Share

42

Author: lxmonozero
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Dengerin gue dulu May!" teriak Elang agar Maya mau mengehentikan langkahnya.

Setelah turun dari mobil, Maya langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Bunyi hentakan langkah kaki yang sedang menaiki tangga sangat menggema diruangan berlantai dua tersebut.

Elang tidak menyerah begitu saja. Elang menyusul Maya menaiki tangga dengan berlari.

"Lo sebenernya pengen apa si dari gue?!" tanya Maya dengan penuh emosi.

Maya berdiri dipijakan tangga terakhir memandang Elang yang berada dipijakan tangga yang tidak jauh darinya. Dadanya kembang kempis menahan lelah dan emosi yang tercampur.

"Tega lo ya, boongin gue!!" kedua mata Maya berkaca-kaca. Maya sangat kecewa atas perbuatan Elang kepada dirinya.

"May, tenangin diri lo dulu. Gue bisa jelasin" Elang memegang kedua bahu Maya. Manik mata Maya menatap Elang dengan nyalang. Berbanding terbalik dengan tatapan Elang yang penuh rasa bersa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • BERONDONG   43

    Jika siswa normal biasanya berangkat menuju sekolah pukul 06.00 atau paling lambat pukul 06.30. Berbeda sekali dengan Roney dan Elang, pukul 07.00 baru selesai memakai baju. Belum lagi aktivitas nangkring di kaca lalu sarapan. Membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Tidak jarang mereka berdua berangkat ke sekolah pukul 08.00 kurang.Seperti sekarang ini, Elang sedang memukul-mukulkan kaos kakinya ke lantai untuk menghilangkan debu. Sembari menunggu Roney yang sedang membuang hajatnya. Aktivitas Roney yang satu ini, tidak membutuhkan waktu sedikit. Kisaran 15 menit sampai 30 menit, Roney baru keluar dari persemediannya.Dipandanginya kaos kaki abu-abu yang sudah bolong dibagian kelingking dan berwarna coklat dibagian telapak kakinya. Elang meringis iba. Bukan karena Elang tak punya uang. Namun, Elang tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Selagi masih bisa dipakai, okelah. Lagipula tidak akan ada yang tahu bahwa kaos ka

  • BERONDONG   44

    "Kok elo tiap hari disini sih?" Rere menyesap rokoknya sembari melihat Maya yang sedang tiduran di sofa lepek. Matanya di tempeli timun yang sudah lumayan peot. Maya menemukannya di dalam kulkas. Sayang kalau ditimunin.Maksudnyadianggurin.Rere baru saja tiba dikontrakannya, lebih tepatnya kontrakan Maya. Karena yang setiap bulan membayarnya tetaplah Maya. Walaupun Maya jarang sekali unjuk hidung dikontrakannya tersebut."Gue hampir tiap sore kesini. Pas lo gak ada"Rere tidak membantahnya. Karena Rere pun menyadari kalau Maya sering mengunjungi kontrakan yang tiap hari ditempatinya. Terbukti, di saat malam hari ataupun pagi hari, keadaannya sudah berubah menjadi rapih. Semua pakaian kotor Rere pun Maya urus.Tapi, laundry. Rere hanya menikmati kehidupannya saja. Kerja, kerja, kerja dengan uang yang tidak seberapa. Bahkan untuk menyewa rumah saja

  • BERONDONG   45

    Rere mengetuk-ngetukkan kukunya yang panjang ke meja. Ia gelisah sekaligus tidak sabar menunggu kedatangan Elang. Rere mengajak Elang untuk menemuinya di Indoapril dekat sekolahnya Elang. Karena mau ketemuan di cafe pun percuma, tidak ada cafe yang buka di pagi hari."Ehhh..." Rere terkejut karena bunyi derit kursi yang di tarik. Ternyata pujaan hatinya."Gapapa kan kamu bolos, yang?" tanya Rere saat melihat Elang menggunakan celana abu-abunya. Baju sekolahnya ditutupi oleh jaket levis-nya."Udah biasa" jawab Elang singkat.Elang mengamati penampilan Rere yang sedikit berantakan. Tidak seperti biasanya yang selalu tampil bermake up. Pagi ini terlihat lebih pucat."Kamu abis darimana Re?" tanya Elang yang membuat Rere terkesiap.Rere baru sadar bahwa dia berpenampilan acak-acakan. Sungguh, Rere merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya

  • BERONDONG   46

    "Gak masuk aja, Tor?" tawar Maya pada Riantoro a.k.a Toro yang sedang duduk di kursi bambu depan kontrakan."Ngga usah Tan, gue disini aja" tolak Toro dengan halus."Kalo masuk ke--yang lain mah, hehe" jeda Toro diakhiri cengiran naughty-nya."Gue mau" lanjut Toro diakhiri jilatan sensual dibibirnya.Maya menggerling sebal. Semua pria sama saja. Kalau gak buaya, ya... otaknya hanya berisi tentang selangkangan wanita.Maya dan Toro baru saja pulang dari puskesmas. Luka di lengan Maya terusik kembali. Sehingga, mau tak mau Maya harus menjahit kembali lukanya ke tukang jahit yang merangkap jadi kang suntik juga.Maya tidak bisa melakukannya sendiri. Jadi, dia meminta bantuan Toro untuk mengantarkannya ke Puskesmas yang paling jauh. Karena yang dekat tidak ada."Issh, otak lo... " Maya melengos masuk ke kontrakan meninggalkan Toro.Wa

  • BERONDONG   47

    Maya berjalan sambil tertawa dengan Toro. Mereka memasuki cafe Brazillian untuk menemui Elang. Tanpa sengaja Maya melihat Elang sedang menatap mereka dari kejauhan, membuat Maya berbisik pada Toro."Lo duduk di meja sebelah aja ya" titah Maya.Toro mengacungkan jempolnya "Oke Tan!"Maya menghirup udara disekitarnya dengan rakus. Jantungnya kini berdebar tidak karuan saat Elang terus menatapnya.Kanget bat gue ma dia woy!"Ada apa?" tanya Maya bersamaan dengan pantatnya yang mendarat di kursi.Elang yang berada dihadapannya tidak mengalihkan sedikitpun pandangannya dari Maya. Itu membuat Maya sangat gugup. Namun, Maya mencoba mengontrolnya."Leher lo kenapa?" Elang menyipitkan matanya saat melihat leher Maya yang melepuh."Ohh,. Ini.." Maya langsung menutupi lehernya dengan telapak tangannya."Tan

  • BERONDONG   48

    Kau rindukuJiwaku indah memanggil dirimuMataku terbangun untuk menantiMenantimuJangan pernah kau ragukan cinta yang sesungguhnyaItu bisa menghancurkan semuaBukan begituAku sungguh masih sayang padamuJangan sampai kau meninggalkan akuBegitu sangat berharga dirimuBagikuDan kupastikan saja dihatimuKan kukorbankan semuanya untukmuSungguh kuberharap kaupun begituPadaku🎶 🎶"Ngena banget ya menn" Elang menghentikan petikan gitarnya.Roney yang sedang sibuk menggambar bangunan pun hanya melirik sekilas. Nadya yang berada disamping Roney juga terkesan tidak peduli dengan alunan gitar yang baru saja dimainkan Elang.

  • BERONDONG   49

    "Re, kamu dimana?" Elang bertanya pada kekasihnya sambil mengendarai mobil Honda Jazz putihnya.Oh, Elang tidak berbicara dengan Rere secara langsung. Tidak ada Rere di dalam mobilnya. Hanya sambungan telepon yang menghubungkan mereka berdua.Tidak mungkin juga Elang menanyakan keberadaan Rere jika wanitanya ada disampingnya. Ada-ada saja."Hai, sayang. Tumben pagi-pagi udah nanyain aku aja" ucap Rere terdengar serak.Elang menebak pasti Rere baru bangun tidur."Kamu baru bangun?"Rere mengangguk tidak sadar dari seberang sambil menguap "Iya yang. Tenggorokanku juga lagi gak enak. Kayanya mau batuk deh" "Aku otewe kesitu Re. Jangan kemana-mana ya. Gak kerja kan?"Tidak sulit bagi Elang untuk mengendalikan setir mobil dengan satu tangan. Menyetir sambil menyantap bakwan, tahu pocong, tahu isi, pisang gor

  • BERONDONG   50

    "Re, bajunya pake" Rere pura-pura tuli. Ia dengan santai memakan ayam goreng berbalut tepung tanpa tergubris dengan ucapan Elang yang sejak tadi menyuruhnya tanpa henti. "Enak banget yang. Kamu mau aku suapin. Sini aaaaaa..." Rere sudah menyiapkan nasi dan ayam siap menyuapkannya pada Elang. Lagi-lagi Elang teringat dengan keromantisan mahluk berinisial Roney dan Nadya yang pernah melakukan adegan suap menyuap.Namun Elang tidak tergoda sama sekali untuk mengikuti jejak romantisnya master Roney. Walaupun wanitanya sepertinya akan lebih romantis. "Melorot nanti handuk kamu" ucap Elang sambil memakan nasi bagiannya. "Gapapa dong yang. Cuma ada kamu doang inih" Rere menjilati crispy yang menempel dijari-jarinya. "By the way, aku masih ngambek loh ya" Rere memicing kesal pada Elang. Walaupun Elang disambut baik namun

Latest chapter

  • BERONDONG   61

    Lelaki berperawakan tinggi, atletis dan berambut cepak tengah berlari mencari tempat berteduh. Hujan tidak terlalu lebat, namun cukup membasahi kaos oblongnya.Setelah berada didepan toko roti, pria itu mengibas-ngibaskan tangannya karena terkena tetesan hujan. Lumayan dingin karena tidak memakai jaket."Oon Lang Lang!" umpatnya pada dirinya sendiri."Gue kan pake mobil, ngapain gue turun buat neduh"Elang mendesah kesal merutuki kebodohannya. Namun, sepertinya tidak sia-sia Elang melipir mencari tempat teduh. Kebetulan perutnya juga sangat lapar. Jadi Elang memutuskan untuk makan dulu sebelum menjemput Rere disalon.Akhirnya Elang pun memasuki kedai makanan khas Jepang. Karena hanya itu yang ada didepan mata Elang. Ia malas muter-muter mencari makanan lain. Takut keburu lemas cacing-cacing diperutnya.Setelah masuk kedalam resto, ia langsung memesan beberapa menu."Mas, soba satu. Aoijiru sama air mineralnya satu" pesan Elang pada pelayan resto tersebut."Ada lagi mas?"Elang menggel

  • BERONDONG   60

    "Lo niat kerja apa ngga si nyet?" tegur Elang pada Roney.Sedangkan Roney sedang asyik bersama ponsel ditelinganya. Entah apa yang Roney bicarakan, tapi sesekali Roney tertawa disela pembicaraannya."Oke, siap! Bisa diatur Don. Time and place lo yang atur deh" ucap Roney tanpa mempedulikan Elang.Elang melengos jengah. Kemudian berjalan cepat diremang-remangnya malam. Elang menyusuri bangunan yang sedang dalam tahap pembangunan.Terjun langsung ke lapangan di malam hari memang tidak efektif.Sulit.Tapi apadaya Elang yang berstatus pelajar hanya bisa menggunakan sisa waktunya yang sudah gelap. Namun, disela kegiatan sekolah, Elang tetap terhubung dengan bawahannya yang sedang dilapangan agar tidak ada yang teledor pada saat pengerjaan.Bau rokok menggelitik Indra penciuman Elang. Untung saja bukan rokok lintingan yang bercampur menyan. Bau-baunya sudah lama tidak Elang hirup namun tidak asing di hidungnya."Kumat lagi Lo?" tanya Elang pada orang yang kini sedang menghisap rokoknya.Ro

  • BERONDONG   59

    Maya sangat mengeluhkan kenapa di dunia ini ada hari Senin? Hari Senin terlalu zombie baginya. Bahkan malam Jumat kliwon pun kalah dengan yang namanya hari Senin.Seperti Senin sore kali ini."Jagain adek gue ya, May!" titah Roney dari balik kemudinya.Maya tidak menjawab. Hanya menyuguhkan wajah yang tertekuk berlipat-lipat. Roney terkekeh saat melihat Maya yang manyun sambil melihat jalanan."Nyampe kontrakan lo setrika tuh muka lo. Kusut amat" ucap Roney sambil tertawa.Maya tidak menjawab lagi.Roney kemudian terdiam karena hanya dirinya yang tertawa,"Euh, gak lucu ya?" ucap Roney kikuk.Maya tidak keberatan kalau saja hubungan antara dirinya dan adik Roney dalam kondisi baik. Maya masih menyimpan sedikit kesal dengan Melan yang cantik dan tidak sopan itu. Setelah kejadian salahpaham di rumah Elang dulu tentunya.Padahal sudah sangat lama. Tapi, Maya masih sulit berdamai."Dari tadi lo belom ada ngomong loh May. Gak gatel tu mulut dari tadi ham hem ham hem doang kek Nissa Sabyan?"

  • BERONDONG   58

    "Emhhh.."Tubuh Elang yang menggiurkan menggeliat di sela tidurnya. Tidak lama kemudian ia menguap dan perlahan membuka matanya yang terasa berat.Cahaya matahari yang begitu hangat menelisik masuk melalui jendela yang tertutup tirai putih. Rupanya hari sudah pagi. Ah, ataukah sudah siang?Elang tidak tahu."Pagi sayang" sapa seorang wanita dengan suara serak.Mata Elang menyipit mengadaptasikan dengan cahaya yang memenuhi ruangan bernuansa putih itu. Agar terlihat jelas siapa kini wanita yang ada disampingnya.Wanita cantik dengan badan yang tertutupi selimut tebal. Pundaknya yang putih terlihat menggoda dengan hiasan rambut yang jatuh terurai.Elang terpana sebentar. Lalu akhirnya...Sadar.Elang tidak memakai celana kolor. Ia coba raba-raba sekali lagi memastikan memang tidak ada sehelai kainpun yang menempel diselangkangannya."Sial!"Elang memejamkan matanya sambil mengepal tanda menyesal."Re, pake baju kamu!" Ucap Elang tegas.Raut wajah Rere pucat pasi. Tidak menyangka sambuta

  • BERONDONG   57

    Tangan Elang yang terkepal ia pukul-pukulkan ke pahanya. Hatinya terasa panas. Nafasnya pun memburu. Apa yang tadi ia lihat sungguh diluar dugaan. Elang tidak rela Maya berpenampilan seperti itu. Elang juga tidak suka ketika Maya bermanja pada orang lain.Semua tentang Maya, Elang tidak suka."Ck... Sebenci ini gue sama dia" batin Elang.Elang masih tidak mengerti ini perasaan apa. Seperti benci namun tidak berkepanjangan. Elang benci hanya pada saat tertentu saja. Selebihnya...Nyaman."Door!!"Seorang wanita cantik menepuk pundak Elang lumayan keras dengan suara yang nyaring. Wanita itu kemudian memeluk leher Elang dan mencium pipi Elang dengan gemas."Kaget gak yang?" tanya Rere disertai tawa renyah."Jantung aku kaya mau turun ke usus tau Rere.." jujur Elang sambil berusaha melepaskan pelukan Rere."Haha... Lagian ngelamun aja si. Ngelamunin aku yah yang?" Rere mencium pipi Elang lagi.Elang mulai risih,"Udah ya Re. Malu diliat orang-orang" tegur Elang dengan lembut.Elang tidak b

  • BERONDONG   56

    "Apa jangan-jangan lo udah dimasukin sama dia Tan?"Maya melotot kaget,"Ngawur lo setan!"Jantung Maya hampir copot saat ditembak pertanyaan seperti itu. Bukan "udah" tapi "hampir". Setelah pengakuan malam itu...Maya dan Elang saling menikmati manisnya bibir-bibir mereka yang polos.Mereka awam dan belum pernah melakukan deep kissing.Sayang sekali.Maya menggeleng-gelengkan kepalanya berharap momen itu tersapu dari otaknya.Ngeri-ngeri sedepNgeri hamilNgeri ngeliat badan bugil laki-lakiMaya begidig sendiri membayangkannya."Lah kok mukanya merah?" skak Toro dengan tawa renyah."Ahhh.. udah sih ini mah anjir. Si Elang beruntung banget bangke" Toro tertawa lagi.Plak!"Apaan si Tor!" Maya memukul lengan Toro."Gue ga pernah anu sama Elang ya. So tau aja lo!" Maya kemudian mencubit lengan Toro karena merasa tidak puas kalau hanya memukulnya saja."Aaaa... deuh deuhh deuh! Sakit woy!""Ngapain kalian nyebut-nyebut pacar gue?"Toro dan Maya menoleh dengan terkejut. Rere sudah ada disa

  • BERONDONG   55

    "Eh, boss! Ketemu di sini" Toro terkekeh melihat Elang yang sedang duduk santai di depan bar Cambria. Tepatnya sebuah cafe berornamen ala Eropa yang sangat ramai pembeli. Elang menggerling sedetik. Kemudian fokus kembali ke ponselnya,"Musibah gue ketemu lo" tutur Elang.Tanpa beban Toro ikut duduk diseberang meja yang Elang duduki."Sensi amat boy. PMS lo ya?""Gak usah sok akrab gitu. Jijik gue""Yaudah, mari kenalan. Biar makin sayang" Toro tersenyum sambil menyodorkan tangannya."Najis!"Toro menarik kembali tangannya sambil terkekeh,"Gue Riantoro. Satu angkatan sama elo""Gak nanya!""Ya Tuhan. Jutek amat" Elang diam."Nunggu siapa lo?" tanya Toro dengan ramah."Bukan urusan lo"Toro mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Kemudian berdehem,"Gue mau ketemu my baby Maya nih"Elang mendelik sesaat dan bertingkah seolah tak peduli."Bodoamat!""Gak cemburu?""Gak!""Oh!"Toro kemudian ikut memainkan ponsel yang menganggur di dalam sakunya. Toro melirik sekilas Elang lagi sebelum menata

  • BERONDONG   54

    Maya tidak bisa memejamkan matanya sejak kejadian memeluk Elang. Bibirnya tidak berhenti tersenyum malu. Untung saja kini dia berada di dalam kamar yang dulu ia tempati. Jikalau tidak, entahlah seperti apa bentuk muka Maya saat ini. Bak tomat busuk mungkin.Ada rasa hangat yang berbeda. Bukan berasal dari teh panas yang baru saja diseduh. Ini sejenis hangat yang mampu membuncahkan rasa bahagia yang tidak Maya kira. Lebih dari yang Maya harapkan.Luar biasa."Gila sih! Gue cablak banget" gumam Maya pada langit-langit kamar.Untung saja Elang menganggap ungkapan Maya itu hanya candaan saja. Sehingga tidak membuat Maya merasa rendah sekali. Walaupun dalam hati Maya sedikit sedih karena Elang menganggapnya sedang mabuk komik gopek-an.Tringgg...Maya terperanjat."Siapa sih jam segini nelpon-nelpon segala. Kan gue udah close orderan" Maya mengumpat kesal karena dering ponselnya membuyarkan khayalannya.Maya kemudian mencebikkan bibirnya setelah melihat siapa yang menelponnya."Apa?" tanya

  • BERONDONG   53

    Untung saja Elang menggunakan kacamata minusnya. Sehingga dari jarak jauh pun Elang bisa melihat Melan yang sedang berdiri menghadapnya.Elang melambaikan tangannya agar Melan mengetahui keberadaan dirinya. Detik ini Elang sangat terburu-buru ingin mengejar Maya. Jadi Elang memutuskan untuk tidak menghampiri Melan.Dalam genggaman Elang terdapat kunci mobil yang siap ia luncurkan lewat lantai agar bisa tiba di hadapan Melan tanpa harus dilempar."Kunci" gumam Elang tanpa suara.Slurrr...Kunci mobil tersebut meluncur dengan sempurna.Setelah itu Elang kembali berbalik berlari dengan cepat. Elang harus bisa mengejar Maya. Dan Elang memastikan Maya akan segera pergi dari mall ini."Udah kek belut aja dia, licin bet susah dipegang" batin Elang seraya berlari.Elang berlari menuju toilet wanita yang mana tempat tersebut adalah temp

DMCA.com Protection Status