⛔Chapter 06 Ranjang Bergoyang
________Jack tidak menghiraukan permintaan Hien. Baginya perempuan di depannya itu adalah nona Wang Yihan. Jadi wajar bila saat ini mendapatkan hukuman darinya. Selama ini ia sudah terlampau sabar. Bahkan membiarkan harga dirinya terinjak-injak. Ia rela demi seorang Wang Yihan."Ja-ja-jangan mendekat!" tekan Hien, kali ini ia memberanikan diri , bahkan sanggup menekan dada bidang di depannya. Agar tetap menjaga jarak.Plak!!Namun satu tamparan telak menyingkirkan tangan Hien."Auhkh!!" Hien merintih, sembari memegangi pergelangan tangannya yang terasa seperti patah. Sembari meringis ia melakukan gerakan sedemikian rupa, memastikan tak ada cidera dialaminya. Akibat tamparan telak tadi.Jack tidak peduli seberapa Hien memasang wajah ketakutan, atas sikapnya. Ia terus mendekati Hien , hingga tak berjarak. Otomatis membuat tubuh Hien tertahan pada tepi ranjang."Jangan ...." rintih Hien . Untuk yang sekian puluh kalinya. Ia mencondongkan tubuhnya ke belakang, tak mau wajahnya diterpa oleh nafas Jack yang berbau alkohol. Itu membuat perutnya kembali mual."Huek! Singkirkan mulutmu, Tuan!""Hahaha! Sok suci! Bukankah biasanya tubuhmu disiram Baijiu?!" ejek Jack. Tahu siapa nona Wang Yihan.Hien mengerucutkan bibirnya, "Sudah kukatakan! Tuan salah orang!"Jack mengulum senyum kecut, atas sikap sok suci perempuan di depannya. Tanpa ragu! Tanpa belas iba! Semenit kemudian, ia mendorong ujung pundak Hien, yang sudah condong ke belakang . Maka dengan mudahnya , tubuh ramping itu mendarat telak di atas ranjang empuk."To-to---tolong!" Hien berharap ada dewa datang menolongnya. Tapi, itu mustahil. Kegaduhan pada kamar kedap suara ini, tak memungkinkan dewa berhasil mengirim penolong."Jalang! Sudah melayani berapa bos tadi?!" olok Jack, tak ubahnya menganggap Hien sampah. Lalu merenggangkan kaki jenjang itu . Agar supaya memudahkannya memberikan pelajaran.Hien menggigil ketakutan, mundur . Ia tak mau pasrah begitu saja---- karena melihat Jack sudah membuka gesper. Lalu menarik resleting, membuat Hien tak sanggup menyaksikan apa yang dilakukan pria asing di depannya.Tarikan gesper itu membuat Hien kian tersedu. Jack melingkarkan pada sebelah tangannya.Insting Hien sudah menduga, keburukan menimpa dirinya. Ditambah lagi dengan santainya Jack membuka satu persatu kemeja putih yang dikenakan, lalu melempar ke sembarang arah . Hien memaksa mata sipitnya membeliak. Ia sedang menandai. Pandangannya tertuju pada tato naga yang berada di dada bidang Jack. Bukan pedang daging tanpa penutup."Kamu adalah sampah, yang harusnya bersyukur aku tiduri," olok Jack, di tengah tangannya terus menanggalkan satu persatu pakaian yang menutupi tubuh atletis ."Ucapkan terima kasih padaku, jalang," imbuh Jack, dengan nada begitu sinis , suaranya pun datar, dan sangat lirih.Hien menelan ludah dengan porsi dol. Tapi bukan karena melihat tubuh Jack yang sudah polos, dengan pedang daging teracung. Tanpa satu benang pun tersampir.Jack mengulum senyum menakutkan. Ia kembali mendekati tepi ranjang, setelah tadi mundur 3 langkah menanggalkan pakaian. Mata Hien tertuju pada tangan Jack yang masih memegang Gasper, setelah dilepaskannya tadi. Seakan itu akan mengambil nyawanya, bila tak kooperatif. Itu insting Hien. Atas situasi ini.Jack sudah di tepi ranjang, sementara Hien mundur , meringkuk di sudut dinding . Tak lagi sanggup melihat sosok pria asing di depannya, sudah dengan tatapan ingin menikmatinya , jakunnya terlihat naik turun. Bak melihat santapan lezat serupa hot dog. Dan ingin menyantap detik ini juga. Selagi panas.Hien memeluk erat tubuhnya. Dengan tangisan beranak sungai. Berusaha menyembunyikan auratnya. Tapi Jack langsung menarik satu kakinya, dengan paksa dan dengan kasarnya. Memaksa tubuh ramping Hien terseret hingga tepi ranjang."Cepat lakukan service terbaik, Wang! Seperti yang kamu lakukan pada mafia lainnya!" tekan Jack, kini posisinya sudah menjambak rambut Hien dengan begitu keras, hingga membuat Hien merintih."Sa-sakittt." Tampak urat leher Hien menonjol, menahan sakit pada kulit kepalanya. Jack semakin menjabatnya dengan begitu erat."Cepat berikan service terbaik!" bentak Jack, menekan wajah Hien pada area bawah pusarnya."Atau aku akan mengikatmu!" ancam Jack, membuat Hien berpikir sejuta kali. Kala mata elang Jack melirik pada tangan kirinya.Tak bisa dijabarkan betapa ketakutan Hien saat ini, ketika satu tangan Jack memutar-memutar tali Gasper, sehingga menimbulkan bunyi pada besi pengaitnya. Ini bukan sebuah ancaman semata.Dengan wajah sudah tanpa sekat, pada vitalitas pria didepannya, Hien memekik , seraya mendongak, "A-anda salah orang!" Berharap Mafia mabuk di depannya itu sadar.Jack tak peduli pekikan Hien. Meskipun mulai menangis. Bahkan sejati jadinya.Hien sadar dengan apa yang menimpa dirinya. Tapi pada akhirnya membuka mulutnya lebar-lebar, melakukan apa yang diinginkan oleh Jack. Padahal ini kali pertama melakukannya. Dibawah intimidasi, membuat Hien secara naluriah bisa memberikan yang terbaik. Ditengah tangis terus beranak sungai."Aku belum pernah melakukan ini," ucap Hien, setelah melepih yang ada digenggamnya. Tadi di cekalnya dengan erat.Terlalu naif bila Jack tak menikmati permainan mulut nona Wang Yihan, refleks matanya memejam , bahkan tanpa sadar mendesis. Meskipun rasa marahnya belum juga reda. Seruas jari pun.Jack yang tadi bokongnya maju mundur. Ketika Hien melakukan apa yang diminta, sebelum akhirnya berkata dengan polosnya. Membuat Jack memalingkan wajahnya sembari mendesis, "Saahh." Rasanya tak rela Hien melepaskan permainannya.Kemudian, "Cuhh!!" Ia kembali meludah. Jack muak dengan akting nona Wang. Lalu menyeka sudut bibirnya, sebelum akhirnya pandangannya kembali teralih pada tubuh polos didepannya. Tinggal menyisakan nilon hitam.Kemudian Jack menyeringai, tatapannya enggan lepas dari itu. Tertuju pada lembah Surgaloka yang disembunyikan dibalik nilon hitam. "Lepas! Atau aku yang melakukannya!" ancam Jack."Ja-ja-jang! Sudah aku katakan berapa puluh kali , Anda salah orang tua!"Hien sangat paham apa yang dimaksud oleh Jack. Ia tak mau melakukan ini. Sungguh ia bukanlah orang seperti itu."Hahaha! " Jack mendongak.Lalu menatap setiap inci tubuh Hien, "Kau yang salah orang! Selama ini kau menganggap ku remeh!" Kali ini Jack mencengkram kuat dagu Hien. Hingga tak berjarak.Hien memejam tak sanggup menatap mata elang di depannya.Kemudian Jack mendekatkan mulutnya pada cuping Hien yang memalingkan wajah, "Aku sungguh membencimu, Wang! Sekarang aku membencimu!!"'Wang Yihan ?' pikir Hien lagi."Aku bukan Wang Yihan! Tuan kamu mabuk! Aku bukan Wang Yihan!" Hien berusaha meyakinkan sembari berusaha melepaskan diri dari pria yang sudah terlihat sangat bernafsu itu.Namun Jack menarik kuat tubuh Hien yang berusaha mengisut, mundur.Jack memicingkan sebelah matanya, "Kau memang bukan Wang Yihan yang kukenal. Kau hanyalah Wang palsu. Dan ini aslimu Wang!"Lalu Jack mendorong tubuh Hien hingga terlentang."Buka! Atau akan merobeknya!" ancam Jack, Hien paham maksudnya.Disertai hujan salju turun di luar sana, Hien melakukan dengan sadar--- apa yang diminta oleh Jack."Wah ...." Jack berdecak. Matanya yang tajam menandai tiap titik sensitif.Hien cuma bisa pasrah, telentang tanpa perlawanan berarti. Menangis'! Itu yang dilakukannya, wajahnya berpaling kedua tangannya mencengkram erat alas ranjang.Jack mencondongkan tubuhnya, Ia terlihat mengendus, "Tubuhmu benar benar mulus ternyata. Hahaha .... Tapi setelah ini, apa kau masih bisa membuat tubuh mulus mu ini sebagai jebakan kaum pria lagi? Karena aku akan menghancurkan mu malam ini juga! Aku akan menikmati kamu secara berkelas, jalang!"Hien tersengal. Perutnya yang tipis terlihat naik turun. Ia sangat ketakutan, sampai gemetaran . Terus memalingkan wajahnya ketika Jack sudah merangkak ke atas tubuhnya."Apa salahnya menikmati kamu terlebih dahulu, sebelum aku memberikan tubuh telanjang mu pada anjing penjaga di luar sana. Aku punya hak, karena kau sudah banyak menghabiskan uang dan mempermainkan perasaanku ...!!"Bersamaan dengan itu, Hien hancur. Kesuciannya direnggut kasar oleh Jack yang sudah dibawah pengaruh minuman beralkohol. Ditambah lagi obat kuat, maka sangat lama Jack menodai Hien.Hien pasrah kala tubuhnya dinikmati, hanya bisa meringis menahan nyeri sembari mencengkeram erat alas ranjang, hingga tak beraturan."Tuan! Och .... Berhenti. Apa yang kau lakukan? Tolong lepaskan aku! Kau salah orang!" Ditengah tubuhnya naik turun, Hien tak henti menyadarkan pria yang terlihat sangat menikmatinya itu. Tapi Jack tak menggubris. Ia membalik tubuh tanpa pakaian itu ke bawah tubuhnya.Hien pasrah, ia tertelungkup. Sebelum akhirnya pinggangnya dicekal erat. Tubuhnya terhuyung ke depan dan belakang. Tapi tidak lantas jatuh, tangan kekar Jack bertengger pada pinggangnya."Ah … Ah! Tu-tuan .... Shh. To-to---tolong lepaskan aku! Aku bukan Wang!" Hien berkata , suaranya bercampur dengan desahan yang tak sanggup ditahannya. Berusaha melawan? Itu tak mungkin. Tangan kekar dan tenaga itu tidak mungkin bisa ia imbangi. Hien kelelahan. Kini lemas tanpa tenaga. Hanya bisa menangis dan terisak, diselingi desahan tak terkontrol ketika Jack dengan bejadnya melahapnya."Ohhh! Jalang! Kenapa kau sangat nikmat! Sshh!" umpat Jack, ditengah aktifitasnya mulutnya meracu.Hien pasrah. Membiarkan Jack memainkan segala pernik-pernik miliknya.Setelah melakukan hingga beberapa kali. Jack lelah. Ia pun tertidur . Begitu juga dengan Hien , yang sudah di rudapaksa.Hangatnya AC, membuat kantuk Jack terusik. Ia menggeliat, tapi matanya terbelalak, dan langsung membekap mulutnya sendiri.'Siapa? Siapa dia? Bukannya semalam aku main dengan .... Ah.' Otak Jack blank.Pikiran Jack kalut ketika melihat tubuh mulus di disampingnya. Memang keduanya tak lagi sempat memakai selimut.Dada Jack berdesir. Perempuan asing itu berbantalkan tangannya pula . Tapi beda orang. Sekilas saja Jack sudah bisa melihat perbedaan itu, perempuan ini berambut pirang, sementara Wang Yihan pekat. Lidah Jack kelu, untuk sekedar menelan ludah pun tak mampu dilakukannya. Padahal awalnya semalam itu nona Wang. Ia ingin memberi pelajaran dengan meniduri terlebih dahulu, sebelum akhirnya kemudian memberikan kejutan pada Jo---kakaknya Wang Yihan. Karena sudah mempererat adiknya, untuk menguras uangnya juga yang lainnya. Wang dijadikan umpan, untuk menekan persaingan mereka. Dalam bisnis barang haram dan obat bius. Parahnya lagi nona Wang Yihan menikmati itu.Jack mampu menelan ludah. Masih sangat dirasa, ia sendiri sangat bergairah dan menikmati permainan itu semalam, padahal kenyataannya salah orang.Kali ini Jack benar-benar bingung. Ia tak berani bergerak, takut bilamana perempuan itu histeris. Karena masih teringat olehnya, meski samar. Semalam Wang berontak, berarti perempuan inilah yang semalam berontak."Aku harus bagaimana?" gumam Jack, tanpa sadar suaranya menelisik masuk pendengaran perempuan yang masih terbuai mimpi buruknya.To be continued .... ✍️ JMChapter 07 Tersadar Namun Hien tak sanggup untuk menggerakkan tubuhnya. Ia benar-benar remuk . Dan ditambah lagi efek obat bius yang terlampau banyak, membuatnya kini kembali terbuai kantuk. Meskipun sekuat tenaga menampik rasa kantuk itu, Hien tak mampu. Jack masih terdiam seribu bahasa, bergerak pun tak sanggup dilakukannya. Ia benar-benar susah untuk berdiri, untuk sekedar menarik selimut menutupi tubuh bawahnya pun tak sanggup dilakukannya. Karena perempuan asing masih tidur di lengannya, dan mendengkur dengan begitu lembutnya , ia tak sanggup mengambil tindakan. 'Ini semua salah Paman Ming ,' batin Jack , ingin segera mencari keberadaan pria yang sangat dihormatinya itu, tapi apalah daya. Ia harus mengurungkan terlebih dahulu. Jack memutar otak. Ia memastikan bahwa perempuan ini bukanlah perempuan jalang. Bukan pelacur jalanan yang sengaja diambil oleh Paman Ming . Ia berpikir cerdas, pastilah Paman Ming yang salah mengambil orang, atau dirinya sedang dijebak?'Ini pasti Wang
Capter 08 Tetes terakhir.__Di tengah kesadaran yang bener belum benar-benar sempurna. Hien yang tadi tersadar dan langsung meneriaki sosok pria asing yang kini berdiri di ambang pintu, tapi belum juga terbuka. Jack yang mendengar itu tak bisa untuk tidak menoleh. Tidak ada waktu untuknya mengelak. Jack langsung berpikir cepat! Kemudian meregangkan leher. Bersamaan dengan itu, terdengar suara gemeretak seperti tulang patah. Setelah itu menoleh pada dinding tempat koleksinya, barulah ia berbalik pada sumber suara. Tampak Hien langsung mengisut, ia mundur. Tidak sanggup beradu pandang dengan mata elang itu. Hien kini bisa melihat Jack dengan mendekat. Desir pada dadanya tak bisa terkontrol. Pria in yang telah merenggut kesuciannya semalaman, hingga beberapa kali. Bahkan masih terasa sesuatu yang masuk tubuhnya. Tentang hangatnya benih yang ditaburkan pada rahimnya. Sontak Hien meraba perutnya. Tak selang berapa lama. Hien tersadar bahwa sepasang mata sipit yang tampak tega
Capter 09 Masih Perjaka -----Pintu kamar mandi itu terbuka. Jack justru terpaku. Wajah perempuan yang sudah dimuliakannya dengan sebutan nona, itu kini tampak begitu jelas. Hien berteriak, menatap Jack dengan penuh kebencian."Minggir!" ulang Hien. Memang ia sangat lama berdiam dalam kamar mandi. Ia membersihkan sisa cairan kental yang ditumpahkan Jack pada tubuhnya. Sebelum akhirnya ditanamkan pada rahimnya. Suara keras yang dipaksakan itu justru membuat Jack menggaruk tengkuk. Reaksi atas kegugupannya. Tapi itu cuma sekejap, ketika tubuh mungil itu mengisut ke samping. Jack kembali pada posisinya. Ia ingin berlama-lama dengan ini. "Anda dengar, Tuan?!" Hien tak punya aset untuk keluar, karena kedua tangan Jack menghalanginya, dengan merentang pada kedua sisi. Berpegangan pada kusen. Jack tersenyum datar. Ia tak lantas geming. Meskipun ini kali pertama ia dibentak perempuan, selain ibunya. "Mau apa lagi?!" selidik Hien, entahlah dewa apa yang datang menolongnya, sehingga
Capter 10 . Sebuah Tawaran Ketegangan tadi tiba-tiba saja berganti. Hien menarik tangannya dari genggaman Jack. Kemudian Jack langsung menimpali, setelah kembali berhasil mengengam tangan itu lagi, "Kamu tidak sedang salah dengar, Nona Hien. Aku pun tak salah bicara, sungguh! Apa Nona tidak percaya padaku?"Entah apa yang bermain di benak Hien, hingga meladeni omongan itu. Namun sekejap kemudian, Hien berontak, "Aku tidak percaya! Tuan pastilah mafia! Tuan penjahat!" Hien beralih sikap, ia kembali memukul Jack dengan beringasnya.Bukan hanya itu saja. Hien pun mendaratkan tendangan. Hingga Jack terjengang. "Nona! Hey! Nona! Hentikan!!" Jack cuma mengarahkan tangannya untuk melindungi wajahnya dari amukan Hien yang sudah berdiri. Dengan geramnya. Sampai-sampai lupa bila buah kates California miliknya bergelantungan bebas. "Bajingan! Orang jahat! Aku sudah mengatakan salah orang! Kenapa masih melakukan!" Hien terus nyerocos, meskipun sakit tangannya, tapi ia tidak peduli. "Sudah! Non
Capter 11 . Mencongkel Biji Mata.___Paman Ming langsung bertanya, "Bos Jack! Ada apa?!" Dengan gimik serius paman Ming menguping handphone. Bahkan sepasang mata sipitnya langsung mendongak, jelas dilihatnya Jack berdiri diatas sana. Dan memandang lepas ke arahnya berdiri sekarang."Antarkan perempuan itu! Dan pastikan dia selamat. Setelah itu , temui aku! Ajak serta para anak buahmu yang ikut dalam misi semalam!!" Atas kesalahannya Paman Ming pun menjawab terbata."Ba-Baik, Bos Jack!""Dan pastikan jangan ada yang berani menatap perempuan itu! Bila melanggar, aku akan mencongkel biji matanya satu persatu!!"Kembali Paman Ming menjawab dengan terbata, "Ba-Baik Bos Jack, aku akan pastikan itu!"Paman Ming sangat paham , Jack tidak hanya membual semata. Kemudian Paman Ming langsung memberikan kode pada anak buahnya. Yang dari semalam mondar-mandir di tempat ini, tanpa tidur barang sedikit pun.Kemudian Paman Ming pun langsung berseru, "Siapkan mobilnya!!" "Siap! Paman Ming!!"
Capter 12 . Letusan Pistol ****Pagi ini. Setelah semalam langsung memutuskan untuk meninggalkan Kota Zhenzhou. Kota di mana kejadian itu berlangsung. Tampak Jack Lee sudah berada di ruangan kebesarannya. Hujan salju masih terus berlangsung di seluruh kota Cina. Membuat orang lebih banyak berada di dalam rumah. Menikmati musim dingin bersama keluarga tercinta. Atau kekasih.Akan tetapi Jack justru masih termangu. Duduk dengan wajah kacau. Bahkan terlihat berulang kali menjambak rambut sendiri. Sembari mendesis dengan kata-kata penuh sesal. Kata sesal serupa. Yang entah berapa ratus kali keluar dari bibirnya.Ruangan itu begitu hening. Tidak ada gelas berkaki panjang menemaninya. Apalagi deretan botol Baijiu.Namun Jack Lee tidak sedang menyendiri di ruangan kebesarannya tersebut. Melainkan ada Paman Ming . Namun ada pemandangan berbeda untuk kali ini. Paman Ming sedang berlutut di hadapan Jack. Tampak paman Ming menunduk. Matanya berkaca-kaca. Urat besar pada kedua pelipis yang m
Capter 13 She-wolf (serigala betina)-----Spontan Paman Ming menjauhkan tubuh Jack. Ia menatap tajam, bahkan matanya yang sipit tampak jelas membulat. Namun, justru Jack tersenyum tipis melihat ekspresi Paman Ming."Jack! Aku berharap kamu sedang meracau!" Dengan santainya Jack menyadarkan paman Ming, "Aku .... Sungguh-sungguh, Paman." Mendengar ucapan Jack, paman Ming menjatuhkan tubuhnya pada kursi. Ia menyingkirkan ujung jasnya. Masih tak yakin dengan keputusan Jack. Sungguh sangat kejam. Tanpa balas budi.Kini posisi keduanya sudah berhadapan. Terpisahkan meja. "Jack! Apa kamu ingin menambah dosaku? Lalu akan berapa kali lipat setelah salah menculik!" Paman Ming tetap tidak mau melakukan itu. Paman Ming sadar dan kesalahan para anak buahnya bukanlah mutlak kesalahan mereka sendiri. Melainkan ada kecerobohannya juga. Hingga pada akhirnya berlanjut pada pemerkosaan yang dilakukan oleh Jack.Akan tetapi, Jack masih pada pendiriannya. Sembari memainkan kepulan asap dari lintin
Capter 14 Pernyataan Mengejutkan -------Seketika itu jantung Jack terasa mau copot. Maka disaat Jack grogi menghadapi ibunya, Paman Ming paling mengerti situasi ini.Paman Ming menyambar jawaban, "Nyonya. Jack bermain dengan serigalanya."Nyonya Xien tersenyum tipis, ia menatap tajam wajah paman Ming yang langsung menunduk. "Diam! Aku tidak memintamu bicara! Kalian---- sama saja!""Bu, tidak ada yang salah dari jawaban Paman Ming.Tentu saja aku tadi berada di kandang." Jack membenarkan."Oh ya?" Nyonya Xien tersenyum sinis. Ia masih memeriksa wajah anaknya, dan sekeliling tubuh putra tunggalnya itu, sangat teliti. Bahkan tubuh Jack diputar-putar olehnya."Iya. Ayolah, Bu. Jangan menggerayangi begitu," kata Jack, berusaha mencari kesempatan untuk menghindari ibunya."Sejak kapan serigala dariku melukaimu? Aku akan membutuh binatang itu dengan tanganku! Beserta para pawangnya. Mereka telah membuatnya lapar!" Nyonya Xien marah, seperti biasanya ia sangat melindungi Jack. Meskipun suda
Chapter 29 Meninggalkan Istana Singa Betina ____Nyonya Xien terlihat terkejut dengan pertanyaan dari Hien Chan. Dia menghampiri foto yang dilihat oleh Hien Chan dan mengelusnya dengan lembut. "Ya, dia adalah suamiku. Dia sudah tiada. Maka nama Lee tak ada yang mewarisi," jawab Nyonya Xien dengan suara sedih. Hien Chan dapat merasakan kesedihan yang mendalam dari wanita tua di depannya. Tampak Hien Chan menggembungkan pipinya, otaknya sudah mengarah pada Jack Lee, pemilik nama yang menodainya. Bahkan hangatnya susu masih seolah membekas kala mengalir lamban di dinding rahimnya. Mata nyonya Xien memerah, lalu mengisut untuk mengambil tissue, disana perempuan itu dengan lekas mengambil obat tetes mata, "Apa mata Anda bermasalah?" tanya Hien Chan."Iya. Mataku bermasalah semenjak menangisi kepergiannya." Nyonya Xien membenarkan dengan isak tersulut.Tentu saja membuat Hien Chan merasa berdosa, lalu meminta maaf karena telah mengorek luka kering. Kemudian dengan lekas mengucapkan bela
Chapter 28 Akting Apik/ kecurigaan ___Hien Chan menajamkan pendengarannya, "Dasar keponakan tidak tahu diri!!" "Bu---" Jack yang mendengar ibunya ngelantur pun menyela, "Bu! Jangan bilang mabuk lagi?!" tebaknya, belum sadar dengan akting ibunya.Nyonya Xien tak peduli, justru nyerocos dengan geramnya, disertai tangis, "Aku sudah mempercayakan semuanya padanya! Aku akan menarik wasiatku!!""Bu. Apa-apaan??"Nyonya Xien mendesis, "Ibu berakting, tolol. Diam Jack." Setelah itu kembali mengumbar kesedihan dan kekecewaan. "Semenjak kecil kamu ku asuh. Ini balasamu?! Ya Tuhan, kirimkan satu saja orang yang tulus untukku!!""Oke. Oke." Setelah itu Jack diam. Sontak membuat Hien Chan merasakan sebuah rasa takut dan tidak percaya diri saat mendengar suara keras dari Nyonya Xien. Beliau mengulangi dan membuatnya menjadi lebih sedih. Padahal kesedihannya sendiri masih belum beranjak, mendengar suara keras dari perempuan yang meneduhkan tadi membuatnya gemetaran. Ditambah lagi pemilik ruma
Capter 27. High heels di atas granit._____"Tidak mungkin!" Hien Chan mengulangi . Kini sudah menangis. Hien Chan sedih dan kebingungan. Dia merasa seperti berada di lorong yang kelam dan buntu. Tidak tahu harus berbuat apa untuk bisa keluar dari rumah ini. 'Bagamana? Apakah aku pasrah akan kembali menjadi korban penculikan?' Hien Chan menanyai batinnya. Apakah dia harus tetap bersembunyi di tempat ini? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya, membuatnya semakin gelisah. Bersama dengan kesedihannya yang sudah beranak pilu.Hien Chan masih terduduk di bawah jendela kaca ini, seraya mencengkram erat gorden satin. Kemudian dengan tubuh lunglai kembali berusaha untuk berdiri dan melihat kembali ke arah klenteng. Namun tak lagi tampak pria-pria itu di sana. Hal itu justru membuatnya semakin panik luar biasa."Jangan-jangan??!" Hien Chan langsung mengucek matanya, menatap tajam ke arah luar jendela kaca. Dia kembali memastikan bahwasanya tak ditinggal di rumah ini sendiria
Capter 26. Ketika menerima kenyataan.____"Ke-kenapa? Ah, maksudku--" Nyonya Xien mengalihkan pandangannya, perempuan itu teringat bahwasanya tadi keceplosan. Terlanjur mengaku bahwa rumah ini sepi . Dan hanya dirinya seorang. Namun. Dengan tiba-tiba, perasaan grogi dan canggung muncul pada Hien Chan. Ia merasa tidak sopan telah menanyakan hal yang seharusnya sudah dipahami olehnya.'Ah. Jangan-jangan putra nyonya ini sudah meninggal dunia. Ya Tuhan, aku telah membuatnya sedih.' Hien Chan langsung membatin.Namun Nyonya Xien hanya tersenyum kecut, mencoba memainkan ekspresi dan berakting sebaik mungkin. Dia bisa merasakan kesedihan atas rasa ketidaksopanan Hien Chan. Kemudian Nyonya Xien pun segera menjawab, "Ya, aku memiliki seorang putra. Tapi sayangnya dia sudah meninggal dunia."'Ya Tuhan. Jangan sampai putraku menyusul Michael Lee. Jack harus memberiku cucu. Pewaris kekuasaan ku kelak.' Di sela menjawab tadi , Nyonya Xien berbicara dalam hatinya. Dia meralat kebohongannya
Capter 25. Mendadak ngereplay.____Tanpa disadari oleh Nyonya Xien bahwa pertanyaan itu tadi membuat kembalinya traumatis akibat pemerkosaan yang dilakukan oleh putranya itu. Rasa traumanya mendadak muncul. Padahal susah payah Hien Chan mencoba tak mengingatnya di sini. Tak bisa dipungkiri olehnya tadi sangat senang, ada orang kaya yang masih berbaik hati padannya. Namun sayangnya. Tanpa lagi mampu Hien Chan untuk menahan. Sekarang otaknya otomatis ngereplay, semua kejadian yang dilakukan oleh Jack . Padahal seharusnya hal itu akan dilakukannya secara sakral , setelah hubungan cintanya resmi di depan para dewa. Menjadi pasangan suami istri dengan sang tunangan. Mirisnya, nasibnya masih saja selalu sial! Kini ekspresi Hien Chan mendadak berubah, atas pertanyaan tadi. Binar pada manik hazel yang tadi terlihat jauh lebih bahagia, kini kembali murung. Lapisan jernih pun nampak siap menggelinding pada sudut mata Hien Chan."Apa aku menyakiti hatimu dengan pertanyaanku?? "Hien Chan menggel
Capter 24 Mendadak ambyar_____Sangking terkejutnya Hien Chan langsung mengucek matanya . Ketika melihat pemilik rumah ini. Dia adalah Nyonya Xien, yang sudah dengan dandanan seperti Nyonya rumah biasanya. Stylish-nya sangat jauh berbeda, tapi tak lantas membuatnya terlihat seperti perempuan biasa."Nyonya----" Bibi Hio beserta para asisten lainnya langsung menoleh. Lalu serempak membungkukkan badan. Tapi--- mereka tak melanjutkan ucapan, karena teringat akan perkataan Nyonya rumah ini, sebelum Hien Chan sadarkan diri.Memang. Nyonya Xien--- sudah memberitahukan pada Bibi Hio, untuk tak berlaku hormat seperti biasanya, jika Nona Hien Chan sudah sadarkan diri. Dan asisten rumah tangga itu pun paham. Mereka sudah ditrining. Tapi tetap saja terlihat kaku. Dan itupun dilihat oleh Hien Chan.Saat melihat gadis malang itu kebingungan. Nyonya Xien pun langsung memerintahkan para asisten rumah tangganya untuk mempersiapkan makanan."Ta-tapi . Nona ini belum memesan makanan pada k
Capter 23. Ini bukanlah mimpi._____"Huff---" Nyonya Xien bernapas lega. Ketika tidak ada sosok yang dinanti olehnya keluar. Rupanya itu hanya kekhawatirannya yang berlebihan saja. Hingga hendle itu seperti dimainkan. Namun, kembali Nyonya Xien tersentak ketika daun pintu itu sedikit terbuka. Tapi tak berapa lama justru membuat Nyonya Xien mendesis, "Huufff. Sialan." Meong! Meong! Meong! 'Ada-ada saja,' batin Nyonya Xien yang terlihat grogi. Meskipun sudah mempersiapkan diri sematang mungkin. Untuk akting yang natural. Kemudian Nyonya Xien pun menyambut kedatangan kucing jenis anggora kesayangannya."Diam." Nyonya Xien membisik pada kucing, lalu buru-buru meninggalkan area itu, karena takut Nona Hien Chan terganggu oleh suara kucing miliknya yang terus mengeong seakan ingin mempertanyakan, siapa gerangan yang berada di dalam kamar itu , karena masih asing untuknya.Sementara itu di dalam kamar yang hangat tersebut.Hien Chan masih meringkuk dibawah selimut tebal yang
Capter 22Saat Itu ______Nona Hien Chan terkulai dan terus meracau, dengan kata-kata serupa. Membuat beberapa kali anak buah Paman Ming harus menoleh ke belakang. Meskipun tadi sudah diancam oleh Paman Ming , agar tidak memperhatikan, atau mata mereka akan dicongkel . Namun , racau yang keluar dari mulut Hien Chan membuat mereka khawatir , bilamana perempuan cantik itu akan sadarkan dan, lalu berontak.Namun kekhawatiran anak buah Paman Ming tidak terjadi . Karena hingga mobil memasuki gerbang , perempuan cantik itu tak kunjung terlihat sadarkan diri. Masih dengan tubuh menggigil dan meracau. Akibat kesedihan yang sangat mendalam. Atas kehilangan semuanya, mendadak."Aku tidak membohongimu.""Pao. Aku tidak seperti yang kamu pikirkan.""Jack. Kamu telah menghancurkan hidupku." ****Setelah kejadian naas itu. Nona Hien Chan memutuskan untuk kembali ke pemukiman kumuh itu. Ada satu rumah yang dituju olehnya. Memang Nona Hien Chan benar-benar berada di pemukiman kumuh ini.
Capter 21. Target Dalam Kamar _____Paman Ming memilih menunggu di samping pintu dan sesekali melongokkan kepalanya, mengamati sekitarnya . Meskipun tidak mungkin ada orang yang berani keluar, mengingat cuaca sangat ekstrem . Jika tak biasa, bisa saja muntah darah. Tapi Paman Ming tetap berjaga-jaga.Namun, beberapa saat kemudian, 'Siapa yang keluar di tengah badai seperti ini??' Paman Ming bicara sendiri , tapi hanya dalam batin. Benar saja , setelah Paman Ming membulatkan matanya , mencoba menelaah apa yang dilihatnya . Benar! Ada orang yang berani keluar dari dalam rumah. Namun Paman Ming terdiam. Dan memilih menutup daun pintu, ketika seseorang dibalik mantel itu sebentar akan melintasi tempatnya berdiri. Dengan sangat hati-hati Paman Ming menutup daun pintu.Kemudian Paman Ming buru-buru menyusul para anak buahnya yang masuk ke dalam kamar .Sesampainya, Paman Ming mengarahkan satu jarinya. Saat para anak buahnya langsung menoleh, "Hussszzzt ...." Agar tak ada keributan yang dit