilnya, “Mbok?”“Kok malah parkir disini?”“Eum... saya...”“Non Alma ada kok di dalem.”“Alma pulang kapan, mbok?"“Tadi pagi, den.”“Sekarang lagi ngapain?”“Paling lagi tidur di kamarnya.”“Mama sama papa ada?”“Ibu ada, bapak pergi mancing sama temennya.”Adam menghela nafas berat. Kalau ada papa ia tahu akan sedikit dibela. Kenapa situasinya jadi serba sulit begini ya? Papa
Alma mendengar semua percakapan mama dan Adam di ujung tangga. Ia tidak menyangka mama akan menyerang menantu kesayangannya itu. Meski paham mama pasti akan membelanya apalagi setelah tahu Sezan perlahan masuk ke dalam kehidupan rumah tangga anak semata wayangnya, tapi ia tetap terkejut dengan apa yang terjadi barusan.“Ma, ada lagi yang mau di sampaikan?”Mama diam sebentar lalu berdehem, “Jangan salahin siapapun kalau Alma minta pisah dan balik lagi sama Mario. Tadi siang Mario datang kesini buat ngomongin kelanjutan hubungan kalian, dan hubungan mereka.”Adam yang terduduk tegap langsung menurunkan bahunya. Hilang harapannya untuk minta izin bertemu Alma. Kalau begini, jangankan minta izin bertemu Alma, satu kalimat lagi yang ia lontarkan ke mama sebagai bentuk bela dirinya saja pasti akan salah.Adam bangkit, “Saya pamit, ma. Nanti saya kesini lagi untuk ketemu Alma.”“Kalo perlu nak Adam gak perlu cari Alma lagi.”Adam diam, mungkin dengan begitu ia tidak akan memantik amar
Adam yang berdiri membelakangi Alma melepas pelukannya dengan Sezan dan membalikkan badannya, “Alma?”Butiran air mata turun perlahan dari mata Alma. Sezan yang melihat itu tersenyum diam-diam. Ia masih belum mau menunjukkan kalau ia bersaing dengan Alma terang-terangan. Bermain diam-diam membuatnya terasa aman.Adam menghampiri Alma, “Sayang, aku—"Dengan lemah Alma menjatuhkan dirinya ke dalam pelukkan Adam. Ia tidak punya sisa tenaga sedikit pun untuk melawan siapapun hari ini.Penyesalannya telah berselingkuh dengan Mario membuat energinya terkuras habis. Ditambah utlimatum mama pada Adam tadi, dan kini ia melihat suaminya berpelukkan dengan salah satu sahabatnya membuatnya amat lelah.Adam merengkuh badan mungil istrinya. Dengan nafas tertahan, ia mengusap rambut panjang Alma dengan pelan. Sezan yang masih berdiri disana mendelikkan matanya kesal. Kenapa Alma diam saja? Harusnya ia marah besar memantik amarah Adam. Bagus kalau mereka bertengkar.“Sezan.”Sezan menoleh ke