Suasana meja makan yang seharusnya hangat berbalik menjadi dingin mencekam. Hanya dentingan piring dan sendok yang mengisi keheningan tersebut.
Melan belum menyentuh makanannya. Ia asyik memandangi ayahnya-Jordan dan abangnya-Roney.
Dalam hatinya Melan tersenyum.Dua malaikat Melan
Andai Ayah sama abang saling merangkul buat jagain Melan, gak masing-masing gini
Melan memandang Roney yang sedang melahap paha ayam goreng buatannya. Seperti biasa, kaki Roney terangkat satu dengan tangan yang dua-duanya kotor. Tidak ada coolnya sama sekali. Tidak pantas jikalau seandainya dinobatkan sebagai Baginda Raja yang terhormat.
Kasian Bang Roney. Harus biayain Melan. Sementara abang semua fasilitasnya di block sama ayah
"Melan, kok gak dimakan ayamnya? Gak suka? Sini buat abang" Roney mengambil dada ayam yang masih utuh dipiring Melan.
Suasana kantin Rajo's Home Design terlihat sepi dari biasanya. Tinggal tersisa beberapa orang yang sedang menikmati rintikan hujan sisa tadi sore. Salah duanya Nadya dan Roney. Mereka berdua sedang duduk berhadapan yang dibatasi dengan meja kotak. Nadya dengan coklat panasnya. Sedangkan Roney dengan minuman bersodanya.Nadya dan Roney baru saja menyelesaikan project yang membutuhkan waktu cukup lama. Butuh waktu seminggu mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. Namun, usaha tidak mengkhianati hasil. Elang sangat puas dengan hasil kerjasama mereka berdua. Skill mereka tidak mengecewakan."Pusing banget pala gue astaga" keluh Roney sambil memijit pelipisnya.Nadya hanya memperhatikan. Bingung mau menjawab apa. Nadya memang wanita yang cenderung tidak banyak bicara. Walaupun Nadya berkacamata, namun tidak terlihat cupu. Pembawaannya sangat kalem. Mungkin hanya mata Roney saja yang terlalu berlebihan. Wanita de
"Ron?" Elang menggoyangkan bahu Roney yang sedang duduk anteng. Kedua tangannya menopang dagunya dan bertumpu pada meja dengan kedua sikunya."Hem?" Roney hanya berdehem dengan pandangan masih menatap ke depan.Elang yang melihat Roney seperti itu pun heran. Biasanya Roney akan tertidur jika pelajarannya terasa membosankan. Khususnya pada saat pelajaran Pak Dayat yang sedang mengajar sekarang ini."Kayanya mending lo tidur aja deh, daripada bengong gitu" saran Elang dengan suara setengah berbisik."Gue lagi merhatiin Babe Dayat" jawab Roney singkat. Elang tidak percaya begitu saja. Tidak biasanya Roney begini. Macam wanita yang baru kedatangan tamu bulanannya."Merhatiin? Jelas-jelas lo bengong gitu" Elang menyandarkan punggungnya di kursi agar bisa duduk lebih santai.Elang mengedarkan netranya melihat teman-temannya yang sudah terlihat gabut dan bosan mendengar ocehan Pa
"Tajir juga cowok lo" sindir Elang ketika Maya berjalan melewatinya. Elang yang sedang mencuci mobilnya, lebih tepatnya hanya membersihkan dari debu-debu yang menempel saja. Karena biasanya Elang mencuci mobilnya di car wash supaya bersih mengkilap seperti baru.Maya baru saja tiba diantarkan oleh seorang lelaki menggunakan mobil hitam yang entah merek apa."Kenapa? Cemburu?" ketus Maya."Idih, ngapain cemburu. Mobil gue banyak noh digarasi" sombong Elang dengan penuh percaya diri.Maya melengos tidak menjawab ucapan Elang."Mau makan apa buat nanti malem?" teriak Maya dari dalam rumah."Gak usah masak!" jawab Elang dengan teriakan juga.Elang berniat untuk mengajak Maya makan diluar. Sudah lama Elang tidak makan-makanan siap saji direstoran. Sekaligus menghilangkan penat dikepalanya."Mas Elang, musiknya kecilin toh, udah sore. M
"Dengerin gue dulu May!" teriak Elang agar Maya mau mengehentikan langkahnya.Setelah turun dari mobil, Maya langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Bunyi hentakan langkah kaki yang sedang menaiki tangga sangat menggema diruangan berlantai dua tersebut.Elang tidak menyerah begitu saja. Elang menyusul Maya menaiki tangga dengan berlari."Lo sebenernya pengen apa si dari gue?!" tanya Maya dengan penuh emosi.Maya berdiri dipijakan tangga terakhir memandang Elang yang berada dipijakan tangga yang tidak jauh darinya. Dadanya kembang kempis menahan lelah dan emosi yang tercampur."Tega lo ya, boongin gue!!" kedua mata Maya berkaca-kaca. Maya sangat kecewa atas perbuatan Elang kepada dirinya."May, tenangin diri lo dulu. Gue bisa jelasin" Elang memegang kedua bahu Maya. Manik mata Maya menatap Elang dengan nyalang. Berbanding terbalik dengan tatapan Elang yang penuh rasa bersa
Jika siswa normal biasanya berangkat menuju sekolah pukul 06.00 atau paling lambat pukul 06.30. Berbeda sekali dengan Roney dan Elang, pukul 07.00 baru selesai memakai baju. Belum lagi aktivitas nangkring di kaca lalu sarapan. Membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Tidak jarang mereka berdua berangkat ke sekolah pukul 08.00 kurang.Seperti sekarang ini, Elang sedang memukul-mukulkan kaos kakinya ke lantai untuk menghilangkan debu. Sembari menunggu Roney yang sedang membuang hajatnya. Aktivitas Roney yang satu ini, tidak membutuhkan waktu sedikit. Kisaran 15 menit sampai 30 menit, Roney baru keluar dari persemediannya.Dipandanginya kaos kaki abu-abu yang sudah bolong dibagian kelingking dan berwarna coklat dibagian telapak kakinya. Elang meringis iba. Bukan karena Elang tak punya uang. Namun, Elang tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Selagi masih bisa dipakai, okelah. Lagipula tidak akan ada yang tahu bahwa kaos ka
"Kok elo tiap hari disini sih?" Rere menyesap rokoknya sembari melihat Maya yang sedang tiduran di sofa lepek. Matanya di tempeli timun yang sudah lumayan peot. Maya menemukannya di dalam kulkas. Sayang kalau ditimunin.Maksudnyadianggurin.Rere baru saja tiba dikontrakannya, lebih tepatnya kontrakan Maya. Karena yang setiap bulan membayarnya tetaplah Maya. Walaupun Maya jarang sekali unjuk hidung dikontrakannya tersebut."Gue hampir tiap sore kesini. Pas lo gak ada"Rere tidak membantahnya. Karena Rere pun menyadari kalau Maya sering mengunjungi kontrakan yang tiap hari ditempatinya. Terbukti, di saat malam hari ataupun pagi hari, keadaannya sudah berubah menjadi rapih. Semua pakaian kotor Rere pun Maya urus.Tapi, laundry. Rere hanya menikmati kehidupannya saja. Kerja, kerja, kerja dengan uang yang tidak seberapa. Bahkan untuk menyewa rumah saja
Rere mengetuk-ngetukkan kukunya yang panjang ke meja. Ia gelisah sekaligus tidak sabar menunggu kedatangan Elang. Rere mengajak Elang untuk menemuinya di Indoapril dekat sekolahnya Elang. Karena mau ketemuan di cafe pun percuma, tidak ada cafe yang buka di pagi hari."Ehhh..." Rere terkejut karena bunyi derit kursi yang di tarik. Ternyata pujaan hatinya."Gapapa kan kamu bolos, yang?" tanya Rere saat melihat Elang menggunakan celana abu-abunya. Baju sekolahnya ditutupi oleh jaket levis-nya."Udah biasa" jawab Elang singkat.Elang mengamati penampilan Rere yang sedikit berantakan. Tidak seperti biasanya yang selalu tampil bermake up. Pagi ini terlihat lebih pucat."Kamu abis darimana Re?" tanya Elang yang membuat Rere terkesiap.Rere baru sadar bahwa dia berpenampilan acak-acakan. Sungguh, Rere merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya
"Gak masuk aja, Tor?" tawar Maya pada Riantoro a.k.a Toro yang sedang duduk di kursi bambu depan kontrakan."Ngga usah Tan, gue disini aja" tolak Toro dengan halus."Kalo masuk ke--yang lain mah, hehe" jeda Toro diakhiri cengiran naughty-nya."Gue mau" lanjut Toro diakhiri jilatan sensual dibibirnya.Maya menggerling sebal. Semua pria sama saja. Kalau gak buaya, ya... otaknya hanya berisi tentang selangkangan wanita.Maya dan Toro baru saja pulang dari puskesmas. Luka di lengan Maya terusik kembali. Sehingga, mau tak mau Maya harus menjahit kembali lukanya ke tukang jahit yang merangkap jadi kang suntik juga.Maya tidak bisa melakukannya sendiri. Jadi, dia meminta bantuan Toro untuk mengantarkannya ke Puskesmas yang paling jauh. Karena yang dekat tidak ada."Issh, otak lo... " Maya melengos masuk ke kontrakan meninggalkan Toro.Wa