"Rambut lo kok basah?" tanya Elang saat melihat Maya menyisiri rambutnya yang kusut dan lepek karena basah. Handuk pink-nya menyampir indah dibahu Maya.
"Karena gak kering" jawab Maya singkat.
"Belom juga masuk ke dalem. Udah nanya-nanya aja. Mau sensus penduduk lo?" lanjut Maya sambil berjalan keruang tamu setelah membukakan pintu untuk Elang.
"Etdahh, ngga kebayang gue kalo jadi petugas kecamatan" Elang terkekeh pelan.
"Ya bagus dong. Jadi, gue bisa minta ajuin dana bansos ke lo" otak Maya memang selalu cemerlang kalau menyangkut uang.
"Dana bansos buat bayar utang ke gue?"
"Kalo bisa" jawab Maya sekenanya.
Elang menatap punggung Maya "Ya gak bisalah, enak aja"
Elang tidak rela Maya lepas begitu saja walaupun Maya bisa melunasi hutang atas kehilangan ATMnya tersebut. Kebersamaannya dengan Maya selama ini, membuat Elang sedikit bergantung
Udara semakin dingin dimalam yang sudah menunjukan pukul 11 malam. Ditambah lagi hujan yang lumayan deras tanpa diiringi petir menambah suasana semakin uenak bergelung dikasur. Apalagi kalau ditemani selimut bernyawa.Elang melirik kamar Maya yang sudah dimatikan lampunya. Sudah kesekian kalinya Elang menggerakkan kepalanya untuk melihat ruangan yang didalamnya terdapat sosok mungil berponi.Elang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bergumam "Gila lo Lang. Hadeuhh"Televisi yang kini sedang menyala diabaikan oleh Elang tanpa dinikmati.Elang sengaja menyalakan televisi bukan untuk mencari hiburan. Hanya sekedar mengisi keheningan yang menemani dirinya selain suara air hujan.Elang tidak bisa tidur setelah hampir saja dia mencium satu-satunya wanita yang ada diruangan ini. Entah apa yang akan terjadi jika dirinya tidak bisa mengendalikan diri dan membiarkan setan-setan biadab disekelilingnya
Dua insan yang masih segar matanya sama-sama terdiam dalam pikirannya masing-masing. Waktu sudah berganti hari. Diantara mereka sepertinya tidak ada yang mau memutuskan untuk tidur.Hati Maya bergemuruh."Lang""May"Ucap Elang dan Maya bersamaan. Mereka saling menatap kemudian Maya memalingkan wajahnya. Tidak kuat melihat wajah Elang. Maya terbakar cemburu."Ehem.. Lo duluan" ucap Elang mengalah. Entah kenapa menurut Elang suasana semakin canggung."Ngga, lo aja" ketus Maya tanpa memandang Elang."Ko jutek gitu?"Maya melirik Elang sekilas."Ngga ah, B aja" jawab Maya singkat dan datar."Gausah ngajak ribut di pagi buta gini. Kasian, Rere juga lagi tidur" Elang memelankan suaranya sambil menempelkan jari telunjuknya dibibir Elang.Maya mencelos mendengar penuturan Elang. Belum juga Maya b
Suasana meja makan yang seharusnya hangat berbalik menjadi dingin mencekam. Hanya dentingan piring dan sendok yang mengisi keheningan tersebut.Melan belum menyentuh makanannya. Ia asyik memandangi ayahnya-Jordan dan abangnya-Roney. Dalam hatinya Melan tersenyum.Dua malaikat MelanAndai Ayah sama abang saling merangkul buat jagain Melan, gak masing-masing giniMelan memandang Roney yang sedang melahap paha ayam goreng buatannya. Seperti biasa, kaki Roney terangkat satu dengan tangan yang dua-duanya kotor. Tidak ada coolnya sama sekali. Tidak pantas jikalau seandainya dinobatkan sebagai Baginda Raja yang terhormat.Kasian Bang Roney. Harus biayain Melan. Sementara abang semua fasilitasnya di block sama ayah"Melan, kok gak dimakan ayamnya? Gak suka? Sini buat abang" Roney mengambil dada ayam yang masih utuh dipiring Melan.
Suasana kantin Rajo's Home Design terlihat sepi dari biasanya. Tinggal tersisa beberapa orang yang sedang menikmati rintikan hujan sisa tadi sore. Salah duanya Nadya dan Roney. Mereka berdua sedang duduk berhadapan yang dibatasi dengan meja kotak. Nadya dengan coklat panasnya. Sedangkan Roney dengan minuman bersodanya.Nadya dan Roney baru saja menyelesaikan project yang membutuhkan waktu cukup lama. Butuh waktu seminggu mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. Namun, usaha tidak mengkhianati hasil. Elang sangat puas dengan hasil kerjasama mereka berdua. Skill mereka tidak mengecewakan."Pusing banget pala gue astaga" keluh Roney sambil memijit pelipisnya.Nadya hanya memperhatikan. Bingung mau menjawab apa. Nadya memang wanita yang cenderung tidak banyak bicara. Walaupun Nadya berkacamata, namun tidak terlihat cupu. Pembawaannya sangat kalem. Mungkin hanya mata Roney saja yang terlalu berlebihan. Wanita de
"Ron?" Elang menggoyangkan bahu Roney yang sedang duduk anteng. Kedua tangannya menopang dagunya dan bertumpu pada meja dengan kedua sikunya."Hem?" Roney hanya berdehem dengan pandangan masih menatap ke depan.Elang yang melihat Roney seperti itu pun heran. Biasanya Roney akan tertidur jika pelajarannya terasa membosankan. Khususnya pada saat pelajaran Pak Dayat yang sedang mengajar sekarang ini."Kayanya mending lo tidur aja deh, daripada bengong gitu" saran Elang dengan suara setengah berbisik."Gue lagi merhatiin Babe Dayat" jawab Roney singkat. Elang tidak percaya begitu saja. Tidak biasanya Roney begini. Macam wanita yang baru kedatangan tamu bulanannya."Merhatiin? Jelas-jelas lo bengong gitu" Elang menyandarkan punggungnya di kursi agar bisa duduk lebih santai.Elang mengedarkan netranya melihat teman-temannya yang sudah terlihat gabut dan bosan mendengar ocehan Pa
"Tajir juga cowok lo" sindir Elang ketika Maya berjalan melewatinya. Elang yang sedang mencuci mobilnya, lebih tepatnya hanya membersihkan dari debu-debu yang menempel saja. Karena biasanya Elang mencuci mobilnya di car wash supaya bersih mengkilap seperti baru.Maya baru saja tiba diantarkan oleh seorang lelaki menggunakan mobil hitam yang entah merek apa."Kenapa? Cemburu?" ketus Maya."Idih, ngapain cemburu. Mobil gue banyak noh digarasi" sombong Elang dengan penuh percaya diri.Maya melengos tidak menjawab ucapan Elang."Mau makan apa buat nanti malem?" teriak Maya dari dalam rumah."Gak usah masak!" jawab Elang dengan teriakan juga.Elang berniat untuk mengajak Maya makan diluar. Sudah lama Elang tidak makan-makanan siap saji direstoran. Sekaligus menghilangkan penat dikepalanya."Mas Elang, musiknya kecilin toh, udah sore. M
"Dengerin gue dulu May!" teriak Elang agar Maya mau mengehentikan langkahnya.Setelah turun dari mobil, Maya langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Bunyi hentakan langkah kaki yang sedang menaiki tangga sangat menggema diruangan berlantai dua tersebut.Elang tidak menyerah begitu saja. Elang menyusul Maya menaiki tangga dengan berlari."Lo sebenernya pengen apa si dari gue?!" tanya Maya dengan penuh emosi.Maya berdiri dipijakan tangga terakhir memandang Elang yang berada dipijakan tangga yang tidak jauh darinya. Dadanya kembang kempis menahan lelah dan emosi yang tercampur."Tega lo ya, boongin gue!!" kedua mata Maya berkaca-kaca. Maya sangat kecewa atas perbuatan Elang kepada dirinya."May, tenangin diri lo dulu. Gue bisa jelasin" Elang memegang kedua bahu Maya. Manik mata Maya menatap Elang dengan nyalang. Berbanding terbalik dengan tatapan Elang yang penuh rasa bersa
Jika siswa normal biasanya berangkat menuju sekolah pukul 06.00 atau paling lambat pukul 06.30. Berbeda sekali dengan Roney dan Elang, pukul 07.00 baru selesai memakai baju. Belum lagi aktivitas nangkring di kaca lalu sarapan. Membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Tidak jarang mereka berdua berangkat ke sekolah pukul 08.00 kurang.Seperti sekarang ini, Elang sedang memukul-mukulkan kaos kakinya ke lantai untuk menghilangkan debu. Sembari menunggu Roney yang sedang membuang hajatnya. Aktivitas Roney yang satu ini, tidak membutuhkan waktu sedikit. Kisaran 15 menit sampai 30 menit, Roney baru keluar dari persemediannya.Dipandanginya kaos kaki abu-abu yang sudah bolong dibagian kelingking dan berwarna coklat dibagian telapak kakinya. Elang meringis iba. Bukan karena Elang tak punya uang. Namun, Elang tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Selagi masih bisa dipakai, okelah. Lagipula tidak akan ada yang tahu bahwa kaos ka
Lelaki berperawakan tinggi, atletis dan berambut cepak tengah berlari mencari tempat berteduh. Hujan tidak terlalu lebat, namun cukup membasahi kaos oblongnya.Setelah berada didepan toko roti, pria itu mengibas-ngibaskan tangannya karena terkena tetesan hujan. Lumayan dingin karena tidak memakai jaket."Oon Lang Lang!" umpatnya pada dirinya sendiri."Gue kan pake mobil, ngapain gue turun buat neduh"Elang mendesah kesal merutuki kebodohannya. Namun, sepertinya tidak sia-sia Elang melipir mencari tempat teduh. Kebetulan perutnya juga sangat lapar. Jadi Elang memutuskan untuk makan dulu sebelum menjemput Rere disalon.Akhirnya Elang pun memasuki kedai makanan khas Jepang. Karena hanya itu yang ada didepan mata Elang. Ia malas muter-muter mencari makanan lain. Takut keburu lemas cacing-cacing diperutnya.Setelah masuk kedalam resto, ia langsung memesan beberapa menu."Mas, soba satu. Aoijiru sama air mineralnya satu" pesan Elang pada pelayan resto tersebut."Ada lagi mas?"Elang menggel
"Lo niat kerja apa ngga si nyet?" tegur Elang pada Roney.Sedangkan Roney sedang asyik bersama ponsel ditelinganya. Entah apa yang Roney bicarakan, tapi sesekali Roney tertawa disela pembicaraannya."Oke, siap! Bisa diatur Don. Time and place lo yang atur deh" ucap Roney tanpa mempedulikan Elang.Elang melengos jengah. Kemudian berjalan cepat diremang-remangnya malam. Elang menyusuri bangunan yang sedang dalam tahap pembangunan.Terjun langsung ke lapangan di malam hari memang tidak efektif.Sulit.Tapi apadaya Elang yang berstatus pelajar hanya bisa menggunakan sisa waktunya yang sudah gelap. Namun, disela kegiatan sekolah, Elang tetap terhubung dengan bawahannya yang sedang dilapangan agar tidak ada yang teledor pada saat pengerjaan.Bau rokok menggelitik Indra penciuman Elang. Untung saja bukan rokok lintingan yang bercampur menyan. Bau-baunya sudah lama tidak Elang hirup namun tidak asing di hidungnya."Kumat lagi Lo?" tanya Elang pada orang yang kini sedang menghisap rokoknya.Ro
Maya sangat mengeluhkan kenapa di dunia ini ada hari Senin? Hari Senin terlalu zombie baginya. Bahkan malam Jumat kliwon pun kalah dengan yang namanya hari Senin.Seperti Senin sore kali ini."Jagain adek gue ya, May!" titah Roney dari balik kemudinya.Maya tidak menjawab. Hanya menyuguhkan wajah yang tertekuk berlipat-lipat. Roney terkekeh saat melihat Maya yang manyun sambil melihat jalanan."Nyampe kontrakan lo setrika tuh muka lo. Kusut amat" ucap Roney sambil tertawa.Maya tidak menjawab lagi.Roney kemudian terdiam karena hanya dirinya yang tertawa,"Euh, gak lucu ya?" ucap Roney kikuk.Maya tidak keberatan kalau saja hubungan antara dirinya dan adik Roney dalam kondisi baik. Maya masih menyimpan sedikit kesal dengan Melan yang cantik dan tidak sopan itu. Setelah kejadian salahpaham di rumah Elang dulu tentunya.Padahal sudah sangat lama. Tapi, Maya masih sulit berdamai."Dari tadi lo belom ada ngomong loh May. Gak gatel tu mulut dari tadi ham hem ham hem doang kek Nissa Sabyan?"
"Emhhh.."Tubuh Elang yang menggiurkan menggeliat di sela tidurnya. Tidak lama kemudian ia menguap dan perlahan membuka matanya yang terasa berat.Cahaya matahari yang begitu hangat menelisik masuk melalui jendela yang tertutup tirai putih. Rupanya hari sudah pagi. Ah, ataukah sudah siang?Elang tidak tahu."Pagi sayang" sapa seorang wanita dengan suara serak.Mata Elang menyipit mengadaptasikan dengan cahaya yang memenuhi ruangan bernuansa putih itu. Agar terlihat jelas siapa kini wanita yang ada disampingnya.Wanita cantik dengan badan yang tertutupi selimut tebal. Pundaknya yang putih terlihat menggoda dengan hiasan rambut yang jatuh terurai.Elang terpana sebentar. Lalu akhirnya...Sadar.Elang tidak memakai celana kolor. Ia coba raba-raba sekali lagi memastikan memang tidak ada sehelai kainpun yang menempel diselangkangannya."Sial!"Elang memejamkan matanya sambil mengepal tanda menyesal."Re, pake baju kamu!" Ucap Elang tegas.Raut wajah Rere pucat pasi. Tidak menyangka sambuta
Tangan Elang yang terkepal ia pukul-pukulkan ke pahanya. Hatinya terasa panas. Nafasnya pun memburu. Apa yang tadi ia lihat sungguh diluar dugaan. Elang tidak rela Maya berpenampilan seperti itu. Elang juga tidak suka ketika Maya bermanja pada orang lain.Semua tentang Maya, Elang tidak suka."Ck... Sebenci ini gue sama dia" batin Elang.Elang masih tidak mengerti ini perasaan apa. Seperti benci namun tidak berkepanjangan. Elang benci hanya pada saat tertentu saja. Selebihnya...Nyaman."Door!!"Seorang wanita cantik menepuk pundak Elang lumayan keras dengan suara yang nyaring. Wanita itu kemudian memeluk leher Elang dan mencium pipi Elang dengan gemas."Kaget gak yang?" tanya Rere disertai tawa renyah."Jantung aku kaya mau turun ke usus tau Rere.." jujur Elang sambil berusaha melepaskan pelukan Rere."Haha... Lagian ngelamun aja si. Ngelamunin aku yah yang?" Rere mencium pipi Elang lagi.Elang mulai risih,"Udah ya Re. Malu diliat orang-orang" tegur Elang dengan lembut.Elang tidak b
"Apa jangan-jangan lo udah dimasukin sama dia Tan?"Maya melotot kaget,"Ngawur lo setan!"Jantung Maya hampir copot saat ditembak pertanyaan seperti itu. Bukan "udah" tapi "hampir". Setelah pengakuan malam itu...Maya dan Elang saling menikmati manisnya bibir-bibir mereka yang polos.Mereka awam dan belum pernah melakukan deep kissing.Sayang sekali.Maya menggeleng-gelengkan kepalanya berharap momen itu tersapu dari otaknya.Ngeri-ngeri sedepNgeri hamilNgeri ngeliat badan bugil laki-lakiMaya begidig sendiri membayangkannya."Lah kok mukanya merah?" skak Toro dengan tawa renyah."Ahhh.. udah sih ini mah anjir. Si Elang beruntung banget bangke" Toro tertawa lagi.Plak!"Apaan si Tor!" Maya memukul lengan Toro."Gue ga pernah anu sama Elang ya. So tau aja lo!" Maya kemudian mencubit lengan Toro karena merasa tidak puas kalau hanya memukulnya saja."Aaaa... deuh deuhh deuh! Sakit woy!""Ngapain kalian nyebut-nyebut pacar gue?"Toro dan Maya menoleh dengan terkejut. Rere sudah ada disa
"Eh, boss! Ketemu di sini" Toro terkekeh melihat Elang yang sedang duduk santai di depan bar Cambria. Tepatnya sebuah cafe berornamen ala Eropa yang sangat ramai pembeli. Elang menggerling sedetik. Kemudian fokus kembali ke ponselnya,"Musibah gue ketemu lo" tutur Elang.Tanpa beban Toro ikut duduk diseberang meja yang Elang duduki."Sensi amat boy. PMS lo ya?""Gak usah sok akrab gitu. Jijik gue""Yaudah, mari kenalan. Biar makin sayang" Toro tersenyum sambil menyodorkan tangannya."Najis!"Toro menarik kembali tangannya sambil terkekeh,"Gue Riantoro. Satu angkatan sama elo""Gak nanya!""Ya Tuhan. Jutek amat" Elang diam."Nunggu siapa lo?" tanya Toro dengan ramah."Bukan urusan lo"Toro mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Kemudian berdehem,"Gue mau ketemu my baby Maya nih"Elang mendelik sesaat dan bertingkah seolah tak peduli."Bodoamat!""Gak cemburu?""Gak!""Oh!"Toro kemudian ikut memainkan ponsel yang menganggur di dalam sakunya. Toro melirik sekilas Elang lagi sebelum menata
Maya tidak bisa memejamkan matanya sejak kejadian memeluk Elang. Bibirnya tidak berhenti tersenyum malu. Untung saja kini dia berada di dalam kamar yang dulu ia tempati. Jikalau tidak, entahlah seperti apa bentuk muka Maya saat ini. Bak tomat busuk mungkin.Ada rasa hangat yang berbeda. Bukan berasal dari teh panas yang baru saja diseduh. Ini sejenis hangat yang mampu membuncahkan rasa bahagia yang tidak Maya kira. Lebih dari yang Maya harapkan.Luar biasa."Gila sih! Gue cablak banget" gumam Maya pada langit-langit kamar.Untung saja Elang menganggap ungkapan Maya itu hanya candaan saja. Sehingga tidak membuat Maya merasa rendah sekali. Walaupun dalam hati Maya sedikit sedih karena Elang menganggapnya sedang mabuk komik gopek-an.Tringgg...Maya terperanjat."Siapa sih jam segini nelpon-nelpon segala. Kan gue udah close orderan" Maya mengumpat kesal karena dering ponselnya membuyarkan khayalannya.Maya kemudian mencebikkan bibirnya setelah melihat siapa yang menelponnya."Apa?" tanya
Untung saja Elang menggunakan kacamata minusnya. Sehingga dari jarak jauh pun Elang bisa melihat Melan yang sedang berdiri menghadapnya.Elang melambaikan tangannya agar Melan mengetahui keberadaan dirinya. Detik ini Elang sangat terburu-buru ingin mengejar Maya. Jadi Elang memutuskan untuk tidak menghampiri Melan.Dalam genggaman Elang terdapat kunci mobil yang siap ia luncurkan lewat lantai agar bisa tiba di hadapan Melan tanpa harus dilempar."Kunci" gumam Elang tanpa suara.Slurrr...Kunci mobil tersebut meluncur dengan sempurna.Setelah itu Elang kembali berbalik berlari dengan cepat. Elang harus bisa mengejar Maya. Dan Elang memastikan Maya akan segera pergi dari mall ini."Udah kek belut aja dia, licin bet susah dipegang" batin Elang seraya berlari.Elang berlari menuju toilet wanita yang mana tempat tersebut adalah temp