Capter 15. Dalang di balik salah target.-----Bukan hanya Jack yang benar-benar gemetaran atas jawaban Paman Ming. Sungguh Jack belum sempat bertanya Setelah malam kejadian itu meminta Paman Ming untuk membawa Nona Hien Chan keluar dari villa miliknya. Saat ini kedua tangan Jack langsung mengepal. Ia sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Paman Ming. Padahal dirinya sudah meminta Paman Ming untuk mengawal dan tidak menyakiti perempuan yang telah dinodai itu. Seketika itu juga wajah Jack memerah. Kesal bercampur aduk menjadi satu dalam benaknya. "Tolong luruskan ucapanmu paman Ming!!" Bicara dengan suara membentak, rahangnya mengeras . Ia menatap tajam pria yang sangat dihormatinya itu."Kejam sekali kamu Paman Ming!!" Nyonya Xien ikut angkat bicara.Tapi sebisanya Nyonya Xien tidak membocorkan rahasia ini. Setelah angkat bicara, Nyonya Xien berjalan mendekati dinding. Yaitu tempat pistol berjajar. Melihat itu. Paman Ming tidak mau mati konyol. Ia ingin mati terhormat. Atas p
Capter 16. Menguak Keterlibatan Nyonya Xien_____Jack langsung bersandar pada dinding. Tidak menyangka dengan jawaban paman Ming. Sungguh Jack merasa bawa telah teledor karena belum mempertanyakan hal ini pada pria itu. Sebenarnya agenda dari pertemuan tadi. Adalah untuk membahas hal itu. Tapi belum sampai pada poinnya , justru sudah kedatangan nyonya Xien. Jack menjambak rambutnya. "Ahhkk .... Sial!" Lalu meninju kosong. Melampiaskan sesal. Tak berujung .Kemudian meninju dinding. Bugk!! Bersamaan dengan suara tulang terbentur. Jack merintih."Auhkh .... Sial!!" umpatnya, seraya meringis menahan sakit .Jack mengibaskan tangannya, berharap rasa sakit yang tak sebanding dengan perbuatannya itu sirna. Entah kenapa tiba-tiba saja dia rapuh. Sungguh saat ini Jack merasa orang yang paling terkutuk. Laya mendapatkan murkanya para Dewa! Lepas di balik ini semua, ibunya adalah dalang. Dari skenario yang telah disusun ini."Apa yang ibu inginkan?!" geram Jack. Kembali terlintas, dimana per
Capter 17. Saat menyamar menjadi bartender.------"Singkirkan asap itu dari wajahku!! Untuk saat ini aku butuh kokain ! Ganja membuat kepalaku pusing!!""Hahaha! Kamu sungguh benar-benar sedang kacau," cibir nyonya Xien. Kemudian mundur menjauhi Sang putra. Kemudian kembali mengambil satu linting ganja , dan menyalakannya, lalu dihisap dua batang sekaligus. Tentu saja asapnya semakin mengepul , dan membuat kepala jatuh serasa semakin pecah."Ibu sudah paham itu !Dan jangan membuatku semakin kacau!" Jack mendekati meja. Kemudian mengambil dua linting ganja yang menyala di sela bibir ibunya. Sungguh masalah ini membuat kepala Jack benar-benar akan pecah.Jack mematikan dua linting ganja itu dengan kasar di atas asbak. Tanpa mengalihkan pandangannya yang tajam, mengintimidasi perempuan di depannya.Akan tetapi Nyonya Xien kembali mengambil dua linting ganja, dan menyalakannya sekaligus, lalu kembali menghisapnya , membuat Jack mundur. "Sudah kukatakan asap itu membuat kepalaku
Capter 18. Rahasia yang tersimpan!Nyonya Xien langsung terduduk . Wajah kakunya tadi benar-benar berubah drastis! Sementara lintingan ganja tadi langsung ditekan pada asbak. Tepat pada sedotan terakhir . Dengan sangat kasar dimatikannya! Mewakili perasaannya. Ada amarah yang selama ini coba diredam. Bukan waktu sebentar. Tapi kurun waktu sangat lama! Ya. Lebih tepatnya semenjak Jack Lee masih kecil. Melewati itu bukanlah hal mudah.Manik cokelat Nyonya Xien mengalihkan pandangan. Tak ingin sang putra menemukan sebuah kesedihan. Semua itu, sudah lenyap! Seiring suara sirene di ruang krematorium membekukan hatinya. Berbarengan dengan sirene yang mematangkan jasad sang cinta sejati. Amarahnya telah mengabu. Hancur bersama raga yang kembali suci. Hingga membuatnya tak ingin lagi menabuh genderang perang! Setelah Michael Lee---suaminya tewas! Bersimbah darah di depan mata kepalanya. Membuatnya menjanda, hingga rambutnya benar-benar putih dengan sempurna.Saat itu. Terjadi baku temba
Capter 19. Tidak menepati janji ___Ketika gagang samurai milik almarhum suaminya berpindah pada tangan Sang putra. Justru Nyonya Xien tertunduk. Bersamaan dengan itu, tubuhnya terguncang . Karena tangisnya meninggi. Sangking terguncangnya tubuh Nyonya Xien, sarung samurai itu terlepas dari sebelah tangannya.Jack langsung memungutnya . Setelah itu meletakkan pada dada. Jack memberikan penghormatan pada samurai almarhum ayahnya. Yang masih telanjang.Kemudian. Jack mundur. Lalu berjalan pada sudut ruangan itu. Sejenak Jack terdiam, berdiri di depan foto almarhum Michael Lee. Untuk memberikan penghormatan pada ayahandanya, dengan samurai telanjang tadi dicekal erat. Setelah beberapa saat menunduk. Mengheningkan cipta. Jack memasukkan samurai telanjang tadi pada sarungnya. Jack siap untuk melakukan kewajibannya, sebagai seorang putra dari Michael Lee.Zring!Setelah itu barulah Jack menoleh pada sang ibu , yang masih menangis dengan tubuh terguncang hebat.Kamudian , Jack mendekati pe
Capter 20 kamar yang tak boleh dimasuki._____"Tidak! " Paman Ming menjawab singkat. Membuat Jack terkejut.Besar harapan Jack mendapatkan kabar baik, atas keberadaan Nona Hien Chan. Namun suara Paman Ming terhenti, membuatnya semakin panik. Ini adalah pertanda buruk. Ditambah lagi telinganya terus berkedut dan terasa sangat panas. "Bagaimana maksudmu, Paman Ming?!" tanya Jack, dengan suara sangat keras. Jack berada dalam posisi kalut.Kemudian Jack menjauh dari foto almarhum Michael Lee . Jack menuju ke arah jendela kaca. Dengan samurai masih dicekal. Tatapannya sekarang nanar. Badai salju masih belum juga mereda. Bahkan sekarang jarak pandang benar-benar sangat minim.Jack mengeraskan rahang, menunggu jawaban Paman Ming. "Jelaskan, Paman!!"Suara Jack yang kembali bertanya dengan nada keras , membuat Paman Ming sedikit menepi ke pinggiran sebuah rumah. Dengan handphone terangkat. Untuk tetap menjaga sinyal agar pembicaraan itu tak terputus. Tadi Paman Ming berdiri di tengah
Capter 21. Target Dalam Kamar _____Paman Ming memilih menunggu di samping pintu dan sesekali melongokkan kepalanya, mengamati sekitarnya . Meskipun tidak mungkin ada orang yang berani keluar, mengingat cuaca sangat ekstrem . Jika tak biasa, bisa saja muntah darah. Tapi Paman Ming tetap berjaga-jaga.Namun, beberapa saat kemudian, 'Siapa yang keluar di tengah badai seperti ini??' Paman Ming bicara sendiri , tapi hanya dalam batin. Benar saja , setelah Paman Ming membulatkan matanya , mencoba menelaah apa yang dilihatnya . Benar! Ada orang yang berani keluar dari dalam rumah. Namun Paman Ming terdiam. Dan memilih menutup daun pintu, ketika seseorang dibalik mantel itu sebentar akan melintasi tempatnya berdiri. Dengan sangat hati-hati Paman Ming menutup daun pintu.Kemudian Paman Ming buru-buru menyusul para anak buahnya yang masuk ke dalam kamar .Sesampainya, Paman Ming mengarahkan satu jarinya. Saat para anak buahnya langsung menoleh, "Hussszzzt ...." Agar tak ada keributan yang dit
Capter 22Saat Itu ______Nona Hien Chan terkulai dan terus meracau, dengan kata-kata serupa. Membuat beberapa kali anak buah Paman Ming harus menoleh ke belakang. Meskipun tadi sudah diancam oleh Paman Ming , agar tidak memperhatikan, atau mata mereka akan dicongkel . Namun , racau yang keluar dari mulut Hien Chan membuat mereka khawatir , bilamana perempuan cantik itu akan sadarkan dan, lalu berontak.Namun kekhawatiran anak buah Paman Ming tidak terjadi . Karena hingga mobil memasuki gerbang , perempuan cantik itu tak kunjung terlihat sadarkan diri. Masih dengan tubuh menggigil dan meracau. Akibat kesedihan yang sangat mendalam. Atas kehilangan semuanya, mendadak."Aku tidak membohongimu.""Pao. Aku tidak seperti yang kamu pikirkan.""Jack. Kamu telah menghancurkan hidupku." ****Setelah kejadian naas itu. Nona Hien Chan memutuskan untuk kembali ke pemukiman kumuh itu. Ada satu rumah yang dituju olehnya. Memang Nona Hien Chan benar-benar berada di pemukiman kumuh ini.
Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien mena
Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien menat
Mobil hitam melaju kencang menembus malam. Di belakang mereka, vila Wang Zhen kini hanya tinggal bayangan, penuh dengan suara sirene dan jeritan. Jack Lee duduk di kursi belakang, menekan luka di bahunya yang terus mengeluarkan darah, tapi matanya tidak lepas dari Hien yang duduk di sampingnya, memeluk putra mereka dengan erat.Hien tidak berbicara sepatah kata pun sejak mereka masuk ke mobil. Wajahnya tegang, matanya penuh kebencian dan ketakutan. Jack tahu, baginya, dia bukan penyelamat—dia masih monster yang menghancurkan hidupnya.“Kita akan pergi ke tempat aman,” kata Jack pelan, mencoba menenangkan suasana.Hien tidak merespons. Dia hanya menatap lurus ke luar jendela, seakan berharap bisa melarikan diri kapan saja.Ming yang mengemudi melirik Jack melalui kaca spion. “Bos, kita punya masalah. Sepertinya ada yang mengikuti kita.”Jack mengangkat kepalanya. “Siapa?”“Dua mobil hitam. Mereka mulai mendekat.”Jack mengumpat pelan. Wang Zhen pasti tidak tinggal diam. Dia pasti sudah
Suara deru mesin mobil terdengar menggema di sepanjang jalanan sepi menuju vila Wang Zhen. Jack Lee duduk di kursi belakang, matanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi dingin. Di sisinya, Ming dan Zhou menunggu perintah."Begitu kita masuk, cari Hien dan anakku. Jangan biarkan mereka dibawa pergi," perintah Jack.Ming mengangguk. "Mengerti, Bos."Jack menghela napas pelan. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Hien. Jika saja ia tidak membuat kesalahan lima tahun lalu, mungkin semuanya akan berbeda. Tapi sekarang, dia tidak bisa lagi mundur.---Di Vila Wang ZhenHien berdiri di tepi ranjang, membenahi selimut putranya yang tertidur lelap. Dadanya terasa sesak melihat wajah kecil itu yang begitu mirip dengan Jack Lee.“Apa aku benar-benar harus pergi?” gumamnya dalam hati.Di luar, Wang Zhen tengah berbicara dengan seseorang di telepon. Ekspresinya serius."Pastikan pesawatnya siap dalam satu jam," katanya. "Aku tidak ingin ada kesalahan. Jack Lee bisa datang kapan saja."Setelah men
Jack Lee menatap langit-langit kamar yang asing baginya. Wajah Hien dan anak mereka terus berputar dalam pikirannya. Ia ingin melihat mereka, ingin memastikan mereka baik-baik saja. Namun, tubuhnya masih lemah, dan ibunya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja."Di mana mereka sekarang?" tanya Jack, suaranya parau karena kelelahan.Nyonya Xien menghela napas panjang, lalu menatap putranya dengan sorot tajam. "Mereka aman. Itu yang perlu kau tahu."Jack mengerutkan kening, lalu mencoba bangkit. "Ibu, aku harus menemui mereka. Aku harus bicara dengan Hien dan—""Untuk apa?" potong Nyonya Xien dengan nada dingin. "Untuk meminta maaf? Untuk memohon agar dia menerimamu kembali? Jack, kau pikir semudah itu?"Jack mengepalkan tangannya. "Aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku ingin memperbaikinya. Aku ingin bertanggung jawab atas anakku."Nyonya Xien tersenyum miring. "Terlambat, Nak. Dia membencimu. Dan sekarang, dia berada dalam perlindungan Wang Zhen."Mata Jack melebar. "Apa?""Iya
Jack Lee tak punya waktu untuk berpikir panjang. Ledakan di luar semakin mengguncang rumahnya, membuat kaca-kaca jendela pecah dan debu berterbangan di seluruh ruangan. Hien menjerit sambil memeluk erat anak mereka yang ketakutan.Jack menarik tangan Hien dengan kuat. “Ikut aku! Kita harus keluar dari sini sebelum tempat ini hancur!”Hien menolak. “Tidak! Aku tidak bisa ikut denganmu!”Jack menatapnya tajam. “Ini bukan tentang aku atau kamu. Ini tentang anak kita. Kau ingin dia mati di sini?”Hien menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. Ia membenci pria ini, tapi ia tak bisa membiarkan anaknya mati dalam baku tembak mafia.“Baik, tapi jangan sentuh aku,” ucap Hien dingin.Jack menghela napas dan menarik mereka keluar dari kamar.Di luar, Paman Ming sudah menunggu di lorong dengan beberapa anak buah yang tersisa. “Bos, mobil sudah siap. Tapi mereka mengepung dari dua sisi!”Jack menyumpah dalam hati. Wang Zhen benar-benar ingin menghabisinya malam ini.“Bawa mereka lewat jalur belakang
Jack Lee menatap langit malam dari balkon kamarnya. Kepulan asap rokok mengepul di udara, samar-samar tertiup angin. Pikirannya masih terpusat pada Hien—wanita yang selama lima tahun ini terus ia cari, dan kini berada dalam rumahnya, tetapi tetap terasa begitu jauh.Saat Jack sedang larut dalam pikirannya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Paman Ming muncul dari balik pintu, ekspresinya serius.“Bos, ada perkembangan mengenai musuh kita,” kata Paman Ming.Jack Lee menoleh dengan tatapan tajam. “Wang Zhen?”Paman Ming mengangguk. “Dia semakin aktif. Malam ini, dia terlihat di sebuah klub di distrik barat, melakukan pertemuan dengan salah satu pengedar besar.”Jack mengepalkan tangannya. Wang Zhen, kakak dari Wang Yihan, adalah duri dalam dagingnya. Pria itu telah mengambil alih sebagian wilayahnya dan kini semakin berani menunjukkan taringnya.Namun, sebelum Jack bisa memberikan perintah lebih lanjut, suara kecil memanggilnya dari ambang pintu.“Papa…”Jack menoleh dan melihat put
Hien duduk di tepi ranjang yang luas, tangannya erat memeluk putranya yang masih tertidur. Ia menatap sekeliling kamar yang begitu mewah, dengan dinding berlapis emas dan lampu kristal bergantung di langit-langit. Segalanya tampak sempurna, tetapi bagi Hien, tempat ini tak ubahnya sebuah penjara.Pintu terbuka, dan Jack Lee melangkah masuk. Tatapan tajamnya mengarah langsung pada Hien, tetapi kali ini ada kelelahan dalam matanya.“Kau sudah makan?” tanyanya datar.Hien mendengus sinis. “Kenapa peduli?”Jack mendekat, duduk di kursi di dekat ranjang. “Kau pikir aku menculik kalian hanya untuk menyiksamu?”“Kau sudah menghancurkan hidupku, Jack,” desis Hien. “Apa lagi yang kau inginkan?”Jack tidak langsung menjawab. Ia menghela napas dan bersandar, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. “Aku hanya ingin keluargaku kembali.”Hien terkekeh sinis. “Keluarga? Sejak kapan kau tahu arti kata itu?”Jack menunduk, jemarinya menggenggam kain celana hitamnya dengan erat. “Aku tahu aku tela
Malam itu, Hien berdiri di jendela apartemennya, memeluk tubuhnya sendiri sambil menatap langit kota yang kelam. Hatinya dipenuhi ketakutan. Setelah lima tahun bersembunyi, Jack Lee akhirnya menemukan mereka.Di tempat tidurnya, bocah kecil itu tidur dengan wajah damai, tidak tahu betapa keras dunia di sekitarnya sedang bertarung untuk dirinya.Aku harus melindunginya.Langkah kaki terdengar dari luar apartemen. Hien meraih pisau kecil yang selalu dia sembunyikan di bawah bantal.Ketukan pelan terdengar di pintu.“Hien, ini aku,” suara Wang Zemin.Hien menghela napas lega dan membuka pintu. Wang Zemin masuk dengan ekspresi tegang.“Kita harus pergi malam ini juga,” katanya tanpa basa-basi. “Jack tidak akan menunggu lama.”Hien menggigit bibirnya. “Aku tidak bisa membiarkan anakku tumbuh tanpa identitas. Aku tidak bisa terus bersembunyi seperti ini.”“Kau ingin menunggu sampai Jack menculik anak itu darimu?” Wang Zemin menatapnya tajam. “Dia akan melakukan apa saja.”Hien menunduk. Dia