Kalimat yang terdengar begitu jelas di telinganya karena orang yang berucap itu berbisik kepadanya seperti berhasil membuat Ya'qub tersetrum petir di siang bolong. Ada sudut hati yang tidak pernah menyangka akan mendengar suatu ungkapan begitu tetapi hari ini detik ini mendengarnya sempurna. Nayyara membenci ayahnya. Suatu kalimat yang terucap dari bibir sang anak langsung yang mengungkapkan perasaannya terhadap orang tuanya. Memiliki sosok ayah seperti abi Yasser yang terkadang dingin terkadang hangat persis seperti sifat yang dimiliki Ya'qub dengan Yusuf, membuat Ya'qub tidak merasa tertekan sama sekali. Dinginnya sifat seseorang menurut Ya'qub tidak membuatnya kepikiran, terlebih lagi jika dingin ataupun cuek orang itu tidak gegara kesalahannya, maka Ya'qub pun santai saja. Pun dirinya juga tidak ngelunjak berharap memiliki sosok ayah yang punya sifat hangat, bagi Ya'qub punya ayah yang penyayang kepada keluarga pun sudah cukup, mengenai bagaimana bersifat, dingin atau hangat it
"Berarti orang yang berjabat tangan dengan gue di hari akad nikah bukanlah ayah kandung lo?" selidik Ya'qub terasa ketar ketir. Bukannya apa-apa, dia hanya sedang terbayang segala momen kedekatannya dengan Nayyara, jikalau... "Tentu saja, papa gue kan sudah mati, ya kali dia menjabat tangan lo dan nikahin kita?" ketus Nayyara, tidak pernah suka membahas mengenai ayahnya. Mendengar kalimat itu Ya'qub segera bangkit dari duduknya dan berjalan mengambil sebuah kursi lipat di pojok ruangan, pria itu membukanya dan kemudian meletakkannya di depan Nayyara, setelahnya ia mendudukinya, posisinya dengan Nayyara telah usai duduk bersisian, sekarang mereka tidak lagi sedekat tadi, hanya berhadapan. "Berarti pernikahan kita tidak sah..." Ya'qub menggantungkan kalimat dan mengalihkan pandangannya menatap jendela ruangan yang sudah dibuka gorden nya setengah, sehingga cahaya matahari sedikit masuk. Ada perasaan berat yang dia rasakan begitu mengucapkan kalimat barusan, masih ada kalimat yang ing
Dua insan yang status pasangan keduanya masih dipertanyakan itu duduk berhadapan, jarak mereka tidak terlalu dekat tidak pula berjauhan, sebatas cukup untuk saling mendengar omongan satu sama lain saja tanpa perlu mengulang kalimat. Dua-duanya sama-sama melayangkan tatapan kosong, tetapi tidak ke arah manik mata masing-masing, melainkan menatap ke arah lain. "Namanya..."Untuk yang kesekian kalinya perkataan Nayyara menggantung, memang kata di atas bukan pertama kalinya Nayyara membuka suara, tetapi sudah beberapa kali mungkin sekitaran sudah tiga kalian dan ini yang keempat. Laki-laki berambut warna hitam ikal di depannya itu pun juga tidak memaksa untuk cepat mendengar penuturan dari Nayyara, pria itu dengan sabar menunggu sampai Nayyara siap dan berucap sendiri, Ya'qub tau gadis itu masih merasa berat makanya tidak langsung siap. Brak! "Namanya Ahmad Naseh Zarawka!" pekik Nayyara kaget dan tidak sengaja langsung mengucapkan sesuatu yang ada di pikirannya, yakni nama sang papa.
"Anda keras, penuh kekejaman, bengis, dan yang paling penting untuk di garis bawahi adalah anda tidak pernah memikirkan perasaan orang lain baik itu pria yang notabene nya sejenis dengan anda, apalagi wanita yang perasaannya tidak bisa tertebak!""Tidak pernah kah anda pikirkan bagaimana perasaan wanita yang telah anda selingkuhi itu? Wanita itu paling menyukai kesetiaan dan dijadikan satu-satunya, tetapi anda tidak melakukan dua-duanya sama sekali!""Sangat saya sayangkan mama saya wafat masih dengan status istrinya anda! Andai keinginan beliau untuk bercerai dengan anda, anda kabulkan, maka pastinya mama saya wafat dengan status lajang dan di surga sana beliau tidak perlu menunggu-nunggu anda menyusulnya. Sayangnya bukan itu yang terjadi, pasti sampai saat ini mama saya sentiasa menunggu anda di surga, sedangkan anda apa? Di dunia ini bisa saja anda sudah menikahi banyak wanita tanpa tau bahwa mama saya di surga menunggu anda dengan setianya!""SAYA BENCI ANDA!""Ansel, cukup!" pekik
Di salah satu meja di kantin rumah sakit Pelita Sehat. Ada dua wanita berbeda usia yang duduk berhadapan, usia mereka boleh beda puluhan tahun, tetapi penampilan mereka tidak jauh beda, tepatnya sih fashion mereka yang nyaris sama. Tetapi, kali ini tidak terlalu sama, sebab si perempuan yang muda mengenakan kaos santai tapi tetap bermerk tentunya, sedangkan wanita yang lebih tua darinya mengenakan dress berwarna hitam dan merah, jangan lupakan mahalnya harganya tetaplah pasti.Rambut keduanya pun berwarna sama, yakni coklat, dan terlihat begitu persis, sebagai isyarat bisu bahwa diantara keduanya ada ikatan nyata yang tidak akan pernah bisa dibohongi, keduanya adalah seorang putri dan ibunya. Manik mata keduanya tidak kalah sama, blue sapphire sama-sama dimiliki oleh Nayyara dengan Sunee mamanya, sebab gadis itu memang mewarisi manik mata tersebut dari sang mama. Beruntungnya rambut dan mata kepunyaan Nayyara diwarisi dari mamanya, bukan dari lelaki yang ia benci. Sayangnya juga lel
Suara ketukan sepatu snickers berwarna favoritnya yakni hitam terdengar lambat laun semakin cepat, memang pergerakan kakinya mengetuk ke lantai bertambah cepat seiring menit. Menunggu tanpa kepastian siapa yang menyukainya? Termasuk Ya'qub sendiri pun juga tidak suka itu, dirinya sangat benci menunggu yang tidak tau kapan akan berakhir ini. Pria itu pun juga tidak lupa menghitung sejak kapan dirinya menunggu, sekarang sudah sekitaran dua puluh menitan Ya'qub menunggu Nayyara kembali ke ruangan, tapi sepertinya belum ada juga tanda-tanda gadis itu akan kembali dalam waktu cepat. Sekarang Ya'qub harus apa? pria ini ternyata bisa juga merasakan bingung dalam hidupnya, terpantau dia jarang sekali merasakan bingung, sebab biasanya Ya'qub selalu terarah akan melakukan apa kedepan nya, apalagi ketika kak Yumna masih ada, Ya'qub teramat teratur setiap detiknya. Eh iya, Ya'qub baru ingat dengan kewajibannya, pria itupun melirik jam tangan yang terpasang di tangannya. Jam tangan dengan tali
"Iyaa, tau. Orang tua gue juga, pasti gue jaga baik-baik lah!" ketus Yusuf dalam kalimatnya tersembunyi maksud mendesak saudara kembarnya untuk pergi. Pria yang didorong Yusuf keluar dari ruangan pun sebenarnya tidak langsung mengindahkan, Ya'qub malahan menatap Yusuf lama, ada sesuatu yang coba dia ingat dengan cara menatap kembarannya, tetapi tidak kunjung ia temukan apa itu, merasa sudah kelamaan berpikir dan tidak juga menemukan jawaban akhirnya Ya'qub memilih menyerah, biarlah nantinya akan teringat sendiri. Satu harapannya, semoga apa yang telah ia lupa dan tidak berhasil ia ingat ini bukanlah perkara yang teramat penting, dan tidak mengapa dirinya kesampingkan terlebih dahulu."Oke, gue pamit, wassalamu'alaikum," pamit Ya'qub kemudian berlalu pergi begitu saja, setelah juga menepuk pundak Yusuf sekali. Punggung tegak Ya'qub berjalan sedikit demi sedikit menjauh dari pandangannya Yusuf, sebagai saudara kandung, bahkan kembar yang mana notabene nya jauh lebih dulu bersama ketim
Sweater berlengan panjang berwarna hitam, celana panjang hingga mata kaki yang berwarna serupa, telah melekat indah di tubuh tegaknya yang sejujurnya letih tapi tidak pernah bisa ia tunjukkan kepada siapapun, tiada pengecualian, sebab orang yang bisa dikecualikan sudah meninggalkannya untuk selamanya. Dari pantulan cermin Ya'qub sadar raut wajahnya tampak memprihatinkan, tangannya pun bergerak membuka laci nakas yang ada di samping cermin ini. Di dalam sana ia menemukan benda yang terbilang berukuran sedang sebenarnya, dirinya mengambil itu, nama bendanya adalah nano spray, di nano spray itu ada wadah transparan, biasanya di isi air atau bahan kosmetik lain seperti toner atau apalah sebagainya. Pun yang dipegang Ya'qub ini juga sudah ada isinya, tetapi bukan kosmetik, bukan pula air biasa, ini adalah air zam-zam. Ya'qub memencet tombol yang ada di sana setelah mengarahkannya ke wajahnya, kemudian keluarlah dari sana air yang terlihat sangat lembut bagaikan embun dan membasahi wajahn