Chapter 03 Setelah Satu Nyawa _______Mobil BMW hitam terus melaju dengan kecepatan tinggi. Jack menginjak pedal gas, tak tanggung-tanggung, ditemani tuntunan musik keras.Jack tidak sabar untuk sampai ke kota Zhenzhou. Tampaknya Jack tak berkeberatan dengan keputusan Paman Ming, yang membawa Nona Wang Yihan ke tempat berbeda. Padahal tadi dirinya menunggu di apartemen.Tanpa sepengetahuan Jack , Paman Ming mendapatkan kabar dari Nyonya Xien ibunya Jack. Itulah sebabnya merubah rencana seperti yang diminta oleh Jack. Nyonya Xien ibunya cuma jarang-jarang saja bertandang ke apartemen Jack. Dan ketika akan bertandang selalu memberikan kabar pada Paman Ming.Dan sosok Jack yang semenjak kecil dekat dengan Paman Ming pun sudah menerka, atas keputusan perubahan tempat. Itulah sebabnya patuh - patuh saja pada pria paruh baya tersebut. Dengan sangat antusias, Jack menelusuri jalanan sepi, menuju kota Zhenzhou. Disela kefokusan mengemudi , tiba-tiba Jack mencibir, "Dipikir asisten Liu, aku
Chapter 04 Salah Target ------------------Para anak buah Paman Ming pun langsung masuk ke mobilnya masing-masing. Ada empat mobil mewah mengekor di belakang mobil yang ditumpangi oleh Paman Ming.Terhitung ada lima mobil melaju dengan kecepatan penuh meninggalkan klub malam tersebut. Empat mobil itu mengawal Paman Ming, mereka siap siaga dengan pistol di tangan, mengantisipasi sesuatu yang terjadi pada mobil yang membawa target. Mereka menjaganya dengan ekstra. Jangan sampai kepergian mereka dari klub malam tersebut dikuntit oleh musuh. Target Jack adalah Nona Wang Yihan. Dia adalah anak kepala gangster. Sementara Paman Ming justru tak mengetahui bila yang dibawa olehnya bukanlah Nona Wang Yihan.Selama menempuh perjalanan Hien tak sadarkan diri. Padahal perjalanan menuju ke kota Zhenzhou cukuplah lama. Pengaruh obat bius itu membuatnya benar-benar bak mayat hidup.Hingga tubuh Hien pun terdorong kiri dan kanan karena mobil melaju dengan kecepatan luar biasa. Tak bisa dipungk
Chapter 05 Bersama Pria Asing_______Dengan sangat pelan Jack membaringkan tubuh ramping perempuan yang terkulai lemah di pundaknya. Lalu Jack membuka tali yang mengikat kedua kaki mulus dan jenjang perempuan tersebut. Perempuan itu masih belum juga sadarkan diri, dari efek obat bius yang Paman Ming dan anak buahnya berikan saat membekap lalu menutup kepalanya.Jack terlihat melepaskan kancing kemeja putihnya, pada bagian atas. Kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya. Sebelum akhirnya mendekat ke tepi ranjang, untuk melepaskan ikatan tali pada tangan perempuan tersebut. Jack melakukannya di tengah kamar yang gelap. Sementara itu. Perempuan tersebut hanya terkulai begitu saja, "Uhhh ...." rintihnya, tapi dilakukannya dalam keadaan tak sadar.Jack langsung membuka kantong kain hitam yang menutupi kepala perempuan tersebut. Dan dilemparkannya ke sembarang arah kantong hitam, yang membungkus wajah perempuan tersebut semenjak tadi. "Uhhh ---" keluh perempuan itu lagi, kini tub
⛔Chapter 06 Ranjang Bergoyang ________Jack tidak menghiraukan permintaan Hien. Baginya perempuan di depannya itu adalah nona Wang Yihan. Jadi wajar bila saat ini mendapatkan hukuman darinya. Selama ini ia sudah terlampau sabar. Bahkan membiarkan harga dirinya terinjak-injak. Ia rela demi seorang Wang Yihan."Ja-ja-jangan mendekat!" tekan Hien, kali ini ia memberanikan diri , bahkan sanggup menekan dada bidang di depannya. Agar tetap menjaga jarak.Plak!!Namun satu tamparan telak menyingkirkan tangan Hien. "Auhkh!!" Hien merintih, sembari memegangi pergelangan tangannya yang terasa seperti patah. Sembari meringis ia melakukan gerakan sedemikian rupa, memastikan tak ada cidera dialaminya. Akibat tamparan telak tadi. Jack tidak peduli seberapa Hien memasang wajah ketakutan, atas sikapnya. Ia terus mendekati Hien , hingga tak berjarak. Otomatis membuat tubuh Hien tertahan pada tepi ranjang. "Jangan ...." rintih Hien . Untuk yang sekian puluh kalinya. Ia mencondongkan tubuhnya ke bela
Chapter 07 Tersadar Namun Hien tak sanggup untuk menggerakkan tubuhnya. Ia benar-benar remuk . Dan ditambah lagi efek obat bius yang terlampau banyak, membuatnya kini kembali terbuai kantuk. Meskipun sekuat tenaga menampik rasa kantuk itu, Hien tak mampu. Jack masih terdiam seribu bahasa, bergerak pun tak sanggup dilakukannya. Ia benar-benar susah untuk berdiri, untuk sekedar menarik selimut menutupi tubuh bawahnya pun tak sanggup dilakukannya. Karena perempuan asing masih tidur di lengannya, dan mendengkur dengan begitu lembutnya , ia tak sanggup mengambil tindakan. 'Ini semua salah Paman Ming ,' batin Jack , ingin segera mencari keberadaan pria yang sangat dihormatinya itu, tapi apalah daya. Ia harus mengurungkan terlebih dahulu. Jack memutar otak. Ia memastikan bahwa perempuan ini bukanlah perempuan jalang. Bukan pelacur jalanan yang sengaja diambil oleh Paman Ming . Ia berpikir cerdas, pastilah Paman Ming yang salah mengambil orang, atau dirinya sedang dijebak?'Ini pasti Wang
Capter 08 Tetes terakhir.__Di tengah kesadaran yang bener belum benar-benar sempurna. Hien yang tadi tersadar dan langsung meneriaki sosok pria asing yang kini berdiri di ambang pintu, tapi belum juga terbuka. Jack yang mendengar itu tak bisa untuk tidak menoleh. Tidak ada waktu untuknya mengelak. Jack langsung berpikir cepat! Kemudian meregangkan leher. Bersamaan dengan itu, terdengar suara gemeretak seperti tulang patah. Setelah itu menoleh pada dinding tempat koleksinya, barulah ia berbalik pada sumber suara. Tampak Hien langsung mengisut, ia mundur. Tidak sanggup beradu pandang dengan mata elang itu. Hien kini bisa melihat Jack dengan mendekat. Desir pada dadanya tak bisa terkontrol. Pria in yang telah merenggut kesuciannya semalaman, hingga beberapa kali. Bahkan masih terasa sesuatu yang masuk tubuhnya. Tentang hangatnya benih yang ditaburkan pada rahimnya. Sontak Hien meraba perutnya. Tak selang berapa lama. Hien tersadar bahwa sepasang mata sipit yang tampak tega
Capter 09 Masih Perjaka -----Pintu kamar mandi itu terbuka. Jack justru terpaku. Wajah perempuan yang sudah dimuliakannya dengan sebutan nona, itu kini tampak begitu jelas. Hien berteriak, menatap Jack dengan penuh kebencian."Minggir!" ulang Hien. Memang ia sangat lama berdiam dalam kamar mandi. Ia membersihkan sisa cairan kental yang ditumpahkan Jack pada tubuhnya. Sebelum akhirnya ditanamkan pada rahimnya. Suara keras yang dipaksakan itu justru membuat Jack menggaruk tengkuk. Reaksi atas kegugupannya. Tapi itu cuma sekejap, ketika tubuh mungil itu mengisut ke samping. Jack kembali pada posisinya. Ia ingin berlama-lama dengan ini. "Anda dengar, Tuan?!" Hien tak punya aset untuk keluar, karena kedua tangan Jack menghalanginya, dengan merentang pada kedua sisi. Berpegangan pada kusen. Jack tersenyum datar. Ia tak lantas geming. Meskipun ini kali pertama ia dibentak perempuan, selain ibunya. "Mau apa lagi?!" selidik Hien, entahlah dewa apa yang datang menolongnya, sehingga
Capter 10 . Sebuah Tawaran Ketegangan tadi tiba-tiba saja berganti. Hien menarik tangannya dari genggaman Jack. Kemudian Jack langsung menimpali, setelah kembali berhasil mengengam tangan itu lagi, "Kamu tidak sedang salah dengar, Nona Hien. Aku pun tak salah bicara, sungguh! Apa Nona tidak percaya padaku?"Entah apa yang bermain di benak Hien, hingga meladeni omongan itu. Namun sekejap kemudian, Hien berontak, "Aku tidak percaya! Tuan pastilah mafia! Tuan penjahat!" Hien beralih sikap, ia kembali memukul Jack dengan beringasnya.Bukan hanya itu saja. Hien pun mendaratkan tendangan. Hingga Jack terjengang. "Nona! Hey! Nona! Hentikan!!" Jack cuma mengarahkan tangannya untuk melindungi wajahnya dari amukan Hien yang sudah berdiri. Dengan geramnya. Sampai-sampai lupa bila buah kates California miliknya bergelantungan bebas. "Bajingan! Orang jahat! Aku sudah mengatakan salah orang! Kenapa masih melakukan!" Hien terus nyerocos, meskipun sakit tangannya, tapi ia tidak peduli. "Sudah! Non
Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien mena
Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien menat
Mobil hitam melaju kencang menembus malam. Di belakang mereka, vila Wang Zhen kini hanya tinggal bayangan, penuh dengan suara sirene dan jeritan. Jack Lee duduk di kursi belakang, menekan luka di bahunya yang terus mengeluarkan darah, tapi matanya tidak lepas dari Hien yang duduk di sampingnya, memeluk putra mereka dengan erat.Hien tidak berbicara sepatah kata pun sejak mereka masuk ke mobil. Wajahnya tegang, matanya penuh kebencian dan ketakutan. Jack tahu, baginya, dia bukan penyelamat—dia masih monster yang menghancurkan hidupnya.“Kita akan pergi ke tempat aman,” kata Jack pelan, mencoba menenangkan suasana.Hien tidak merespons. Dia hanya menatap lurus ke luar jendela, seakan berharap bisa melarikan diri kapan saja.Ming yang mengemudi melirik Jack melalui kaca spion. “Bos, kita punya masalah. Sepertinya ada yang mengikuti kita.”Jack mengangkat kepalanya. “Siapa?”“Dua mobil hitam. Mereka mulai mendekat.”Jack mengumpat pelan. Wang Zhen pasti tidak tinggal diam. Dia pasti sudah
Suara deru mesin mobil terdengar menggema di sepanjang jalanan sepi menuju vila Wang Zhen. Jack Lee duduk di kursi belakang, matanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi dingin. Di sisinya, Ming dan Zhou menunggu perintah."Begitu kita masuk, cari Hien dan anakku. Jangan biarkan mereka dibawa pergi," perintah Jack.Ming mengangguk. "Mengerti, Bos."Jack menghela napas pelan. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Hien. Jika saja ia tidak membuat kesalahan lima tahun lalu, mungkin semuanya akan berbeda. Tapi sekarang, dia tidak bisa lagi mundur.---Di Vila Wang ZhenHien berdiri di tepi ranjang, membenahi selimut putranya yang tertidur lelap. Dadanya terasa sesak melihat wajah kecil itu yang begitu mirip dengan Jack Lee.“Apa aku benar-benar harus pergi?” gumamnya dalam hati.Di luar, Wang Zhen tengah berbicara dengan seseorang di telepon. Ekspresinya serius."Pastikan pesawatnya siap dalam satu jam," katanya. "Aku tidak ingin ada kesalahan. Jack Lee bisa datang kapan saja."Setelah men
Jack Lee menatap langit-langit kamar yang asing baginya. Wajah Hien dan anak mereka terus berputar dalam pikirannya. Ia ingin melihat mereka, ingin memastikan mereka baik-baik saja. Namun, tubuhnya masih lemah, dan ibunya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja."Di mana mereka sekarang?" tanya Jack, suaranya parau karena kelelahan.Nyonya Xien menghela napas panjang, lalu menatap putranya dengan sorot tajam. "Mereka aman. Itu yang perlu kau tahu."Jack mengerutkan kening, lalu mencoba bangkit. "Ibu, aku harus menemui mereka. Aku harus bicara dengan Hien dan—""Untuk apa?" potong Nyonya Xien dengan nada dingin. "Untuk meminta maaf? Untuk memohon agar dia menerimamu kembali? Jack, kau pikir semudah itu?"Jack mengepalkan tangannya. "Aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku ingin memperbaikinya. Aku ingin bertanggung jawab atas anakku."Nyonya Xien tersenyum miring. "Terlambat, Nak. Dia membencimu. Dan sekarang, dia berada dalam perlindungan Wang Zhen."Mata Jack melebar. "Apa?""Iya
Jack Lee tak punya waktu untuk berpikir panjang. Ledakan di luar semakin mengguncang rumahnya, membuat kaca-kaca jendela pecah dan debu berterbangan di seluruh ruangan. Hien menjerit sambil memeluk erat anak mereka yang ketakutan.Jack menarik tangan Hien dengan kuat. “Ikut aku! Kita harus keluar dari sini sebelum tempat ini hancur!”Hien menolak. “Tidak! Aku tidak bisa ikut denganmu!”Jack menatapnya tajam. “Ini bukan tentang aku atau kamu. Ini tentang anak kita. Kau ingin dia mati di sini?”Hien menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. Ia membenci pria ini, tapi ia tak bisa membiarkan anaknya mati dalam baku tembak mafia.“Baik, tapi jangan sentuh aku,” ucap Hien dingin.Jack menghela napas dan menarik mereka keluar dari kamar.Di luar, Paman Ming sudah menunggu di lorong dengan beberapa anak buah yang tersisa. “Bos, mobil sudah siap. Tapi mereka mengepung dari dua sisi!”Jack menyumpah dalam hati. Wang Zhen benar-benar ingin menghabisinya malam ini.“Bawa mereka lewat jalur belakang
Jack Lee menatap langit malam dari balkon kamarnya. Kepulan asap rokok mengepul di udara, samar-samar tertiup angin. Pikirannya masih terpusat pada Hien—wanita yang selama lima tahun ini terus ia cari, dan kini berada dalam rumahnya, tetapi tetap terasa begitu jauh.Saat Jack sedang larut dalam pikirannya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Paman Ming muncul dari balik pintu, ekspresinya serius.“Bos, ada perkembangan mengenai musuh kita,” kata Paman Ming.Jack Lee menoleh dengan tatapan tajam. “Wang Zhen?”Paman Ming mengangguk. “Dia semakin aktif. Malam ini, dia terlihat di sebuah klub di distrik barat, melakukan pertemuan dengan salah satu pengedar besar.”Jack mengepalkan tangannya. Wang Zhen, kakak dari Wang Yihan, adalah duri dalam dagingnya. Pria itu telah mengambil alih sebagian wilayahnya dan kini semakin berani menunjukkan taringnya.Namun, sebelum Jack bisa memberikan perintah lebih lanjut, suara kecil memanggilnya dari ambang pintu.“Papa…”Jack menoleh dan melihat put
Hien duduk di tepi ranjang yang luas, tangannya erat memeluk putranya yang masih tertidur. Ia menatap sekeliling kamar yang begitu mewah, dengan dinding berlapis emas dan lampu kristal bergantung di langit-langit. Segalanya tampak sempurna, tetapi bagi Hien, tempat ini tak ubahnya sebuah penjara.Pintu terbuka, dan Jack Lee melangkah masuk. Tatapan tajamnya mengarah langsung pada Hien, tetapi kali ini ada kelelahan dalam matanya.“Kau sudah makan?” tanyanya datar.Hien mendengus sinis. “Kenapa peduli?”Jack mendekat, duduk di kursi di dekat ranjang. “Kau pikir aku menculik kalian hanya untuk menyiksamu?”“Kau sudah menghancurkan hidupku, Jack,” desis Hien. “Apa lagi yang kau inginkan?”Jack tidak langsung menjawab. Ia menghela napas dan bersandar, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. “Aku hanya ingin keluargaku kembali.”Hien terkekeh sinis. “Keluarga? Sejak kapan kau tahu arti kata itu?”Jack menunduk, jemarinya menggenggam kain celana hitamnya dengan erat. “Aku tahu aku tela
Malam itu, Hien berdiri di jendela apartemennya, memeluk tubuhnya sendiri sambil menatap langit kota yang kelam. Hatinya dipenuhi ketakutan. Setelah lima tahun bersembunyi, Jack Lee akhirnya menemukan mereka.Di tempat tidurnya, bocah kecil itu tidur dengan wajah damai, tidak tahu betapa keras dunia di sekitarnya sedang bertarung untuk dirinya.Aku harus melindunginya.Langkah kaki terdengar dari luar apartemen. Hien meraih pisau kecil yang selalu dia sembunyikan di bawah bantal.Ketukan pelan terdengar di pintu.“Hien, ini aku,” suara Wang Zemin.Hien menghela napas lega dan membuka pintu. Wang Zemin masuk dengan ekspresi tegang.“Kita harus pergi malam ini juga,” katanya tanpa basa-basi. “Jack tidak akan menunggu lama.”Hien menggigit bibirnya. “Aku tidak bisa membiarkan anakku tumbuh tanpa identitas. Aku tidak bisa terus bersembunyi seperti ini.”“Kau ingin menunggu sampai Jack menculik anak itu darimu?” Wang Zemin menatapnya tajam. “Dia akan melakukan apa saja.”Hien menunduk. Dia