⛔Chapter 06 Ranjang Bergoyang
________Jack tidak menghiraukan permintaan Hien. Baginya perempuan di depannya itu adalah nona Wang Yihan. Jadi wajar bila saat ini mendapatkan hukuman darinya. Selama ini ia sudah terlampau sabar. Bahkan membiarkan harga dirinya terinjak-injak. Ia rela demi seorang Wang Yihan."Ja-ja-jangan mendekat!" tekan Hien, kali ini ia memberanikan diri , bahkan sanggup menekan dada bidang di depannya. Agar tetap menjaga jarak.Plak!!Namun satu tamparan telak menyingkirkan tangan Hien."Auhkh!!" Hien merintih, sembari memegangi pergelangan tangannya yang terasa seperti patah. Sembari meringis ia melakukan gerakan sedemikian rupa, memastikan tak ada cidera dialaminya. Akibat tamparan telak tadi.Jack tidak peduli seberapa Hien memasang wajah ketakutan, atas sikapnya. Ia terus mendekati Hien , hingga tak berjarak. Otomatis membuat tubuh Hien tertahan pada tepi ranjang."Jangan ...." rintih Hien . Untuk yang sekian puluh kalinya. Ia mencondongkan tubuhnya ke belakang, tak mau wajahnya diterpa oleh nafas Jack yang berbau alkohol. Itu membuat perutnya kembali mual."Huek! Singkirkan mulutmu, Tuan!""Hahaha! Sok suci! Bukankah biasanya tubuhmu disiram Baijiu?!" ejek Jack. Tahu siapa nona Wang Yihan.Hien mengerucutkan bibirnya, "Sudah kukatakan! Tuan salah orang!"Jack mengulum senyum kecut, atas sikap sok suci perempuan di depannya. Tanpa ragu! Tanpa belas iba! Semenit kemudian, ia mendorong ujung pundak Hien, yang sudah condong ke belakang . Maka dengan mudahnya , tubuh ramping itu mendarat telak di atas ranjang empuk."To-to---tolong!" Hien berharap ada dewa datang menolongnya. Tapi, itu mustahil. Kegaduhan pada kamar kedap suara ini, tak memungkinkan dewa berhasil mengirim penolong."Jalang! Sudah melayani berapa bos tadi?!" olok Jack, tak ubahnya menganggap Hien sampah. Lalu merenggangkan kaki jenjang itu . Agar supaya memudahkannya memberikan pelajaran.Hien menggigil ketakutan, mundur . Ia tak mau pasrah begitu saja---- karena melihat Jack sudah membuka gesper. Lalu menarik resleting, membuat Hien tak sanggup menyaksikan apa yang dilakukan pria asing di depannya.Tarikan gesper itu membuat Hien kian tersedu. Jack melingkarkan pada sebelah tangannya.Insting Hien sudah menduga, keburukan menimpa dirinya. Ditambah lagi dengan santainya Jack membuka satu persatu kemeja putih yang dikenakan, lalu melempar ke sembarang arah . Hien memaksa mata sipitnya membeliak. Ia sedang menandai. Pandangannya tertuju pada tato naga yang berada di dada bidang Jack. Bukan pedang daging tanpa penutup."Kamu adalah sampah, yang harusnya bersyukur aku tiduri," olok Jack, di tengah tangannya terus menanggalkan satu persatu pakaian yang menutupi tubuh atletis ."Ucapkan terima kasih padaku, jalang," imbuh Jack, dengan nada begitu sinis , suaranya pun datar, dan sangat lirih.Hien menelan ludah dengan porsi dol. Tapi bukan karena melihat tubuh Jack yang sudah polos, dengan pedang daging teracung. Tanpa satu benang pun tersampir.Jack mengulum senyum menakutkan. Ia kembali mendekati tepi ranjang, setelah tadi mundur 3 langkah menanggalkan pakaian. Mata Hien tertuju pada tangan Jack yang masih memegang Gasper, setelah dilepaskannya tadi. Seakan itu akan mengambil nyawanya, bila tak kooperatif. Itu insting Hien. Atas situasi ini.Jack sudah di tepi ranjang, sementara Hien mundur , meringkuk di sudut dinding . Tak lagi sanggup melihat sosok pria asing di depannya, sudah dengan tatapan ingin menikmatinya , jakunnya terlihat naik turun. Bak melihat santapan lezat serupa hot dog. Dan ingin menyantap detik ini juga. Selagi panas.Hien memeluk erat tubuhnya. Dengan tangisan beranak sungai. Berusaha menyembunyikan auratnya. Tapi Jack langsung menarik satu kakinya, dengan paksa dan dengan kasarnya. Memaksa tubuh ramping Hien terseret hingga tepi ranjang."Cepat lakukan service terbaik, Wang! Seperti yang kamu lakukan pada mafia lainnya!" tekan Jack, kini posisinya sudah menjambak rambut Hien dengan begitu keras, hingga membuat Hien merintih."Sa-sakittt." Tampak urat leher Hien menonjol, menahan sakit pada kulit kepalanya. Jack semakin menjabatnya dengan begitu erat."Cepat berikan service terbaik!" bentak Jack, menekan wajah Hien pada area bawah pusarnya."Atau aku akan mengikatmu!" ancam Jack, membuat Hien berpikir sejuta kali. Kala mata elang Jack melirik pada tangan kirinya.Tak bisa dijabarkan betapa ketakutan Hien saat ini, ketika satu tangan Jack memutar-memutar tali Gasper, sehingga menimbulkan bunyi pada besi pengaitnya. Ini bukan sebuah ancaman semata.Dengan wajah sudah tanpa sekat, pada vitalitas pria didepannya, Hien memekik , seraya mendongak, "A-anda salah orang!" Berharap Mafia mabuk di depannya itu sadar.Jack tak peduli pekikan Hien. Meskipun mulai menangis. Bahkan sejati jadinya.Hien sadar dengan apa yang menimpa dirinya. Tapi pada akhirnya membuka mulutnya lebar-lebar, melakukan apa yang diinginkan oleh Jack. Padahal ini kali pertama melakukannya. Dibawah intimidasi, membuat Hien secara naluriah bisa memberikan yang terbaik. Ditengah tangis terus beranak sungai."Aku belum pernah melakukan ini," ucap Hien, setelah melepih yang ada digenggamnya. Tadi di cekalnya dengan erat.Terlalu naif bila Jack tak menikmati permainan mulut nona Wang Yihan, refleks matanya memejam , bahkan tanpa sadar mendesis. Meskipun rasa marahnya belum juga reda. Seruas jari pun.Jack yang tadi bokongnya maju mundur. Ketika Hien melakukan apa yang diminta, sebelum akhirnya berkata dengan polosnya. Membuat Jack memalingkan wajahnya sembari mendesis, "Saahh." Rasanya tak rela Hien melepaskan permainannya.Kemudian, "Cuhh!!" Ia kembali meludah. Jack muak dengan akting nona Wang. Lalu menyeka sudut bibirnya, sebelum akhirnya pandangannya kembali teralih pada tubuh polos didepannya. Tinggal menyisakan nilon hitam.Kemudian Jack menyeringai, tatapannya enggan lepas dari itu. Tertuju pada lembah Surgaloka yang disembunyikan dibalik nilon hitam. "Lepas! Atau aku yang melakukannya!" ancam Jack."Ja-ja-jang! Sudah aku katakan berapa puluh kali , Anda salah orang tua!"Hien sangat paham apa yang dimaksud oleh Jack. Ia tak mau melakukan ini. Sungguh ia bukanlah orang seperti itu."Hahaha! " Jack mendongak.Lalu menatap setiap inci tubuh Hien, "Kau yang salah orang! Selama ini kau menganggap ku remeh!" Kali ini Jack mencengkram kuat dagu Hien. Hingga tak berjarak.Hien memejam tak sanggup menatap mata elang di depannya.Kemudian Jack mendekatkan mulutnya pada cuping Hien yang memalingkan wajah, "Aku sungguh membencimu, Wang! Sekarang aku membencimu!!"'Wang Yihan ?' pikir Hien lagi."Aku bukan Wang Yihan! Tuan kamu mabuk! Aku bukan Wang Yihan!" Hien berusaha meyakinkan sembari berusaha melepaskan diri dari pria yang sudah terlihat sangat bernafsu itu.Namun Jack menarik kuat tubuh Hien yang berusaha mengisut, mundur.Jack memicingkan sebelah matanya, "Kau memang bukan Wang Yihan yang kukenal. Kau hanyalah Wang palsu. Dan ini aslimu Wang!"Lalu Jack mendorong tubuh Hien hingga terlentang."Buka! Atau akan merobeknya!" ancam Jack, Hien paham maksudnya.Disertai hujan salju turun di luar sana, Hien melakukan dengan sadar--- apa yang diminta oleh Jack."Wah ...." Jack berdecak. Matanya yang tajam menandai tiap titik sensitif.Hien cuma bisa pasrah, telentang tanpa perlawanan berarti. Menangis'! Itu yang dilakukannya, wajahnya berpaling kedua tangannya mencengkram erat alas ranjang.Jack mencondongkan tubuhnya, Ia terlihat mengendus, "Tubuhmu benar benar mulus ternyata. Hahaha .... Tapi setelah ini, apa kau masih bisa membuat tubuh mulus mu ini sebagai jebakan kaum pria lagi? Karena aku akan menghancurkan mu malam ini juga! Aku akan menikmati kamu secara berkelas, jalang!"Hien tersengal. Perutnya yang tipis terlihat naik turun. Ia sangat ketakutan, sampai gemetaran . Terus memalingkan wajahnya ketika Jack sudah merangkak ke atas tubuhnya."Apa salahnya menikmati kamu terlebih dahulu, sebelum aku memberikan tubuh telanjang mu pada anjing penjaga di luar sana. Aku punya hak, karena kau sudah banyak menghabiskan uang dan mempermainkan perasaanku ...!!"Bersamaan dengan itu, Hien hancur. Kesuciannya direnggut kasar oleh Jack yang sudah dibawah pengaruh minuman beralkohol. Ditambah lagi obat kuat, maka sangat lama Jack menodai Hien.Hien pasrah kala tubuhnya dinikmati, hanya bisa meringis menahan nyeri sembari mencengkeram erat alas ranjang, hingga tak beraturan."Tuan! Och .... Berhenti. Apa yang kau lakukan? Tolong lepaskan aku! Kau salah orang!" Ditengah tubuhnya naik turun, Hien tak henti menyadarkan pria yang terlihat sangat menikmatinya itu. Tapi Jack tak menggubris. Ia membalik tubuh tanpa pakaian itu ke bawah tubuhnya.Hien pasrah, ia tertelungkup. Sebelum akhirnya pinggangnya dicekal erat. Tubuhnya terhuyung ke depan dan belakang. Tapi tidak lantas jatuh, tangan kekar Jack bertengger pada pinggangnya."Ah … Ah! Tu-tuan .... Shh. To-to---tolong lepaskan aku! Aku bukan Wang!" Hien berkata , suaranya bercampur dengan desahan yang tak sanggup ditahannya. Berusaha melawan? Itu tak mungkin. Tangan kekar dan tenaga itu tidak mungkin bisa ia imbangi. Hien kelelahan. Kini lemas tanpa tenaga. Hanya bisa menangis dan terisak, diselingi desahan tak terkontrol ketika Jack dengan bejadnya melahapnya."Ohhh! Jalang! Kenapa kau sangat nikmat! Sshh!" umpat Jack, ditengah aktifitasnya mulutnya meracu.Hien pasrah. Membiarkan Jack memainkan segala pernik-pernik miliknya.Setelah melakukan hingga beberapa kali. Jack lelah. Ia pun tertidur . Begitu juga dengan Hien , yang sudah di rudapaksa.Hangatnya AC, membuat kantuk Jack terusik. Ia menggeliat, tapi matanya terbelalak, dan langsung membekap mulutnya sendiri.'Siapa? Siapa dia? Bukannya semalam aku main dengan .... Ah.' Otak Jack blank.Pikiran Jack kalut ketika melihat tubuh mulus di disampingnya. Memang keduanya tak lagi sempat memakai selimut.Dada Jack berdesir. Perempuan asing itu berbantalkan tangannya pula . Tapi beda orang. Sekilas saja Jack sudah bisa melihat perbedaan itu, perempuan ini berambut pirang, sementara Wang Yihan pekat. Lidah Jack kelu, untuk sekedar menelan ludah pun tak mampu dilakukannya. Padahal awalnya semalam itu nona Wang. Ia ingin memberi pelajaran dengan meniduri terlebih dahulu, sebelum akhirnya kemudian memberikan kejutan pada Jo---kakaknya Wang Yihan. Karena sudah mempererat adiknya, untuk menguras uangnya juga yang lainnya. Wang dijadikan umpan, untuk menekan persaingan mereka. Dalam bisnis barang haram dan obat bius. Parahnya lagi nona Wang Yihan menikmati itu.Jack mampu menelan ludah. Masih sangat dirasa, ia sendiri sangat bergairah dan menikmati permainan itu semalam, padahal kenyataannya salah orang.Kali ini Jack benar-benar bingung. Ia tak berani bergerak, takut bilamana perempuan itu histeris. Karena masih teringat olehnya, meski samar. Semalam Wang berontak, berarti perempuan inilah yang semalam berontak."Aku harus bagaimana?" gumam Jack, tanpa sadar suaranya menelisik masuk pendengaran perempuan yang masih terbuai mimpi buruknya.To be continued .... ✍️ JMChapter 07 Tersadar Namun Hien tak sanggup untuk menggerakkan tubuhnya. Ia benar-benar remuk . Dan ditambah lagi efek obat bius yang terlampau banyak, membuatnya kini kembali terbuai kantuk. Meskipun sekuat tenaga menampik rasa kantuk itu, Hien tak mampu. Jack masih terdiam seribu bahasa, bergerak pun tak sanggup dilakukannya. Ia benar-benar susah untuk berdiri, untuk sekedar menarik selimut menutupi tubuh bawahnya pun tak sanggup dilakukannya. Karena perempuan asing masih tidur di lengannya, dan mendengkur dengan begitu lembutnya , ia tak sanggup mengambil tindakan. 'Ini semua salah Paman Ming ,' batin Jack , ingin segera mencari keberadaan pria yang sangat dihormatinya itu, tapi apalah daya. Ia harus mengurungkan terlebih dahulu. Jack memutar otak. Ia memastikan bahwa perempuan ini bukanlah perempuan jalang. Bukan pelacur jalanan yang sengaja diambil oleh Paman Ming . Ia berpikir cerdas, pastilah Paman Ming yang salah mengambil orang, atau dirinya sedang dijebak?'Ini pasti Wang
Capter 08 Tetes terakhir.__Di tengah kesadaran yang bener belum benar-benar sempurna. Hien yang tadi tersadar dan langsung meneriaki sosok pria asing yang kini berdiri di ambang pintu, tapi belum juga terbuka. Jack yang mendengar itu tak bisa untuk tidak menoleh. Tidak ada waktu untuknya mengelak. Jack langsung berpikir cepat! Kemudian meregangkan leher. Bersamaan dengan itu, terdengar suara gemeretak seperti tulang patah. Setelah itu menoleh pada dinding tempat koleksinya, barulah ia berbalik pada sumber suara. Tampak Hien langsung mengisut, ia mundur. Tidak sanggup beradu pandang dengan mata elang itu. Hien kini bisa melihat Jack dengan mendekat. Desir pada dadanya tak bisa terkontrol. Pria in yang telah merenggut kesuciannya semalaman, hingga beberapa kali. Bahkan masih terasa sesuatu yang masuk tubuhnya. Tentang hangatnya benih yang ditaburkan pada rahimnya. Sontak Hien meraba perutnya. Tak selang berapa lama. Hien tersadar bahwa sepasang mata sipit yang tampak tega
Capter 09 Masih Perjaka -----Pintu kamar mandi itu terbuka. Jack justru terpaku. Wajah perempuan yang sudah dimuliakannya dengan sebutan nona, itu kini tampak begitu jelas. Hien berteriak, menatap Jack dengan penuh kebencian."Minggir!" ulang Hien. Memang ia sangat lama berdiam dalam kamar mandi. Ia membersihkan sisa cairan kental yang ditumpahkan Jack pada tubuhnya. Sebelum akhirnya ditanamkan pada rahimnya. Suara keras yang dipaksakan itu justru membuat Jack menggaruk tengkuk. Reaksi atas kegugupannya. Tapi itu cuma sekejap, ketika tubuh mungil itu mengisut ke samping. Jack kembali pada posisinya. Ia ingin berlama-lama dengan ini. "Anda dengar, Tuan?!" Hien tak punya aset untuk keluar, karena kedua tangan Jack menghalanginya, dengan merentang pada kedua sisi. Berpegangan pada kusen. Jack tersenyum datar. Ia tak lantas geming. Meskipun ini kali pertama ia dibentak perempuan, selain ibunya. "Mau apa lagi?!" selidik Hien, entahlah dewa apa yang datang menolongnya, sehingga
Capter 10 . Sebuah Tawaran Ketegangan tadi tiba-tiba saja berganti. Hien menarik tangannya dari genggaman Jack. Kemudian Jack langsung menimpali, setelah kembali berhasil mengengam tangan itu lagi, "Kamu tidak sedang salah dengar, Nona Hien. Aku pun tak salah bicara, sungguh! Apa Nona tidak percaya padaku?"Entah apa yang bermain di benak Hien, hingga meladeni omongan itu. Namun sekejap kemudian, Hien berontak, "Aku tidak percaya! Tuan pastilah mafia! Tuan penjahat!" Hien beralih sikap, ia kembali memukul Jack dengan beringasnya.Bukan hanya itu saja. Hien pun mendaratkan tendangan. Hingga Jack terjengang. "Nona! Hey! Nona! Hentikan!!" Jack cuma mengarahkan tangannya untuk melindungi wajahnya dari amukan Hien yang sudah berdiri. Dengan geramnya. Sampai-sampai lupa bila buah kates California miliknya bergelantungan bebas. "Bajingan! Orang jahat! Aku sudah mengatakan salah orang! Kenapa masih melakukan!" Hien terus nyerocos, meskipun sakit tangannya, tapi ia tidak peduli. "Sudah! Non
Capter 11 . Mencongkel Biji Mata.___Paman Ming langsung bertanya, "Bos Jack! Ada apa?!" Dengan gimik serius paman Ming menguping handphone. Bahkan sepasang mata sipitnya langsung mendongak, jelas dilihatnya Jack berdiri diatas sana. Dan memandang lepas ke arahnya berdiri sekarang."Antarkan perempuan itu! Dan pastikan dia selamat. Setelah itu , temui aku! Ajak serta para anak buahmu yang ikut dalam misi semalam!!" Atas kesalahannya Paman Ming pun menjawab terbata."Ba-Baik, Bos Jack!""Dan pastikan jangan ada yang berani menatap perempuan itu! Bila melanggar, aku akan mencongkel biji matanya satu persatu!!"Kembali Paman Ming menjawab dengan terbata, "Ba-Baik Bos Jack, aku akan pastikan itu!"Paman Ming sangat paham , Jack tidak hanya membual semata. Kemudian Paman Ming langsung memberikan kode pada anak buahnya. Yang dari semalam mondar-mandir di tempat ini, tanpa tidur barang sedikit pun.Kemudian Paman Ming pun langsung berseru, "Siapkan mobilnya!!" "Siap! Paman Ming!!"
Capter 12 . Letusan Pistol ****Pagi ini. Setelah semalam langsung memutuskan untuk meninggalkan Kota Zhenzhou. Kota di mana kejadian itu berlangsung. Tampak Jack Lee sudah berada di ruangan kebesarannya. Hujan salju masih terus berlangsung di seluruh kota Cina. Membuat orang lebih banyak berada di dalam rumah. Menikmati musim dingin bersama keluarga tercinta. Atau kekasih.Akan tetapi Jack justru masih termangu. Duduk dengan wajah kacau. Bahkan terlihat berulang kali menjambak rambut sendiri. Sembari mendesis dengan kata-kata penuh sesal. Kata sesal serupa. Yang entah berapa ratus kali keluar dari bibirnya.Ruangan itu begitu hening. Tidak ada gelas berkaki panjang menemaninya. Apalagi deretan botol Baijiu.Namun Jack Lee tidak sedang menyendiri di ruangan kebesarannya tersebut. Melainkan ada Paman Ming . Namun ada pemandangan berbeda untuk kali ini. Paman Ming sedang berlutut di hadapan Jack. Tampak paman Ming menunduk. Matanya berkaca-kaca. Urat besar pada kedua pelipis yang m
Capter 13 She-wolf (serigala betina)-----Spontan Paman Ming menjauhkan tubuh Jack. Ia menatap tajam, bahkan matanya yang sipit tampak jelas membulat. Namun, justru Jack tersenyum tipis melihat ekspresi Paman Ming."Jack! Aku berharap kamu sedang meracau!" Dengan santainya Jack menyadarkan paman Ming, "Aku .... Sungguh-sungguh, Paman." Mendengar ucapan Jack, paman Ming menjatuhkan tubuhnya pada kursi. Ia menyingkirkan ujung jasnya. Masih tak yakin dengan keputusan Jack. Sungguh sangat kejam. Tanpa balas budi.Kini posisi keduanya sudah berhadapan. Terpisahkan meja. "Jack! Apa kamu ingin menambah dosaku? Lalu akan berapa kali lipat setelah salah menculik!" Paman Ming tetap tidak mau melakukan itu. Paman Ming sadar dan kesalahan para anak buahnya bukanlah mutlak kesalahan mereka sendiri. Melainkan ada kecerobohannya juga. Hingga pada akhirnya berlanjut pada pemerkosaan yang dilakukan oleh Jack.Akan tetapi, Jack masih pada pendiriannya. Sembari memainkan kepulan asap dari lintin
Capter 14 Pernyataan Mengejutkan -------Seketika itu jantung Jack terasa mau copot. Maka disaat Jack grogi menghadapi ibunya, Paman Ming paling mengerti situasi ini.Paman Ming menyambar jawaban, "Nyonya. Jack bermain dengan serigalanya."Nyonya Xien tersenyum tipis, ia menatap tajam wajah paman Ming yang langsung menunduk. "Diam! Aku tidak memintamu bicara! Kalian---- sama saja!""Bu, tidak ada yang salah dari jawaban Paman Ming.Tentu saja aku tadi berada di kandang." Jack membenarkan."Oh ya?" Nyonya Xien tersenyum sinis. Ia masih memeriksa wajah anaknya, dan sekeliling tubuh putra tunggalnya itu, sangat teliti. Bahkan tubuh Jack diputar-putar olehnya."Iya. Ayolah, Bu. Jangan menggerayangi begitu," kata Jack, berusaha mencari kesempatan untuk menghindari ibunya."Sejak kapan serigala dariku melukaimu? Aku akan membutuh binatang itu dengan tanganku! Beserta para pawangnya. Mereka telah membuatnya lapar!" Nyonya Xien marah, seperti biasanya ia sangat melindungi Jack. Meskipun suda
Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien mena
Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien menat
Mobil hitam melaju kencang menembus malam. Di belakang mereka, vila Wang Zhen kini hanya tinggal bayangan, penuh dengan suara sirene dan jeritan. Jack Lee duduk di kursi belakang, menekan luka di bahunya yang terus mengeluarkan darah, tapi matanya tidak lepas dari Hien yang duduk di sampingnya, memeluk putra mereka dengan erat.Hien tidak berbicara sepatah kata pun sejak mereka masuk ke mobil. Wajahnya tegang, matanya penuh kebencian dan ketakutan. Jack tahu, baginya, dia bukan penyelamat—dia masih monster yang menghancurkan hidupnya.“Kita akan pergi ke tempat aman,” kata Jack pelan, mencoba menenangkan suasana.Hien tidak merespons. Dia hanya menatap lurus ke luar jendela, seakan berharap bisa melarikan diri kapan saja.Ming yang mengemudi melirik Jack melalui kaca spion. “Bos, kita punya masalah. Sepertinya ada yang mengikuti kita.”Jack mengangkat kepalanya. “Siapa?”“Dua mobil hitam. Mereka mulai mendekat.”Jack mengumpat pelan. Wang Zhen pasti tidak tinggal diam. Dia pasti sudah
Suara deru mesin mobil terdengar menggema di sepanjang jalanan sepi menuju vila Wang Zhen. Jack Lee duduk di kursi belakang, matanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi dingin. Di sisinya, Ming dan Zhou menunggu perintah."Begitu kita masuk, cari Hien dan anakku. Jangan biarkan mereka dibawa pergi," perintah Jack.Ming mengangguk. "Mengerti, Bos."Jack menghela napas pelan. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Hien. Jika saja ia tidak membuat kesalahan lima tahun lalu, mungkin semuanya akan berbeda. Tapi sekarang, dia tidak bisa lagi mundur.---Di Vila Wang ZhenHien berdiri di tepi ranjang, membenahi selimut putranya yang tertidur lelap. Dadanya terasa sesak melihat wajah kecil itu yang begitu mirip dengan Jack Lee.“Apa aku benar-benar harus pergi?” gumamnya dalam hati.Di luar, Wang Zhen tengah berbicara dengan seseorang di telepon. Ekspresinya serius."Pastikan pesawatnya siap dalam satu jam," katanya. "Aku tidak ingin ada kesalahan. Jack Lee bisa datang kapan saja."Setelah men
Jack Lee menatap langit-langit kamar yang asing baginya. Wajah Hien dan anak mereka terus berputar dalam pikirannya. Ia ingin melihat mereka, ingin memastikan mereka baik-baik saja. Namun, tubuhnya masih lemah, dan ibunya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja."Di mana mereka sekarang?" tanya Jack, suaranya parau karena kelelahan.Nyonya Xien menghela napas panjang, lalu menatap putranya dengan sorot tajam. "Mereka aman. Itu yang perlu kau tahu."Jack mengerutkan kening, lalu mencoba bangkit. "Ibu, aku harus menemui mereka. Aku harus bicara dengan Hien dan—""Untuk apa?" potong Nyonya Xien dengan nada dingin. "Untuk meminta maaf? Untuk memohon agar dia menerimamu kembali? Jack, kau pikir semudah itu?"Jack mengepalkan tangannya. "Aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku ingin memperbaikinya. Aku ingin bertanggung jawab atas anakku."Nyonya Xien tersenyum miring. "Terlambat, Nak. Dia membencimu. Dan sekarang, dia berada dalam perlindungan Wang Zhen."Mata Jack melebar. "Apa?""Iya
Jack Lee tak punya waktu untuk berpikir panjang. Ledakan di luar semakin mengguncang rumahnya, membuat kaca-kaca jendela pecah dan debu berterbangan di seluruh ruangan. Hien menjerit sambil memeluk erat anak mereka yang ketakutan.Jack menarik tangan Hien dengan kuat. “Ikut aku! Kita harus keluar dari sini sebelum tempat ini hancur!”Hien menolak. “Tidak! Aku tidak bisa ikut denganmu!”Jack menatapnya tajam. “Ini bukan tentang aku atau kamu. Ini tentang anak kita. Kau ingin dia mati di sini?”Hien menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. Ia membenci pria ini, tapi ia tak bisa membiarkan anaknya mati dalam baku tembak mafia.“Baik, tapi jangan sentuh aku,” ucap Hien dingin.Jack menghela napas dan menarik mereka keluar dari kamar.Di luar, Paman Ming sudah menunggu di lorong dengan beberapa anak buah yang tersisa. “Bos, mobil sudah siap. Tapi mereka mengepung dari dua sisi!”Jack menyumpah dalam hati. Wang Zhen benar-benar ingin menghabisinya malam ini.“Bawa mereka lewat jalur belakang
Jack Lee menatap langit malam dari balkon kamarnya. Kepulan asap rokok mengepul di udara, samar-samar tertiup angin. Pikirannya masih terpusat pada Hien—wanita yang selama lima tahun ini terus ia cari, dan kini berada dalam rumahnya, tetapi tetap terasa begitu jauh.Saat Jack sedang larut dalam pikirannya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Paman Ming muncul dari balik pintu, ekspresinya serius.“Bos, ada perkembangan mengenai musuh kita,” kata Paman Ming.Jack Lee menoleh dengan tatapan tajam. “Wang Zhen?”Paman Ming mengangguk. “Dia semakin aktif. Malam ini, dia terlihat di sebuah klub di distrik barat, melakukan pertemuan dengan salah satu pengedar besar.”Jack mengepalkan tangannya. Wang Zhen, kakak dari Wang Yihan, adalah duri dalam dagingnya. Pria itu telah mengambil alih sebagian wilayahnya dan kini semakin berani menunjukkan taringnya.Namun, sebelum Jack bisa memberikan perintah lebih lanjut, suara kecil memanggilnya dari ambang pintu.“Papa…”Jack menoleh dan melihat put
Hien duduk di tepi ranjang yang luas, tangannya erat memeluk putranya yang masih tertidur. Ia menatap sekeliling kamar yang begitu mewah, dengan dinding berlapis emas dan lampu kristal bergantung di langit-langit. Segalanya tampak sempurna, tetapi bagi Hien, tempat ini tak ubahnya sebuah penjara.Pintu terbuka, dan Jack Lee melangkah masuk. Tatapan tajamnya mengarah langsung pada Hien, tetapi kali ini ada kelelahan dalam matanya.“Kau sudah makan?” tanyanya datar.Hien mendengus sinis. “Kenapa peduli?”Jack mendekat, duduk di kursi di dekat ranjang. “Kau pikir aku menculik kalian hanya untuk menyiksamu?”“Kau sudah menghancurkan hidupku, Jack,” desis Hien. “Apa lagi yang kau inginkan?”Jack tidak langsung menjawab. Ia menghela napas dan bersandar, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. “Aku hanya ingin keluargaku kembali.”Hien terkekeh sinis. “Keluarga? Sejak kapan kau tahu arti kata itu?”Jack menunduk, jemarinya menggenggam kain celana hitamnya dengan erat. “Aku tahu aku tela
Malam itu, Hien berdiri di jendela apartemennya, memeluk tubuhnya sendiri sambil menatap langit kota yang kelam. Hatinya dipenuhi ketakutan. Setelah lima tahun bersembunyi, Jack Lee akhirnya menemukan mereka.Di tempat tidurnya, bocah kecil itu tidur dengan wajah damai, tidak tahu betapa keras dunia di sekitarnya sedang bertarung untuk dirinya.Aku harus melindunginya.Langkah kaki terdengar dari luar apartemen. Hien meraih pisau kecil yang selalu dia sembunyikan di bawah bantal.Ketukan pelan terdengar di pintu.“Hien, ini aku,” suara Wang Zemin.Hien menghela napas lega dan membuka pintu. Wang Zemin masuk dengan ekspresi tegang.“Kita harus pergi malam ini juga,” katanya tanpa basa-basi. “Jack tidak akan menunggu lama.”Hien menggigit bibirnya. “Aku tidak bisa membiarkan anakku tumbuh tanpa identitas. Aku tidak bisa terus bersembunyi seperti ini.”“Kau ingin menunggu sampai Jack menculik anak itu darimu?” Wang Zemin menatapnya tajam. “Dia akan melakukan apa saja.”Hien menunduk. Dia