Share

Bab 6 Taruhan

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 19:21:51

"Ya, aku lebih pantas menjadi suami Kenanga!" sergah Devano.

Dion mengerutkan bibir geram, lalu sekuat tenaga mendorong tubuh security yang memeganginya. Melihat kemarahan Dion, Devano justru tertawa mengejek.

"Brengsek kamu, Devano!"

"Kamu lebih brengsek dariku, Dion. Menyesal aku mengenalkanmu pada Kenanga." Devano mendekati Dion dan menunjuk wajah temannya itu.

Dion menepis kasar tangan Devano, lalu tersenyum mengejek. "Hah, tidak usah munafik, Dev! Bukankah kamu sendiri yang menyuruhku mendekati Kenanga untuk memenangkan taruhan itu?" balasnya.

Devano terbelalak. Laki-laki itu reflek mengangkat tangannya yang terkepal kuat. Dion tidak mundur, tetapi justru tertawa mengejek melihat kepanikan di wajah Devano.

"Kenanga adalah bahan taruhan kita, sadarilah itu, Dev! Dan akulah pemenangnya, bukan kamu! Bukan kamu Devano Rayyan Samudra!" teriak Dion.

"Shut up! Tutup mulutmu, Dion! Tidak ada yang membuatnya tar--"

"Taruhan? Taruhan apa, Kak?" tanya Kenanga dengan tatapan nanar dari teras.

Dion segera mendekati Kenanga dan hendak memeluk istrinya itu. Namun, Kenanga segera mendorong tubuh Dion hingga terhuyung ke belakang. Tatapan Kenanga beralih pada Devano yang masih berdiri kaku di tempatnya.

"Ken, masuklah!" titah Devano tanpa berani menatap Kenanga.

"Taruhan apa, Kak? Dion? Jawab aku!" teriak Kenanga pada keduanya.

Devano dan Dion saling pandang dengan sinis. Kenanga mengetatkan bibirnya yang bergetar menahan tangis. Ternyata kedua laki-laki yang memiliki ikatan emosional dengannya itu menyimpan rahasia. Taruhan?

"Taruhan? Apa maksudnya? Taruhan ..." Kenanga terus mengulang kata itu sambil tertawa sumbang.

Kenanga memegangi kepalanya yang berdenyut pusing. Pandangan wanita itu berkunang-kunang. Devano dan Dion tersentak ketika tiba-tiba tubuh Kenanga limbung. Beruntung Devano yang lebih dekat dengan sigap menangkapnya.

"Jangan sentuh istriku!" cegah Dion sembari berusaha menepis tangan Devano.

"Jangan banyak bicara! Sebaiknya kamu pergi, Dion!" usir Devano dingin.

"Aku akan bawa Kenanga pulang. Lepaskan dia, Dev!" sergah Dion lagi.

"Tidak usah mimpi. Pak, usir orang ini!" perintah Devano tanpa memperdulikan Dion.

Security segera mencegah Dion yang berusaha mengambil alih Kenanga dari gendongan Devano. Dion tidak berkutik dan hanya bisa menatap geram pada Devano yang seenaknya membawa Kenanga.

Sesampai di ambang pintu, Devano menoleh dan menyunggingkan senyum kemenangan pada Dion.

"Cih!" Dion meludah sambil menunjuk wajah Devano. "Jangan merasa menang, Dev! Aku akan panggil polisi karena kamu telah berselingkuh dengan istriku!" ancamnya.

"Simpan saja uangmu yang tidak seberapa itu. Bukankah Risma butuh nafkah darimu?" balas Devano mengejek, lalu menutup pintu dengan tumitnya.

"Devanoooo! Awas kamu!" teriak Dion lagi.

"Jangan membuat keributan, Pak! Sebaiknya Anda pergi, atau Mas Devano bertindak lebih kasar!" tegur security sembari menggelandang Dion menuju ke mobil.

Diiringi sumpah serapah, Dion melajukan mobil meninggalkan depan rumah megah Devano. Namun, sesaat Dion menghentikan laju mobil ketika teringat kehamilan Kenanga.

Laki-laki itu menjentikkan jarinya di atas setir seolah menemukan ide cemerlang. Dion segera mengambil handphone dan mengetik sebuah pesan singkat untuk Devano. Sejenak, laki-laki berbadan tegap itu pun tersenyum satu sudut.

"Kamu tidak bisa memiliki Kenanga, Dev. Aku akan membuat perhitungan denganmu!" ucap Dion sembari tersenyum penuh arti.

Memang dia gagal membawa pulang Kenanga. Namun, Dion tidak akan menyerah karena yakin Kenanga tidak bisa menggugat cerai dirinya.

*

Devano menarik napas panjang berkali-kali saat menatap Kenanga yang masih berbaring lemah. Devano menoleh pada Bi Ina dan meminta wanita itu segera memanggil dokter.

"Tidak perlu memanggil dokter, Bi! Saya baik-baik saja!" cegah Kenanga sembari berusaha duduk.

Bi Ina bergegas membantu Kenanga bersandar di kepala ranjang. Devano menoleh ketika seorang ART mendekat sembari membawa teh hangat dan semangkuk kecil bubur ayam. Devano segera mengambil alih nampan dari tangan ART dan duduk di samping Kenanga.

"Kamu harus sarapan, Ken!" pinta Devano sembari menyodorkan cangkir pada Kenanga.

Kenanga menatap datar Devano dan gelas itu bergantian. Dia tidak berniat mengambil cangkir yang berisi teh hangat beraroma harum itu. Melihat sikap datar Kenanga, Devano terkekeh pelan.

"Aku tidak menaruh apa pun di dalam teh ini. Dari semalam kamu belum makan apa-apa, kan?" tanya laki-laki tampan berkulit putih itu sambil mendekatkan cangkir ke arah Kenanga.

"Bisa jelaskan tentang taruhan itu, Kak? Maksud kalian apa?" tanya Kenanga sambil meraih cangkir dari tangan Devano.

Devano menatap Kenanga penuh arti, lalu menggeleng pelan. Berlama-lama menatap mata wanita cantik di depannya itu, membuatnya tidak punya keberanian untuk jujur. Devano takut jika Kenanga akan menjauh dan membencinya.

"Kenapa diam, Kak? Aku dijadikan alat taruhan kalian, begitu?" desak Kenanga lagi.

"Em, sebaiknya kamu sarapan dulu, Ken. Jangan sampai kamu sakit!" elak Devano lirih.

Kenanga menyunggingkan senyum kaku, lalu mendengus lirih. "Baiklah, kalau Kakak tidak mau jujur. Aku akan cari tahu dari Dion!" ucapnya lalu melengos.

Devano menelan ludah. Laki-laki itu lantas mengusap dahinya dengan gusar. Kenanga melirik Devano lalu mendengus lirih.

"Kak, tolong jawab!" desak Kenanga tidak sabar lagi.

"Baiklah, aku akan jelaskan, tapi kamu harus sarapan!" ucap Devano lalu mengambil mangkuk dan mengulurkan sendok ke arah bibir Kenanga.

Kenanga justru membuang muka. "Aku bisa sendiri," tolaknya sembari menahan tangan Devano.

"Sekali saja, setelah itu kamu makan sendiri!" Devano tersenyum manis, tetapi justru terlihat menyebalkan bagi Kenanga.

"Kakak ingat, aku masih istri orang, jangan aneh-aneh! Lagi pula, Kakak kan sudah punya calon istri. Tidak usah genit!" sembur Kenanga mulai kesal.

Devano terkekeh pelan. "Aku senang kamu sudah mulai cerewet, Ken," sahutnya santai.

Kenanga mencebikkan bibir mendengarnya. Karena Devano terus memaksa, tidak ada pilihan bagi Kenanga selain membuka mulut. Beberapa detik Kenanga menunggu dengan tidak sabar penjelasan dari Devano.

"Maafkan aku," ucap Devano pada akhirnya. "Apa yang dikatakan Dion benar. Awalnya kami taruhan. Jika dia mendapatkanmu, maka aku memenangkan uang dua ratus juta. Namun, jika dia tidak berhasil mendapatkanmu, maka aku yang harus membayarnya," jelasnya lalu menunduk dalam.

Kenanga menggigit bibirnya menahan tangis dan kecewa. "Kenapa kalian lakukan ini?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Aku punya alasan kuat melakukan itu, Ken! Aku tidak asal memberikanmu pada Dion. Apa kamu pikir aku rela, hah?"

"Tapi kenapa, Kak? Apa alasanmu melakukan ini? Aku yakin ini bukan tentang uang, kan?" kejar Kenanga sambil menangis.

"Memang bukan tentang uang semata. Tapi tentang ..." Devano memejamkan mata menahan air yang mulai mengambang.

"Jahat banget kalian."

"Ken, jika aku berkata jujur apa kamu masih bisa berkata begitu?"

****

Bab terkait

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 7 Perdebatan

    "Jika aku mengatakan yang sejujurnya, apa kamu menerima alasan itu, Ken?" ulang Devano dengan tatapan menuntut jawaban.Kenanga justru memalingkan wajah dari laki-laki berwajah tampan itu. Menurutnya, apa pun alasan mereka telah menjadikan taruhan adalah sesuatu yang murahan. Dia bukanlah barang yang bisa dijadikan alat taruhan. Bi Ina yang tidak ingin terlibat pembicaraan dengan kedua anak muda itu, memberi isyarat keluar dari kamar. Kenanga menatap langkah Bi Ina, lalu berpaling pada Devano dengan tatapan sinis."Kenapa diam, Ken? Aku melakukan itu karena aku ..." "Karena kamu dan Dion sama saja, Kak! Aku mengenalmu dari kita sama-sama kecil, tapi setelah kamu berteman dengan Dion, lantas mengabaikan pertemanan kita!" "Kenangaaaa ... bukan itu alasannya!" Devano menekan suaranya."Aku tidak butuh alasan, Kak. Jadi, biarkan aku pergi dari sini. Aku benci kalian berdua!" sentak Kenanga sembari bangkit.Devano ikut bangkit seraya meletakkan mangkuk ke atas meja. Laki-laki itu segera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 8 Kenyataan Baru

    "Ya, tanpa campur tangan Devano, Dion tidak mungkin menikahimu, Ken. Kamu tahu, siapa orang yang paling terluka atas pernikahan kalian?" Risma tersenyum mengejek sembari memindai Kenanga dari ujung kaki sampai ujung kepala.Rasanya senang sekali melihat kepanikan di wajah Devano dan Dion. Juga kebingungan di wajah Kenanga. Risma tidak ingin pura-pura baik lagi pada adik tiri yang begitu dibencinya itu.Dion mendekati Risma, lalu membisikkan sesuatu di telinga wanita itu, "Jangan katakan apa pun padanya, Risma! Setidaknya sampai aku tahu siapa ayah dari bayi dalam kandungan Kenanga."Risma melotot mengetahui kehamilan Kenanga. "Apa kamu bilang? Dia hamil, lalu kamu tidak jadi menceraikan dia?" sahutnya dengan tatapan berkaca-kaca."Aku harus bica--""Jangan khawatir, tanpa Dion menceraikanku, aku sendiri yang akan menggugatnya!" sergah Kenanga dengan suara bergetar. "Ha ha ha!" ejek Risma lagi. "Baguslah jika kamu sadar diri, Kenanga! Sudah saatnya kamu kembalikan Dion padaku. Setahun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 9 Kecewa

    "Kenapa pura-pura kaget? Oh, ya, itu kan keahlianmu yang pura-pura polos, Ken!" Risma belum puas melihat Kenanga syok. "Anak pelacur akan menurunkan anak sepertimu!""Diam kamu, Kak!" Air mata Kenanga mengalir tak terbendung. Kenanga masih bisa menerima jika dirinya yang dihina. Namun, bukan orang tuanya. Apalagi ibu Kenanga sudah meninggal beberapa tahun lalu."Kamu jangan keterlaluan, Ris! Bagaimanapun Kenanga adikmu!" lerai Dion sambil mendekati Kenanga. Namun, Kenanga justru mundur menjauhi Dion. "Kalian tidak diundang ke sini. Sebaiknya pergi! Dan untuk hubunganku dengan Kak Devano, itu urusanku. Kurasa tidak perlu persetujuan dari kalian, kan? Bukankah kalian selingkuh juga tidak minta persetujuanku?" Suara Kenanga bergetar karena tangis.Risma justru tertawa mengejek. "Siapa bilang kami selingkuh? Kamu yang merebut Dion dariku, Ken! Dan itu karena ulahnya!" teriaknya sembari menunjuk pada Devano."Ris, kita pulang!" ajak Dion sambil menarik tangan istri keduanya itu. Risma m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 10 Akan Akan Gugurkan Janin Ini

    Bi Ina menatap sedih kepergian Devano. Namun, laki-laki tampan yang diasuhnya dari kecil itu terus bergegas menuju lantai atas dan tanpa menoleh lagi. Bi Ina menunduk, pandangan mata tua itu berganti pada botol kecil di tangannya.Rupanya, patah hati yang dialami Devano membuat dia tidak peduli akan kesehatan. Dulu, Devano meminta Dion menjaga Kenanga sebagai wujud cintanya pada wanita itu. Nyatanya, hati Devano tidak sekuat ucapan kala itu.Seiring berjalannya waktu, Devano justru semakin sulit melupakan Kenanga."Mas Dev, sampai kapan kamu akan seperti ini? Bukankah kamu sendiri yang meminta Kenanga menikah dengan Dion?" Bi Ina bergumam."Apa perlu kita katakan yang sebenarnya pada Neng Kenanga, Bi?" Tiba-tiba Ayu, ART rekan kerja Bi Ina memberi ide.Pasalnya dia juga tidak tega melihat Devano yang berubah menjadi laki-laki dingin selama dua tahun terakhir. Bi Ina menghela napas panjang, kemudian mendongak begitu mendengar suara pintu ditutup. Tidak berapa lama, muncul Devano dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 11 Aku Benci ...

    "Ken, ralat ucapanmu!" sentak Dion marah.Dion tidak ingin Kenanga berbuat nekad. Meskipun dia telah membuat kesalahan fatal, anak dalam kandungan Kenanga adalah darah dagingnya yang tidak boleh ikut menanggung luka. Mendengar bentakan Dion, Kenanga menyeringai kecil.Wanita itu mengusap air mata yang sialnya terlanjur keluar. Dion hendak kembali memegang tangan Kenanga, tetapi lagi-lagi wanita itu menepisnya. "Ken, aku mohon jangan lakukan itu, Sayang! Anak itu tidak bersalah. Dia berhak hidup dan mendapatkan kasih sayang utuh dari kita!" Dion lantas berlutut di hadapan Kenanga."Ah, kasih sayang utuh? Apa kamu sedang berhalusinasi, Dion? Di luar sana ada anak lain dari rahim wanita yang kamu cintai! Kamu akan mengutamakan mereka. Jadi, untuk apa dia hidup, ha?""Ken, jangan bicara begitu, Sayang!" Dion segera memeluk lutut Kenanga dan menenggelamkan wajah di perut istrinya itu.Kenanga menggigit bibir kuat, berusaha meredam tangisnya. Seharusnya, dia bahagia dengan kehadiran janin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 12 Kembali Terluka

    Devano mengusap bibirnya yang berdarah. Laki-laki itu segera bangkit sembari memijat dahinya. Bukannya kasihan melihat luka di wajah Devano, Dion justru mendorong tubuh sahabatnya itu hingga nyaris membentur tembok."Jangan cari kesempatan, Dev!" sentak Dion hendak kembali melayangkan pukulan."Dion, sudah! Tolong!" teriak Kenanga berusaha bangkit untuk melerai.Devano tidak menggubris rasa pening di kepalanya. Dia segera mendekati Kenanga, tetapi segera dicegah oleh Dion."Jangan dekati Kenanga lagi!" "Dokter! Anda terluka!" Seorang perawat mendekati Devano dan mengulurkan tisu pada laki-laki itu.Devano mengambil selembar tisu untuk mengusap bibirnya. Devano tertegun ketika merasakan darah hangat keluar dari hidungnya."Kak Dev, hidungmu berdarah. Dion kamu keterlaluan!" hardik Kenanga sambil melempar bantal ke arah Dion."Oh, kamu lebih membela dia daripada suamimu, Ken?""Iya, karena aku tidak suka kekerasan. Apalagi sampai membuat orang lain terluka.""Ken, aku tidak apa-apa. Te

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 1 Kejutan

    Bandara Soekarno-Hatta."Tidak usah, Pa! Kenanga naik taksi saja. Ken juga tidak ingin mengganggu waktunya Mas Dion. Papa janji, ya, jangan katakan pada siapa pun kalau hari ini Ken pulang!" Seorang wanita cantik dengan stelan blouse motif bunga dan rok plisket panjang itu menyunggingkan senyum, sesaat setelah panggilan berakhir. Dia segera memasukkan handphone ke dalam tas, kemudian berjalan cepat menuju taksi bandara yang sudah menunggu.Rasa penat setelah menempuh perjalanan jauh dari Seoul, membuat Kenanga tidak ingin menunda waktu untuk segera sampai di rumah. Setelah satu mingguan berada di Negeri Ginseng, rasa rindu pada Dion_sang suami_ tak terbendung lagi. Kenanga memang tidak mengabari tentang kepulangannya yang mendadak. Dia sengaja memberi kejutan untuk Dion. Pada awalnya, rencana pameran busana muslim itu, berlangsung dua minggu. Namun, ternyata, selesai lebih cepat. Kenanga adalah seorang desainer muda yang menekuni dunia fashion sejak di bangku Sekolah Menengah Atas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 2 Hubungan Rahasia

    Tubuh Kenanga meluruh di dekat tempat tidur. Wanita itu membekap wajahnya dengan telapak tangan. Melihat keadaan sang istri yang syok, Dion mendekat. Dia menatap Risma dan memberi isyarat pada perempuan itu keluar dari kamar.Sambil memberengut, Risma menurut. Sebelum keluar dari situ, Risma sempat melirik pada Kenanga sambil menyunggingkan senyum sinis. Puas sekali Risma melihat adik tirinya itu menangisi nasib.Dion menyentuh pelan lengan Kenanga, tetapi lagi-lagi, Kenanga menepisnya. Dia merasa jijik melihat laki-laki yang selama setahun ini menjadi suaminya. Dion menarik napas panjang, lalu bersimpuh di depan sang istri."Aku tidak selingkuh dengan Risma, Sayang." Dion berkata lirih. Dia tidak tahu harus memulai dari mana menjelaskan perihal hubungan rahasianya dengan Risma. Kenanga masih bergeming. Dia memeluk lututnya yang gemetar. Sedangkan air matanya kembali menetes ke pipi meskipun berulangkali dia seka."Kenanga, dengarkan penjelasanku dulu!" ucap Dion lagi.Raut wajah Dio

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04

Bab terbaru

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 12 Kembali Terluka

    Devano mengusap bibirnya yang berdarah. Laki-laki itu segera bangkit sembari memijat dahinya. Bukannya kasihan melihat luka di wajah Devano, Dion justru mendorong tubuh sahabatnya itu hingga nyaris membentur tembok."Jangan cari kesempatan, Dev!" sentak Dion hendak kembali melayangkan pukulan."Dion, sudah! Tolong!" teriak Kenanga berusaha bangkit untuk melerai.Devano tidak menggubris rasa pening di kepalanya. Dia segera mendekati Kenanga, tetapi segera dicegah oleh Dion."Jangan dekati Kenanga lagi!" "Dokter! Anda terluka!" Seorang perawat mendekati Devano dan mengulurkan tisu pada laki-laki itu.Devano mengambil selembar tisu untuk mengusap bibirnya. Devano tertegun ketika merasakan darah hangat keluar dari hidungnya."Kak Dev, hidungmu berdarah. Dion kamu keterlaluan!" hardik Kenanga sambil melempar bantal ke arah Dion."Oh, kamu lebih membela dia daripada suamimu, Ken?""Iya, karena aku tidak suka kekerasan. Apalagi sampai membuat orang lain terluka.""Ken, aku tidak apa-apa. Te

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 11 Aku Benci ...

    "Ken, ralat ucapanmu!" sentak Dion marah.Dion tidak ingin Kenanga berbuat nekad. Meskipun dia telah membuat kesalahan fatal, anak dalam kandungan Kenanga adalah darah dagingnya yang tidak boleh ikut menanggung luka. Mendengar bentakan Dion, Kenanga menyeringai kecil.Wanita itu mengusap air mata yang sialnya terlanjur keluar. Dion hendak kembali memegang tangan Kenanga, tetapi lagi-lagi wanita itu menepisnya. "Ken, aku mohon jangan lakukan itu, Sayang! Anak itu tidak bersalah. Dia berhak hidup dan mendapatkan kasih sayang utuh dari kita!" Dion lantas berlutut di hadapan Kenanga."Ah, kasih sayang utuh? Apa kamu sedang berhalusinasi, Dion? Di luar sana ada anak lain dari rahim wanita yang kamu cintai! Kamu akan mengutamakan mereka. Jadi, untuk apa dia hidup, ha?""Ken, jangan bicara begitu, Sayang!" Dion segera memeluk lutut Kenanga dan menenggelamkan wajah di perut istrinya itu.Kenanga menggigit bibir kuat, berusaha meredam tangisnya. Seharusnya, dia bahagia dengan kehadiran janin

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 10 Akan Akan Gugurkan Janin Ini

    Bi Ina menatap sedih kepergian Devano. Namun, laki-laki tampan yang diasuhnya dari kecil itu terus bergegas menuju lantai atas dan tanpa menoleh lagi. Bi Ina menunduk, pandangan mata tua itu berganti pada botol kecil di tangannya.Rupanya, patah hati yang dialami Devano membuat dia tidak peduli akan kesehatan. Dulu, Devano meminta Dion menjaga Kenanga sebagai wujud cintanya pada wanita itu. Nyatanya, hati Devano tidak sekuat ucapan kala itu.Seiring berjalannya waktu, Devano justru semakin sulit melupakan Kenanga."Mas Dev, sampai kapan kamu akan seperti ini? Bukankah kamu sendiri yang meminta Kenanga menikah dengan Dion?" Bi Ina bergumam."Apa perlu kita katakan yang sebenarnya pada Neng Kenanga, Bi?" Tiba-tiba Ayu, ART rekan kerja Bi Ina memberi ide.Pasalnya dia juga tidak tega melihat Devano yang berubah menjadi laki-laki dingin selama dua tahun terakhir. Bi Ina menghela napas panjang, kemudian mendongak begitu mendengar suara pintu ditutup. Tidak berapa lama, muncul Devano dengan

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 9 Kecewa

    "Kenapa pura-pura kaget? Oh, ya, itu kan keahlianmu yang pura-pura polos, Ken!" Risma belum puas melihat Kenanga syok. "Anak pelacur akan menurunkan anak sepertimu!""Diam kamu, Kak!" Air mata Kenanga mengalir tak terbendung. Kenanga masih bisa menerima jika dirinya yang dihina. Namun, bukan orang tuanya. Apalagi ibu Kenanga sudah meninggal beberapa tahun lalu."Kamu jangan keterlaluan, Ris! Bagaimanapun Kenanga adikmu!" lerai Dion sambil mendekati Kenanga. Namun, Kenanga justru mundur menjauhi Dion. "Kalian tidak diundang ke sini. Sebaiknya pergi! Dan untuk hubunganku dengan Kak Devano, itu urusanku. Kurasa tidak perlu persetujuan dari kalian, kan? Bukankah kalian selingkuh juga tidak minta persetujuanku?" Suara Kenanga bergetar karena tangis.Risma justru tertawa mengejek. "Siapa bilang kami selingkuh? Kamu yang merebut Dion dariku, Ken! Dan itu karena ulahnya!" teriaknya sembari menunjuk pada Devano."Ris, kita pulang!" ajak Dion sambil menarik tangan istri keduanya itu. Risma m

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 8 Kenyataan Baru

    "Ya, tanpa campur tangan Devano, Dion tidak mungkin menikahimu, Ken. Kamu tahu, siapa orang yang paling terluka atas pernikahan kalian?" Risma tersenyum mengejek sembari memindai Kenanga dari ujung kaki sampai ujung kepala.Rasanya senang sekali melihat kepanikan di wajah Devano dan Dion. Juga kebingungan di wajah Kenanga. Risma tidak ingin pura-pura baik lagi pada adik tiri yang begitu dibencinya itu.Dion mendekati Risma, lalu membisikkan sesuatu di telinga wanita itu, "Jangan katakan apa pun padanya, Risma! Setidaknya sampai aku tahu siapa ayah dari bayi dalam kandungan Kenanga."Risma melotot mengetahui kehamilan Kenanga. "Apa kamu bilang? Dia hamil, lalu kamu tidak jadi menceraikan dia?" sahutnya dengan tatapan berkaca-kaca."Aku harus bica--""Jangan khawatir, tanpa Dion menceraikanku, aku sendiri yang akan menggugatnya!" sergah Kenanga dengan suara bergetar. "Ha ha ha!" ejek Risma lagi. "Baguslah jika kamu sadar diri, Kenanga! Sudah saatnya kamu kembalikan Dion padaku. Setahun

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 7 Perdebatan

    "Jika aku mengatakan yang sejujurnya, apa kamu menerima alasan itu, Ken?" ulang Devano dengan tatapan menuntut jawaban.Kenanga justru memalingkan wajah dari laki-laki berwajah tampan itu. Menurutnya, apa pun alasan mereka telah menjadikan taruhan adalah sesuatu yang murahan. Dia bukanlah barang yang bisa dijadikan alat taruhan. Bi Ina yang tidak ingin terlibat pembicaraan dengan kedua anak muda itu, memberi isyarat keluar dari kamar. Kenanga menatap langkah Bi Ina, lalu berpaling pada Devano dengan tatapan sinis."Kenapa diam, Ken? Aku melakukan itu karena aku ..." "Karena kamu dan Dion sama saja, Kak! Aku mengenalmu dari kita sama-sama kecil, tapi setelah kamu berteman dengan Dion, lantas mengabaikan pertemanan kita!" "Kenangaaaa ... bukan itu alasannya!" Devano menekan suaranya."Aku tidak butuh alasan, Kak. Jadi, biarkan aku pergi dari sini. Aku benci kalian berdua!" sentak Kenanga sembari bangkit.Devano ikut bangkit seraya meletakkan mangkuk ke atas meja. Laki-laki itu segera

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 6 Taruhan

    "Ya, aku lebih pantas menjadi suami Kenanga!" sergah Devano.Dion mengerutkan bibir geram, lalu sekuat tenaga mendorong tubuh security yang memeganginya. Melihat kemarahan Dion, Devano justru tertawa mengejek."Brengsek kamu, Devano!""Kamu lebih brengsek dariku, Dion. Menyesal aku mengenalkanmu pada Kenanga." Devano mendekati Dion dan menunjuk wajah temannya itu.Dion menepis kasar tangan Devano, lalu tersenyum mengejek. "Hah, tidak usah munafik, Dev! Bukankah kamu sendiri yang menyuruhku mendekati Kenanga untuk memenangkan taruhan itu?" balasnya.Devano terbelalak. Laki-laki itu reflek mengangkat tangannya yang terkepal kuat. Dion tidak mundur, tetapi justru tertawa mengejek melihat kepanikan di wajah Devano."Kenanga adalah bahan taruhan kita, sadarilah itu, Dev! Dan akulah pemenangnya, bukan kamu! Bukan kamu Devano Rayyan Samudra!" teriak Dion."Shut up! Tutup mulutmu, Dion! Tidak ada yang membuatnya tar--""Taruhan? Taruhan apa, Kak?" tanya Kenanga dengan tatapan nanar dari teras

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 5 Keributan

    Sebelum memasuki kamar tamu, Kenanga sempat menoleh pada Devano dan mendapati laki-laki itu masih berdiri di sana. Kenanga tersenyum simpul, kemudian mengikuti BI Ina memasuki kamar yang cukup luas itu."Silakan istirahat di sini, Nona! Jika perlu bantuan, tolong panggil kami!" ucap Bi Ina sembari meletakkan koper Kenanga di dekat tempat tidur. "Terima kasih, Bibi. Maaf ya, saya merepotkan," ucap Kenanga tidak enak hati."Tidak apa-apa. Sudah tugas kami melayani tamu spesialnya Mas Dev!" sahut Bi Ina sembari tersenyum. "Oh, ya, kamar mandi di situ, semua keperluan di dalamnya masih baru. Boleh dipakai!" lanjut wanita setengah abad itu.Kenanga mengangguk. "Baik, terima kasih Bibi," ucapnya santun.Beberapa menit setelah kepergian Bi Ina, Kenanga tidak juga beranjak dari tempat tidur. Dia justru termenung seolah mencerna peristiwa beberapa jam lalu yang membuat dunianya jungkir balik.Kenanga lantas mengambil handphone yang berdering beberapa kali di dalam tasnya. Wanita itu membuang

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 4 Hamil

    Dion menelan saliva menatap kepergian mobil mewah itu dari halaman rumah Kenanga. Cukup lama Dion berdiri di situ. Dia baru beranjak ketika mobil sudah tidak tampak lagi. Langkah Dion gontai kembali ke kamar.Dia menatap sekeliling kamar yang sudah sepi. Tidak ada lagi tawa dan pembicaraan romantis dengan Kenanga. Dion tersenyum miris mengasihi dirinya sendiri. Semua karena ulahnya. Karena ketidakberdayaannya melawan pesona Risma. "Argh!" Dion mengacak rambutnya sendiri.Kedua telapak tangan Dion terkepal di sisi tubuh dengan dada naik turun. Lalu, Dion melangkah ke arah lemari pakaian. Pandangan laki-laki itu berkabut ketika mendapati kotak perhiasan milik Kenanga masih di situ. Tangan Dion segera bergerak mengambil beberapa pakaian miliknya. Dia harus membereskan semua sebelum besok pagi, atau Kenanga akan membuangnya. Gerakan tangan Dion berhenti pada sebuah amplop berlogo klinik yang terselip di bawah tumpukan baju.Dengan penasaran, dibukanya amplop itu. Tatapan Dion nanar dan

DMCA.com Protection Status