Share

Bab 7 Perdebatan

last update Last Updated: 2024-12-31 14:55:58

"Jika aku mengatakan yang sejujurnya, apa kamu menerima alasan itu, Ken?" ulang Devano dengan tatapan menuntut jawaban.

Kenanga justru memalingkan wajah dari laki-laki berwajah tampan itu. Menurutnya, apa pun alasan mereka telah menjadikan taruhan adalah sesuatu yang murahan. Dia bukanlah barang yang bisa dijadikan alat taruhan.

Bi Ina yang tidak ingin terlibat pembicaraan dengan kedua anak muda itu, memberi isyarat keluar dari kamar. Kenanga menatap langkah Bi Ina, lalu berpaling pada Devano dengan tatapan sinis.

"Kenapa diam, Ken? Aku melakukan itu karena aku ..."

"Karena kamu dan Dion sama saja, Kak! Aku mengenalmu dari kita sama-sama kecil, tapi setelah kamu berteman dengan Dion, lantas mengabaikan pertemanan kita!"

"Kenangaaaa ... bukan itu alasannya!" Devano menekan suaranya.

"Aku tidak butuh alasan, Kak. Jadi, biarkan aku pergi dari sini. Aku benci kalian berdua!" sentak Kenanga sembari bangkit.

Devano ikut bangkit seraya meletakkan mangkuk ke atas meja. Laki-laki itu segera menghalangi Kenanga yang mengambil paksa kopernya. Devano tidak menyerah. Dengan cepat, dia menutup pintu, lalu menguncinya dan mengantongi kunci itu.

"Devano!" sentak Kenanga dengan tatapan tajam. "Buka pintunya, kamu jangan seenaknya begini!" lanjutnya ketakutan.

Devano tidak menggubris. Dia justru maju selangkah mendekati Kenanga hingga membuat wanita itu semakin takut. Selama lebih dari dua puluh tahun berteman dengan Devano, baru kali ini melihat laki-laki itu berbuat nekad.

"Kak, apa yang kamu lakukan?" tanya Kenanga dengan suara bergetar menahan tangis.

Devano menyeringai senang melihat ketakutan di wajah Kenanga. Kenanga terus mundur menghindari Devano hingga tubuhnya bersandar di dinding. Devano terkekeh penuh kemenangan dan semakin mendekati Kenanga.

Kini, jarak di antara keduanya hanya tinggal beberapa centi saja. Devano yang bertubuh jangkung itu, meluruskan kedua lengan di sisi tubuh Kenanga. Wajahnya menunduk, menatap dalam Kenanga yang mulai menangis.

"Kakak, aku takut. Lepaskan aku!" pinta Kenanga memelas. Matanya terpejam rapat, membuat air matanya mengalir ke pipi.

"Kamu lucu sekali, Ken!" ucap Devano menggoda.

"Lepaskan aku! Ingat, Kak, aku istrinya Dion, temanmu!"

"Aku sudah tahu. Berjanjilah kamu tidak akan keras kepala lagi, maka aku akan melepaskanmu, Ken!" ucap Devano pelan.

"Janji apa?" tanya Kenanga sembari membuka mata. Pandangannya berkabut, penuh ketakutan.

Devano tersenyum dengan tatapan penuh arti pada Kenanga. "Jangan pergi dari rumah ini, setidaknya sebelum kamu dan Dion baikan!" pintanya.

Devano segera beranjak menuju meja dan mengambil kotak tisu, lalu memberikan pada Kenanga. Dengan ragu, Kenanga mengambil benda itu dan mengusap air matanya.

Dia menatap Devano dengan aneh. Devano memang tidak pernah menyentuhnya selama Kenanga resmi menjadi istri Dion.

"Kak ..."

"Pikirkan tawaranku! Tenangkan dirimu di sini sampai Dion datang menjemputmu, bersimpuh di kakimu, Ken!"

"Tapi aku tidak akan kembali padanya, Kak. Pengkhianatan itu tidak bisa aku maafkan."

"Kamu berkata begitu karena masih emosi, Ken!" sahut Devano sembari tersenyum miris.

"Tidak!" Kenanga menggeleng berkali-kali. "Laki-laki yang selingkuh tidak akan sembuh, Kak. Apalagi, Kak Risma hamil. Dia tidak akan selingkuh jika mencintaiku. Aku akan mendaftarkan gugatan cerai padanya."

"Kamu serius? Tidak akan menyesali keputusanmu, Ken?" tanya Devano memastikan.

Kenanga mengangguk lemah. Meskipun hatinya terlalu sakit dikhianati, toh Kenanga tidak munafik jika dia begitu mencintai Dion.

"Dengan jalan itu, aku akan memaafkannya, juga berhenti mencintai dia, Kak."

"Cinta ... " ulang Devano sembari tersenyum masam.

Laki-laki itu mengangguk, kemudian membuka pintu. Dia menoleh pada Kenanga ketika sampai di ambang pintu. Sudut bibir Devano melekuk tipis. Sebaris senyum yang menyimpan sebuah harapan.

Sejenak, Devano tersadar. Harapan itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Devano tidak ingin gegabah dan dibuai oleh harapan. Seketika, senyum di bibir Devano menghilang dan berganti tatapan sendu.

"Baiklah, nanti sore kita jalan-jalan, ya. Kali ini aku tidak mengharapkan penolakan, Ken!"

Kenanga terdiam, lalu mengangguk samar. "Baiklah, tapi ajak Bi Ina sekalian, ya!" pintanya.

"Tentu saja!" jawab Devano kemudian berlalu.

*

Kenanga menyunggingkan senyum dengan pandangan tidak lepas dari anak-anak yang berlarian. Taman flamboyan sore itu memang ramai dengan anak-anak. Dari jarak beberapa meter, Devano ikut tersenyum melihat Kenanga. Rencana Devano berhasil membuat wanita itu menghilangkan sejenak duka hatinya.

Devano mengarahkan lensa kamera digital pada Kenanga dan mengabadikan wajah wanita cantik itu di sana. Sesekali sudut bibir Devano melengkungkan senyum tipis.

"Rupanya kamu mulai jatuh cinta dengan istriku!" sindir sebuah suara di belakang Devano.

Kedua mata Devano terpejam sejenak, lalu mengerutkan bibir geram. Kedatangan Dion sama sekali tidak diharapkan dan justru merusak suasana sore itu.

Devano menoleh dan tersenyum miring pada Dion. "Sayang sekali, kehadiranmu tidak diharapkan, Dion!" sindirnya.

"Ah, tentu saja. Kamu pasti senang, kan, di antara kondisi keluarga kami?"

"Tentu saja!" jawab Devano, lalu menoleh ke arah Kenanga. "Bukankah itu bagian dari kesepakatan kita, Dion?" lanjutnya, lalu terkekeh.

Dion mengepalkan kedua tangan. "Shit!" umpatnya, lalu mendorong dada bidang Devano.

Keributan kecil itu, terdengar hingga ke telinga Kenanga dan Bi Ina. Kenanga segera berdiri dan meninggalkan kedua orang yang masih adu argumen itu.

"Kenanga, tunggu!"

Kenanga tidak menghiraukan panggilan Dion. Wanita itu mempercepat langkah menuju ke mobil Devano. Namun, langkah Kenanga terhenti ketika melihat Risma berdiri di depan pintu mobil Dion. Kakak tirinya itu menyunggingkan senyum satu sudut sembari bersidekap.

Kenanga langsung membuang pandangan dan memegang tangan Bi Ina. Wajah angkuh Risma semakin membuat Kenanga muak.

"Hei, kenapa kamu terburu-buru, Kenanga? Apa kamu tidak kangen denganku?" tanya Risma, lalu mendekat. Bibirnya yang dipoles lipstik bold itu tersungging senyum kemenangan.

"Kangen? Jangan mengejekku, Kak!"

"Mengejek? Tanpa aku ejek pun kamu sudah menyedihkan, Ken?"

Kenanga menghela napas, lalu melirik Bi Ina. Wanita itu mengisyaratkan pada Kenanga untuk tidak meladeni Risma. Mereka lantas melanjutkan langkah menuju mobil Devano.

"Kenanga!" panggil Risma tidak terima Kenanga pergi begitu saja. "Aku yakin kamu pasti tertarik dengan Devano, kenapa tidak dilanjutkan hubungan kalian?"

"Aku bukan kamu yang tega berkhianat, Kak!"

"Aku penghianat? Asal kamu tahu, Ken, kamulah yang pengkhianat! Apa salahnya aku mengambil milikku, hah?" teriak Risma penuh amarah.

"Apa maksudmu, Kak?"

"Ken, kita pergi! Tidak ada gunanya meladeni mereka berdua!" lerai Devano sembari membuka pintu mobil untuk Kenanga.

"Jangan lupa juga, Dev, tanpa campur tanganmu, pernikahan Dion dan Kenanga tidak akan terjadi!"

"Apa maksud kalian?" tanya Kenanga dengan tatapan menuntut jawaban dari keduanya.

****

Related chapters

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 8 Kenyataan Baru

    "Ya, tanpa campur tangan Devano, Dion tidak mungkin menikahimu, Ken. Kamu tahu, siapa orang yang paling terluka atas pernikahan kalian?" Risma tersenyum mengejek sembari memindai Kenanga dari ujung kaki sampai ujung kepala.Rasanya senang sekali melihat kepanikan di wajah Devano dan Dion. Juga kebingungan di wajah Kenanga. Risma tidak ingin pura-pura baik lagi pada adik tiri yang begitu dibencinya itu.Dion mendekati Risma, lalu membisikkan sesuatu di telinga wanita itu, "Jangan katakan apa pun padanya, Risma! Setidaknya sampai aku tahu siapa ayah dari bayi dalam kandungan Kenanga."Risma melotot mengetahui kehamilan Kenanga. "Apa kamu bilang? Dia hamil, lalu kamu tidak jadi menceraikan dia?" sahutnya dengan tatapan berkaca-kaca."Aku harus bica--""Jangan khawatir, tanpa Dion menceraikanku, aku sendiri yang akan menggugatnya!" sergah Kenanga dengan suara bergetar. "Ha ha ha!" ejek Risma lagi. "Baguslah jika kamu sadar diri, Kenanga! Sudah saatnya kamu kembalikan Dion padaku. Setahun

    Last Updated : 2024-12-31
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 9 Kecewa

    "Kenapa pura-pura kaget? Oh, ya, itu kan keahlianmu yang pura-pura polos, Ken!" Risma belum puas melihat Kenanga syok. "Anak pelacur akan menurunkan anak sepertimu!""Diam kamu, Kak!" Air mata Kenanga mengalir tak terbendung. Kenanga masih bisa menerima jika dirinya yang dihina. Namun, bukan orang tuanya. Apalagi ibu Kenanga sudah meninggal beberapa tahun lalu."Kamu jangan keterlaluan, Ris! Bagaimanapun Kenanga adikmu!" lerai Dion sambil mendekati Kenanga. Namun, Kenanga justru mundur menjauhi Dion. "Kalian tidak diundang ke sini. Sebaiknya pergi! Dan untuk hubunganku dengan Kak Devano, itu urusanku. Kurasa tidak perlu persetujuan dari kalian, kan? Bukankah kalian selingkuh juga tidak minta persetujuanku?" Suara Kenanga bergetar karena tangis.Risma justru tertawa mengejek. "Siapa bilang kami selingkuh? Kamu yang merebut Dion dariku, Ken! Dan itu karena ulahnya!" teriaknya sembari menunjuk pada Devano."Ris, kita pulang!" ajak Dion sambil menarik tangan istri keduanya itu. Risma m

    Last Updated : 2024-12-31
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 10 Akan Akan Gugurkan Janin Ini

    Bi Ina menatap sedih kepergian Devano. Namun, laki-laki tampan yang diasuhnya dari kecil itu terus bergegas menuju lantai atas dan tanpa menoleh lagi. Bi Ina menunduk, pandangan mata tua itu berganti pada botol kecil di tangannya.Rupanya, patah hati yang dialami Devano membuat dia tidak peduli akan kesehatan. Dulu, Devano meminta Dion menjaga Kenanga sebagai wujud cintanya pada wanita itu. Nyatanya, hati Devano tidak sekuat ucapan kala itu.Seiring berjalannya waktu, Devano justru semakin sulit melupakan Kenanga."Mas Dev, sampai kapan kamu akan seperti ini? Bukankah kamu sendiri yang meminta Kenanga menikah dengan Dion?" Bi Ina bergumam."Apa perlu kita katakan yang sebenarnya pada Neng Kenanga, Bi?" Tiba-tiba Ayu, ART rekan kerja Bi Ina memberi ide.Pasalnya dia juga tidak tega melihat Devano yang berubah menjadi laki-laki dingin selama dua tahun terakhir. Bi Ina menghela napas panjang, kemudian mendongak begitu mendengar suara pintu ditutup. Tidak berapa lama, muncul Devano dengan

    Last Updated : 2025-01-06
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 11 Aku Benci ...

    "Ken, ralat ucapanmu!" sentak Dion marah.Dion tidak ingin Kenanga berbuat nekad. Meskipun dia telah membuat kesalahan fatal, anak dalam kandungan Kenanga adalah darah dagingnya yang tidak boleh ikut menanggung luka. Mendengar bentakan Dion, Kenanga menyeringai kecil.Wanita itu mengusap air mata yang sialnya terlanjur keluar. Dion hendak kembali memegang tangan Kenanga, tetapi lagi-lagi wanita itu menepisnya. "Ken, aku mohon jangan lakukan itu, Sayang! Anak itu tidak bersalah. Dia berhak hidup dan mendapatkan kasih sayang utuh dari kita!" Dion lantas berlutut di hadapan Kenanga."Ah, kasih sayang utuh? Apa kamu sedang berhalusinasi, Dion? Di luar sana ada anak lain dari rahim wanita yang kamu cintai! Kamu akan mengutamakan mereka. Jadi, untuk apa dia hidup, ha?""Ken, jangan bicara begitu, Sayang!" Dion segera memeluk lutut Kenanga dan menenggelamkan wajah di perut istrinya itu.Kenanga menggigit bibir kuat, berusaha meredam tangisnya. Seharusnya, dia bahagia dengan kehadiran janin

    Last Updated : 2025-01-07
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 12 Kembali Terluka

    Devano mengusap bibirnya yang berdarah. Laki-laki itu segera bangkit sembari memijat dahinya. Bukannya kasihan melihat luka di wajah Devano, Dion justru mendorong tubuh sahabatnya itu hingga nyaris membentur tembok."Jangan cari kesempatan, Dev!" sentak Dion hendak kembali melayangkan pukulan."Dion, sudah! Tolong!" teriak Kenanga berusaha bangkit untuk melerai.Devano tidak menggubris rasa pening di kepalanya. Dia segera mendekati Kenanga, tetapi segera dicegah oleh Dion."Jangan dekati Kenanga lagi!" "Dokter! Anda terluka!" Seorang perawat mendekati Devano dan mengulurkan tisu pada laki-laki itu.Devano mengambil selembar tisu untuk mengusap bibirnya. Devano tertegun ketika merasakan darah hangat keluar dari hidungnya."Kak Dev, hidungmu berdarah. Dion kamu keterlaluan!" hardik Kenanga sambil melempar bantal ke arah Dion."Oh, kamu lebih membela dia daripada suamimu, Ken?""Iya, karena aku tidak suka kekerasan. Apalagi sampai membuat orang lain terluka.""Ken, aku tidak apa-apa. Te

    Last Updated : 2025-01-08
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 1 Kejutan

    Bandara Soekarno-Hatta."Tidak usah, Pa! Kenanga naik taksi saja. Ken juga tidak ingin mengganggu waktunya Mas Dion. Papa janji, ya, jangan katakan pada siapa pun kalau hari ini Ken pulang!" Seorang wanita cantik dengan stelan blouse motif bunga dan rok plisket panjang itu menyunggingkan senyum, sesaat setelah panggilan berakhir. Dia segera memasukkan handphone ke dalam tas, kemudian berjalan cepat menuju taksi bandara yang sudah menunggu.Rasa penat setelah menempuh perjalanan jauh dari Seoul, membuat Kenanga tidak ingin menunda waktu untuk segera sampai di rumah. Setelah satu mingguan berada di Negeri Ginseng, rasa rindu pada Dion_sang suami_ tak terbendung lagi. Kenanga memang tidak mengabari tentang kepulangannya yang mendadak. Dia sengaja memberi kejutan untuk Dion. Pada awalnya, rencana pameran busana muslim itu, berlangsung dua minggu. Namun, ternyata, selesai lebih cepat. Kenanga adalah seorang desainer muda yang menekuni dunia fashion sejak di bangku Sekolah Menengah Atas.

    Last Updated : 2024-03-22
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 2 Hubungan Rahasia

    Tubuh Kenanga meluruh di dekat tempat tidur. Wanita itu membekap wajahnya dengan telapak tangan. Melihat keadaan sang istri yang syok, Dion mendekat. Dia menatap Risma dan memberi isyarat pada perempuan itu keluar dari kamar.Sambil memberengut, Risma menurut. Sebelum keluar dari situ, Risma sempat melirik pada Kenanga sambil menyunggingkan senyum sinis. Puas sekali Risma melihat adik tirinya itu menangisi nasib.Dion menyentuh pelan lengan Kenanga, tetapi lagi-lagi, Kenanga menepisnya. Dia merasa jijik melihat laki-laki yang selama setahun ini menjadi suaminya. Dion menarik napas panjang, lalu bersimpuh di depan sang istri."Aku tidak selingkuh dengan Risma, Sayang." Dion berkata lirih. Dia tidak tahu harus memulai dari mana menjelaskan perihal hubungan rahasianya dengan Risma. Kenanga masih bergeming. Dia memeluk lututnya yang gemetar. Sedangkan air matanya kembali menetes ke pipi meskipun berulangkali dia seka."Kenanga, dengarkan penjelasanku dulu!" ucap Dion lagi.Raut wajah Dio

    Last Updated : 2024-09-04
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 3 Perjanjian

    "Apa kamu tidak berniat menceraikan Kenanga, Mas?" ulang Risma lagi.Dion mengusap kasar wajahnya. Terdengar hembusan napas lelah dari bibir laki-laki itu. "Tolong, jangan bahas perceraian dulu, Risma! Aku harus memperbaiki situasi ini meskipun sangat sulit. Kenanga pasti marah besar padaku dan mungkin tidak akan memaafkanku!" ucapnya."Situasi tidak akan menjadi baik kecuali kamu memilih salah satu di antara kami, Mas!" sahut Risma mulai kesal."Ck!" Dion berdecak lirih. "Aku harus kembali ke rumah Kenanga! Kamu cepat tidur!" ucapnya lalu meraih kepala Risma dan menciumnya dengan sayang.Risma mengangguk tak minat. "Baiklah. Tapi jika aku kangen kamu, jangan lupa luangkan waktu ke sini. Tidak ada protes!" sahutnya, lalu bangkit dan memeluk Dion dengan sikap manja.Dion mengangguk. Dia manangkup wajah Risma dan menatapnya lembut. Laki-laki itu tersenyum samar, melhat sikap manja Risma. Risma memang berbeda dengan Kenanga. Istri pertamanya itu justru lebih mandiri. Dion jarang sekali m

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 12 Kembali Terluka

    Devano mengusap bibirnya yang berdarah. Laki-laki itu segera bangkit sembari memijat dahinya. Bukannya kasihan melihat luka di wajah Devano, Dion justru mendorong tubuh sahabatnya itu hingga nyaris membentur tembok."Jangan cari kesempatan, Dev!" sentak Dion hendak kembali melayangkan pukulan."Dion, sudah! Tolong!" teriak Kenanga berusaha bangkit untuk melerai.Devano tidak menggubris rasa pening di kepalanya. Dia segera mendekati Kenanga, tetapi segera dicegah oleh Dion."Jangan dekati Kenanga lagi!" "Dokter! Anda terluka!" Seorang perawat mendekati Devano dan mengulurkan tisu pada laki-laki itu.Devano mengambil selembar tisu untuk mengusap bibirnya. Devano tertegun ketika merasakan darah hangat keluar dari hidungnya."Kak Dev, hidungmu berdarah. Dion kamu keterlaluan!" hardik Kenanga sambil melempar bantal ke arah Dion."Oh, kamu lebih membela dia daripada suamimu, Ken?""Iya, karena aku tidak suka kekerasan. Apalagi sampai membuat orang lain terluka.""Ken, aku tidak apa-apa. Te

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 11 Aku Benci ...

    "Ken, ralat ucapanmu!" sentak Dion marah.Dion tidak ingin Kenanga berbuat nekad. Meskipun dia telah membuat kesalahan fatal, anak dalam kandungan Kenanga adalah darah dagingnya yang tidak boleh ikut menanggung luka. Mendengar bentakan Dion, Kenanga menyeringai kecil.Wanita itu mengusap air mata yang sialnya terlanjur keluar. Dion hendak kembali memegang tangan Kenanga, tetapi lagi-lagi wanita itu menepisnya. "Ken, aku mohon jangan lakukan itu, Sayang! Anak itu tidak bersalah. Dia berhak hidup dan mendapatkan kasih sayang utuh dari kita!" Dion lantas berlutut di hadapan Kenanga."Ah, kasih sayang utuh? Apa kamu sedang berhalusinasi, Dion? Di luar sana ada anak lain dari rahim wanita yang kamu cintai! Kamu akan mengutamakan mereka. Jadi, untuk apa dia hidup, ha?""Ken, jangan bicara begitu, Sayang!" Dion segera memeluk lutut Kenanga dan menenggelamkan wajah di perut istrinya itu.Kenanga menggigit bibir kuat, berusaha meredam tangisnya. Seharusnya, dia bahagia dengan kehadiran janin

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 10 Akan Akan Gugurkan Janin Ini

    Bi Ina menatap sedih kepergian Devano. Namun, laki-laki tampan yang diasuhnya dari kecil itu terus bergegas menuju lantai atas dan tanpa menoleh lagi. Bi Ina menunduk, pandangan mata tua itu berganti pada botol kecil di tangannya.Rupanya, patah hati yang dialami Devano membuat dia tidak peduli akan kesehatan. Dulu, Devano meminta Dion menjaga Kenanga sebagai wujud cintanya pada wanita itu. Nyatanya, hati Devano tidak sekuat ucapan kala itu.Seiring berjalannya waktu, Devano justru semakin sulit melupakan Kenanga."Mas Dev, sampai kapan kamu akan seperti ini? Bukankah kamu sendiri yang meminta Kenanga menikah dengan Dion?" Bi Ina bergumam."Apa perlu kita katakan yang sebenarnya pada Neng Kenanga, Bi?" Tiba-tiba Ayu, ART rekan kerja Bi Ina memberi ide.Pasalnya dia juga tidak tega melihat Devano yang berubah menjadi laki-laki dingin selama dua tahun terakhir. Bi Ina menghela napas panjang, kemudian mendongak begitu mendengar suara pintu ditutup. Tidak berapa lama, muncul Devano dengan

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 9 Kecewa

    "Kenapa pura-pura kaget? Oh, ya, itu kan keahlianmu yang pura-pura polos, Ken!" Risma belum puas melihat Kenanga syok. "Anak pelacur akan menurunkan anak sepertimu!""Diam kamu, Kak!" Air mata Kenanga mengalir tak terbendung. Kenanga masih bisa menerima jika dirinya yang dihina. Namun, bukan orang tuanya. Apalagi ibu Kenanga sudah meninggal beberapa tahun lalu."Kamu jangan keterlaluan, Ris! Bagaimanapun Kenanga adikmu!" lerai Dion sambil mendekati Kenanga. Namun, Kenanga justru mundur menjauhi Dion. "Kalian tidak diundang ke sini. Sebaiknya pergi! Dan untuk hubunganku dengan Kak Devano, itu urusanku. Kurasa tidak perlu persetujuan dari kalian, kan? Bukankah kalian selingkuh juga tidak minta persetujuanku?" Suara Kenanga bergetar karena tangis.Risma justru tertawa mengejek. "Siapa bilang kami selingkuh? Kamu yang merebut Dion dariku, Ken! Dan itu karena ulahnya!" teriaknya sembari menunjuk pada Devano."Ris, kita pulang!" ajak Dion sambil menarik tangan istri keduanya itu. Risma m

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 8 Kenyataan Baru

    "Ya, tanpa campur tangan Devano, Dion tidak mungkin menikahimu, Ken. Kamu tahu, siapa orang yang paling terluka atas pernikahan kalian?" Risma tersenyum mengejek sembari memindai Kenanga dari ujung kaki sampai ujung kepala.Rasanya senang sekali melihat kepanikan di wajah Devano dan Dion. Juga kebingungan di wajah Kenanga. Risma tidak ingin pura-pura baik lagi pada adik tiri yang begitu dibencinya itu.Dion mendekati Risma, lalu membisikkan sesuatu di telinga wanita itu, "Jangan katakan apa pun padanya, Risma! Setidaknya sampai aku tahu siapa ayah dari bayi dalam kandungan Kenanga."Risma melotot mengetahui kehamilan Kenanga. "Apa kamu bilang? Dia hamil, lalu kamu tidak jadi menceraikan dia?" sahutnya dengan tatapan berkaca-kaca."Aku harus bica--""Jangan khawatir, tanpa Dion menceraikanku, aku sendiri yang akan menggugatnya!" sergah Kenanga dengan suara bergetar. "Ha ha ha!" ejek Risma lagi. "Baguslah jika kamu sadar diri, Kenanga! Sudah saatnya kamu kembalikan Dion padaku. Setahun

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 7 Perdebatan

    "Jika aku mengatakan yang sejujurnya, apa kamu menerima alasan itu, Ken?" ulang Devano dengan tatapan menuntut jawaban.Kenanga justru memalingkan wajah dari laki-laki berwajah tampan itu. Menurutnya, apa pun alasan mereka telah menjadikan taruhan adalah sesuatu yang murahan. Dia bukanlah barang yang bisa dijadikan alat taruhan. Bi Ina yang tidak ingin terlibat pembicaraan dengan kedua anak muda itu, memberi isyarat keluar dari kamar. Kenanga menatap langkah Bi Ina, lalu berpaling pada Devano dengan tatapan sinis."Kenapa diam, Ken? Aku melakukan itu karena aku ..." "Karena kamu dan Dion sama saja, Kak! Aku mengenalmu dari kita sama-sama kecil, tapi setelah kamu berteman dengan Dion, lantas mengabaikan pertemanan kita!" "Kenangaaaa ... bukan itu alasannya!" Devano menekan suaranya."Aku tidak butuh alasan, Kak. Jadi, biarkan aku pergi dari sini. Aku benci kalian berdua!" sentak Kenanga sembari bangkit.Devano ikut bangkit seraya meletakkan mangkuk ke atas meja. Laki-laki itu segera

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 6 Taruhan

    "Ya, aku lebih pantas menjadi suami Kenanga!" sergah Devano.Dion mengerutkan bibir geram, lalu sekuat tenaga mendorong tubuh security yang memeganginya. Melihat kemarahan Dion, Devano justru tertawa mengejek."Brengsek kamu, Devano!""Kamu lebih brengsek dariku, Dion. Menyesal aku mengenalkanmu pada Kenanga." Devano mendekati Dion dan menunjuk wajah temannya itu.Dion menepis kasar tangan Devano, lalu tersenyum mengejek. "Hah, tidak usah munafik, Dev! Bukankah kamu sendiri yang menyuruhku mendekati Kenanga untuk memenangkan taruhan itu?" balasnya.Devano terbelalak. Laki-laki itu reflek mengangkat tangannya yang terkepal kuat. Dion tidak mundur, tetapi justru tertawa mengejek melihat kepanikan di wajah Devano."Kenanga adalah bahan taruhan kita, sadarilah itu, Dev! Dan akulah pemenangnya, bukan kamu! Bukan kamu Devano Rayyan Samudra!" teriak Dion."Shut up! Tutup mulutmu, Dion! Tidak ada yang membuatnya tar--""Taruhan? Taruhan apa, Kak?" tanya Kenanga dengan tatapan nanar dari teras

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 5 Keributan

    Sebelum memasuki kamar tamu, Kenanga sempat menoleh pada Devano dan mendapati laki-laki itu masih berdiri di sana. Kenanga tersenyum simpul, kemudian mengikuti BI Ina memasuki kamar yang cukup luas itu."Silakan istirahat di sini, Nona! Jika perlu bantuan, tolong panggil kami!" ucap Bi Ina sembari meletakkan koper Kenanga di dekat tempat tidur. "Terima kasih, Bibi. Maaf ya, saya merepotkan," ucap Kenanga tidak enak hati."Tidak apa-apa. Sudah tugas kami melayani tamu spesialnya Mas Dev!" sahut Bi Ina sembari tersenyum. "Oh, ya, kamar mandi di situ, semua keperluan di dalamnya masih baru. Boleh dipakai!" lanjut wanita setengah abad itu.Kenanga mengangguk. "Baik, terima kasih Bibi," ucapnya santun.Beberapa menit setelah kepergian Bi Ina, Kenanga tidak juga beranjak dari tempat tidur. Dia justru termenung seolah mencerna peristiwa beberapa jam lalu yang membuat dunianya jungkir balik.Kenanga lantas mengambil handphone yang berdering beberapa kali di dalam tasnya. Wanita itu membuang

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 4 Hamil

    Dion menelan saliva menatap kepergian mobil mewah itu dari halaman rumah Kenanga. Cukup lama Dion berdiri di situ. Dia baru beranjak ketika mobil sudah tidak tampak lagi. Langkah Dion gontai kembali ke kamar.Dia menatap sekeliling kamar yang sudah sepi. Tidak ada lagi tawa dan pembicaraan romantis dengan Kenanga. Dion tersenyum miris mengasihi dirinya sendiri. Semua karena ulahnya. Karena ketidakberdayaannya melawan pesona Risma. "Argh!" Dion mengacak rambutnya sendiri.Kedua telapak tangan Dion terkepal di sisi tubuh dengan dada naik turun. Lalu, Dion melangkah ke arah lemari pakaian. Pandangan laki-laki itu berkabut ketika mendapati kotak perhiasan milik Kenanga masih di situ. Tangan Dion segera bergerak mengambil beberapa pakaian miliknya. Dia harus membereskan semua sebelum besok pagi, atau Kenanga akan membuangnya. Gerakan tangan Dion berhenti pada sebuah amplop berlogo klinik yang terselip di bawah tumpukan baju.Dengan penasaran, dibukanya amplop itu. Tatapan Dion nanar dan

DMCA.com Protection Status