Share

BASTARD MY LOVE
BASTARD MY LOVE
Author: Elfira26

01. Devan Narendra

     Pagi itu di dalam kamar hotel terlihat seorang pria duduk bersandar di sofa sambil menghisap sebatang rokok, sesekali ia memejamkan mata mengingat sisa-sisa percintaannya semalam dengan seorang wanita berambut pirang. Pria itu ialah Devan Narendra, pria tampan sejuta pesona yang mampu memikat hati para wanita, Devan adalah putra tunggal dari pasangan Gerald Narendra dan Regina Xavera Narendra sang penguasa negara A, hidup dengan bergelimang harta membuat Devan bertindak sesuka hati.

     Devan mematikan sisa rokoknya kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah lima belas menit Devan akhirnya berjalan keluar dari kamar mandi dan langsung disambut dengan senyuman menggoda dan sapaan manja yang nyaris terdengar seperti desahan dari wanita yang ditiduri nya semalam.

"Jangan menggodaku, karena aku tidak akan pernah menikmati seorang wanita lebih dari sekali," ucap Devan dengan tegas saat melihat tingkah wanita itu.

"Tapi aku masih menginginkanmu, Sayang!" seru wanita tersebut kemudian beranjak dari tempat tidur dan berjalan kearah Devan dengan tubuh yang hanya berbalut selimut.

"Ciih, menjauhlah dari ku, Bitch! karena sampai kapan pun permintaanmu itu tidak akan pernah kupenuhi."

    Setelah mendengar ucapan Devan, bukannya menjauh wanita itu justru semakin mendekat ke arah nya dan langsung membuka selimut yang menutupi tubuh polosnya, memeluk dari belakang lalu menempelkan kedua bukit kembarnya tepat di punggung Devan, juga tangannya tak tinggal diam berharap Devan akan merespon sentuhannya. Tapi, yang terjadi malah diluar dugaan, bukannya bereaksi dengan sentuhan tersebut wanita itu justru dilempar ke lantai.

"Sudah kubilang menjauhlah dari ku," bentak Devan dengan kasar lalu melemparkan selembar cek tepat diwajah wanita itu.

"Ambil cek ini, dan jangan pernah temui aku lagi," lanjutnya dan bergegas memakai pakaiannya lalu meninggalkan kamar hotel tanpa mempedulikan kondisi wanita yang masih terduduk meringis dilantai.

     Devan berjalan keluar menuju mobilnya, setelah duduk di balik kemudi, ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata berharap cepat sampai ke penthouse miliknya, meskipun orang tuanya sering meminta Devan untuk tinggal bersama di rumah mereka. Tapi, ia tak pernah menurut karena tak ingin kebebasannya dibatasi.

*******

     Setelah mobilnya terparkir cantik, Devan langsung disambut oleh para bodyguard nya yang dengan sigap membukakan pintu mobil. Devan yang baru turun dari mobilnya langsung memicingkan mata saat melihat mobil ayahnya terparkir rapi.

"Apa Ayahku ada di dalam?" tanya Devan pada bodyguard nya.

"Benar Tuan, beliau sudah menunggu anda dari tadi," ucap salah satu bodyguard tersebut.

"Lalu mengapa tidak ada yang memberi tahuku?" tanyanya lagi.

"Maafkan kami Tuan! Kami tidak ingin mengganggu kesenangan Anda."

"Ck," Devan hanya berdecak sambil berlalu menuju lift, setelah berada di dalam kotak besi tersebut Devan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ada hal penting apa sampai ayahnya datang menemuinya.

    Tak ingin menebak hal yang tak pasti, Devan akhirnya melangkah keluar setelah lift terbuka dan berjalan cepat menuju pintu  Penthouse miliknya, setelah pintu terbuka ia mendapati sang ayah tengah duduk santai disofa bersama asisten pribadinya.

"Tuan Devan!" seru Leon asisten pribadi Devan yang langsung berdiri memberi hormat padanya.

"Hmmm, pergilah," usir Devan pada Leon.

"Baik Tuan, permisi," pamitnya kemudian berlalu meninggalkan ayah dan anak yang saling melemparkan tatapan tajam.

 "Ada perlu apa sampai Ayah datang kemari bahkan rela menungguku?" tanya Devan memulai percakapan.

"Apa ayah tidak boleh menemuimu?" bukannya menjawab, ayahnya justru balik bertanya.

"Ck, bukan begitu Ayah. Tapi, tidak biasanya," ucap Devan curiga.

"Mau sampai kapan kamu bertingkah seperti ini Devan? Apakah kamu tidak ada niat untuk menikah? Dan kapan kamu akan serius mengelola bisnis keluarga kita?"

    Devan yang mendapat pertanyaan beruntun dari ayahnya hanya memutar bola matanya malas, bukan hanya sekali dua kali ia ditanyai seperti itu tapi setiap kali ia bertemu kedua orang tuanya pasti yang ditanyakan adalah hal yang sama.

"Hufftt, jawabanku tetap sama, Ayah! Ini hidupku dan aku mencintai kebebasanku, tolong jangan memintaku untuk menikah karena itu sungguh merepotkan, dan soal pekerjaan, Ayah tenang saja aku akan membantu mengelola bisnis keluarga kita, jadi aku mohon pada ayah untuk tidak lagi memintaku melakukan hal yang tidak bisa kupenuhi," papar Devan panjang lebar.

"Baiklah, ayah tidak akan melakukannya lagi, sebenarnya kedatangan ayah kesini karena ayah ingin kamu datang ke restoran cabang kita yang baru untuk melihat perkembangannya disana, apakah semuanya baik-baik saja atau sedang ada masalah karena sudah sebulan ini tidak ada laporan yang masuk mengenai perkembangan restoran tersebut," ucap ayahnya dengan serius.

"Loh, bukankah Ayah yang seharusnya datang kesana?"

"Iya itu benar, tapi kali ini ayah tidak bisa, Devan! Karena ayah akan pergi ke negara F selama satu minggu, jadi ayah minta kamu yang datang kesana, ayah sudah menghubungi orang kepercayaan ayah yang ada di sana bahwa kamulah yang akan menggantikan ayah"seru ayahnya penuh harap.

"Baik Ayah, aku akan berangkat besok," jawab Devan mantap.

"Ya sudah, kalau begitu ayah pamit," ucapnya kemudian berdiri dan menghampiri Devan lalu menepuk bahu putranya. "Semoga suatu hari nanti kamu bisa menemukan seseorang yang bisa mengubah kebiasaan burukmu itu," lanjutnya lalu melangkah keluar meninggalkan Devan yang memandang datar kearah ayahnya yang perlahan menjauh.

    Dengan kasar Devan menghempaskan bokongnya ke sofa sambil memijat pangkal hidungnya, ia pusing mendengar ucapan orang tuanya yang selalu memintanya untuk menikah, sedangkan bagi Devan pernikahan adalah hal yang begitu rumit untuk dijalani, menurutnya yang dibutuhkan oleh wanita hanya uang dan juga kepuasan tanpa harus ada ikatan, jadi untuk apa ada pernikahan. Tak ingin dibuat pusing dengan hal-hal konyol, Devan beranjak dari duduknya kemudian memanggil asistennya.

"Leoonn!" serunya.

"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu," ucap Leon yang berjalan masuk dengan tergesa-gesa saat mendengar namanya dipanggil.

"Lain kali jika Ayahku datang kemari segera hubungi aku" peringat Devan dengan tegas. "Siapkan keperluan ku untuk besok karena kita akan pergi ke restoran cabang yang baru dan kita akan berangkat sepagi mungkin untuk menghindari kemacetan, jadi pastikan tidak ada yang kurang, paham?"

"Baik Tuan, saya akan segera mempersiapkan keperluan anda, dan soal yang tadi saya minta maaf Tuan karena tidak menghubungi anda saat Tuan Besar datang berkunjung, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," Leon menjawab dengan wajah tertunduk.

"Bagus, aku pegang janjimu! Dan satu lagi, malam ini aku ingin bersenang-senang jadi siapkan gadis cantik untukku, pastikan tubuhnya bersih dari penyakit, jika kau sudah mendapatkannya segera bawa ke hotel aku akan menunggu disana," perintahnya.

"Sesuai permintaan anda Tuan, akan segera ku laksanakan, kalau begitu saya permisi," ucap Leon yang segera beranjak dari hadapan tuannya yang gila, yah menurutnya sebutan gila sangat cocok untuk seorang Devan yang tak pernah merasa puas bercinta dengan wanita-wanita malam. 

    Devan tak pernah absen dari aktivitas malam panasnya, hal itulah yang membuat orang tuanya mendesak Devan untuk segera menikah. Namun bukannya menurut ia bahkan semakin menggila membuat orang tuanya tak mampu lagi berkata-kata. Tapi, meskipun ia melakukannya dengan banyak wanita Devan tak pernah ceroboh ia selalu bermain aman, baginya cukup menikmati dan mendapatkan kepuasan bersama tanpa harus menanamkan benihnya di rahim wanita malam, karena ia tak ingin dikemudian hari banyak wanita yang datang kepadanya menangis meminta pertanggung jawaban.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status