Hari yang cerah di senja yang indah.Fadli mengajak Tazkia keluar untuk berjalan-jalan.Dengan keadaan Tazkia yang sedang mengandung, berjalan berdua di sebuah taman kota yang dipenuhi bunga berwarna-warni, mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang menantikan detik-detik kelahiran anak pertama mereka."Gimana hasil check up kandungan kamu kemarin? Jadi USG?" Tanya Fadli memulai percakapan."Jadi Fad. Jenis kelaminnya, laki-laki," jawab Tazkia sumringah. "Dan Alhamdulillah, sehat,"Fadli menganggukkan kepala, "bagus deh kalau begitu, aku ikut senang,"Keduanya saling lirik dan melempar senyum.Selama enam bulan belakangan, hubungan yang terjalin di antara Fadli dan Tazkia memang semakin dekat.Bahkan tak jarang, Fadli kerap mengantar Tazkia untuk check up kandungan ke klinik.Hubungan mereka jelas disambut baik oleh keluarga Tazkia yang memang sangat menyukai Fadli. Tak hanya baik pada Tazkia, Fadli pun sangat perhatian pada kondisi kesehatan Ayah Tazkia.Dan hal itu mem
Flash Back..."Apa sebelumnya, Regi sudah pernah bercerita tentang siapa aku?" Tanya Jhio kemudian. Tatapannya lurus meneliti wajah wanita berhijab di hadapannya.Tazkia mengangguk, tanpa berkata apapun.Jhio mengulum bibir, memperlihatkan sesuatu pada Tazkia.Selembar foto hitam putih yang sudah usang.Tazkia menatap gambar itu dengan ekspresinya yang masih terlihat bingung."Aku datang ke sini memang untuk membunuh Regi karena aku sangat membenci dia setelah apa yang Ayahnya lakukan terhadap Ibuku... Tapi..." Jhio menggantung kalimatnya. Menatap lembaran foto di atas meja.Lalu berucap lirih..."Setelah aku tahu siapa dia sebenarnya, aku tidak bisa melakukan itu, karena janjiku pada ibuku sebelum beliau wafat..."Tatapan Jhio beralih pada selembar foto yang dia perlihatkan pada Tazkia tadi.Di mana di dalam foto tersebut tampak foto seorang bayi laki-laki mungil yang sangat menggemaskan."Ini adalah foto adikku," ucap Jhio kemudian."Adik? Maksudmu, Regi?" Terka Tazkia takut-takut.
Pada akhirnya, Jhio bisa menutup mata dengan tenang.Perusahaan yang telah dia rintis bertahun-tahun kini aman di tangan Regi.Masih di area pemakaman setelah jasad Jhio dikebumikan, inilah kali pertama Regi kembali menginjakkan kakinya di Indonesia, di tanah kelahirannya, namun dengan identitas baru yang tentu tak akan ada orang yang mengetahuinya.Satu tahun yang lalu, saat di mana Jhio membawa dirinya meninggalkan Indonesia, Jhio sudah merekayasa kematian Regi di Indonesia dengan jasad orang lain yang menggantikan Regi.Jasad orang lain yang memakai seluruh pakaian Regi itu ditemukan di gudang kosong yang tak jauh dari kediaman pribadi Regi bersama Sandra dahulu.Jasad itu ditemukan dalam keadaan tubuh hangus terbakar sehingga sulit dikenali, hanya saja, sisa pakaian dan beberapa benda yang berada di tubuh korban yang diyakini petugas kepolisian adalah benda milik Regi, memperkuat bukti bahwa jasad tersebut adalah jasad Regi.*"Mulai sekarang, kamu akan menggantikan posisiku sebag
Hai Kia, apa kabar?Semoga kamu baik-baik saja.Setelah mendengar semua penjelasan Kakakku, aku pun mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi di antara dirimu dengan Fadli di masa lalu.Jika memang kenyataannya aku tahu sejak awal bahwa hatimu mencintai lelaki lain, mungkin aku tidak akan susah payah membuang waktuku untuk menjebakmu dalam pernikahan kita yang tak sehat.Nyatanya, semua ucapanmu selama hidup bersamaku hanya sebuah kepalsuan.Kamu pasti sangat tertekan selama hidup bersamaku, bukan?Bahkan kamu sudah tak bahagia sejak awal pernikahan kita dimulai.Lalu, kenapa kamu membohongiku malam itu?Kenapa, Kia?Kenapa saat aku melamarmu dan menyatakan perasaanku padamu, lantas kamu langsung menerima lamaranku padahal, aku jelas-jelas mengatakan padamu untuk tidak memulai apapun jika memang kamu meragukannya.Maka aku yang akan mundur.Aku tahu, caraku untuk mendapatkan dirimu memang licik. Hanya saja, aku tak memiliki pilihan lain selain menggunakan cara itu.Jika memang alas
21 Januari.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke arahku tapi tubuhnya sudah lebih dulu ditangkap kembali oleh Ayah yang setelahnya mengunci pintu kamar dari dalam.Aku masih di sana, berdiri di depan pintu kamar kedua orang tuaku saat teriakan demi teriakan Ibu terdengar.Sampai akhirnya, semua kegaduhan itu terhenti.Tak ada suara apapun terdengar dari dalam kamar Itu.Hanya ada keheningan.Lalu pintu kamar terbuka.Ayah keluar setelah dia menatapku dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Di tangannya dia menggenggam sebilah pisau.Pakaian lelaki itu bersimbah darah begitu juga dengan pisau di tangannya.Dan saat aku mengalihkan tatapan ke dalam kamar, aku menyaksikan sesuatu yang begitu mengerikan terjadi pada Ibuku.Aku berjalan mendekatinya, melihat tangannya bergerak hendak menggapai diriku, seperti ingin meminta tolong.Tapi, anehnya, aku sama sekali tak mer
"Halo, dengan Nyonya Tazkia Andriani?" sapa sebuah suara seorang wanita di seberang."Ya, saya Tazkia. Ini siapa?" Tanya Tazkia to the point."Apakah kamu merindukan suamimu, Nyonya? Suamimu saat ini sedang bersamaku. Kami sudah tidur bersama selama dua bulan belakangan ini." ucap wanita itu lagi.Tazkia tercekat.Ponsel yang menempel di telinga wanita berhijab itu hampir terjatuh, saking dia terkejut.Tazkia berusaha bicara, "ma-maaf, anda siapa ya?" tanyanya sedikit terbata.Wanita di ujung telepon itu mengesah berat. Tawanya terdengar samar. "Tidak perlu dijelaskan, harusnya anda tau siapa aku, seperti halnya aku yang sudah mengetahui semua hal tentang diri anda, NYONYA TAZKIA ANDRIANI!"Tazkia menelan salivanya susah payah. Berusaha mengendalikan diri, dia harus tenang."Maaf sebelumnya, saya benar-benar tidak tahu siapa anda. Sepertinya, anda sudah salah orang. Memang benar, nama saya Tazkia Andriani, tapi, yang saya ketahui, sejauh ini, suami saya adalah lelaki baik-baik yang tid
Masa Sebelum Prolog...Seorang wanita tampak berlari tunggang langgang memasuki sebuah rumah sakit elit di Jakarta.Di punggungnya, dia menggendong seorang bocah lelaki yang berlumuran darah.Tanpa alas kaki dengan tubuh penuh luka. Pakaian yang sobek di beberapa bagian, wanita itu menangis dan terus berlari. Mengabaikan tatapan aneh orang-orang di sekelilingnya.Sampai di dalam, tepatnya di ruang IGD, wanita itu mendesak beberapa petugas rumah sakit agar lekas menangani bocah lelaki dalam gendongannya itu."Tolong, Sus, Dok, tolong anak saya... Tolong..." ucapnya dalam tangis, memohon dengan penuh harap."Ini kenapa anaknya, Bu? Tidurkan di sini dulu Bu, anaknya," perintah salah satu suster yang mengambil tindakan cepat.Wanita itu pun lekas merebahkan bocah lelaki dalam gendongannya itu pada salah satu brangkar yang tersedia di ruang IGD."Anak saya kecelakaan, Sus," jawab si wanita. Langkahnya mundur saat beberapa suster mendekat untuk memeriksa keadaan sang anak.Menatap nanar kead
"Maaf, permisi, dengan Ibu Karina?" Tanya seorang suster di IGD pada seorang wanita yang tampak tertidur di ruang tunggu."Ng, I-iya Sus. Saya Karin, Ibunya Fathir." Jawab perempuan itu cepat meski agak kaget karena tidurnya terganggu."Fathir sudah selesai ditangani oleh Dokter Fadli, masa ktitisnya sudah lewat ya, Bu. Sekarang tinggal menunggu untuk dipindah ke ruang perawatan saja," jelas sang Suster lagi.Wanita bernama Karina itu menggangguk seraya beranjak dari ruang tunggu mengekor langkah sang suster menuju IGD.Sesampainya di IGD, dilihatnya Fathir sang buah hati kini tampak tertidur pulas. Beberapa alat bantu medis tertancap di tubuh kurus bocah itu.Ragu-ragu Karina mendekat ke arah brangkar sang anak karena seorang lelaki berseragam Dokter masih tampak memeriksa Fathir di sana.Merasakan kehadiran Karina, sang Dokter tampan itu pun menoleh dan tersenyum ke arah Karina."Ibunya Fathir?" Tanya sang Dokter, suaranya terdengar lembut di telinga Karin."I-iya, Dok. Saya ibunya
Namaku, Tania Andriani.Aku terlahir dari rahim seorang wanita bernama Tazkia Andriani yang kini sudah hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Bahkan setelah dia mengasingkan aku hanya karena Ayahku adalah seorang pembunuh.Kedua orang tua angkatku bilang, Tazkia tidak mau merawatku karena dia sangat membenci Ayahku dan berpikir, jika aku sudah besar nanti, aku akan menjadi seperti ayah.Yaitu, seorang pembunuh.Dan semua kekhawatiran itu memang menjadi kenyataan.Kini, aku menjelma menjadi seorang pembunuh tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.Aku tidak menyesal menjadi seorang pembunuh karena bagiku, membunuh itu sangat mengasyikkan.Aku sangat menikmati saat-saat di mana mangsaku meregang nyawa secara perlahan-lahan.Memohon, menangis, merintih dan menghiba di hadapanku.Sayangnya, setelah bertahun-tahun berburu tanpa meninggalkan jejak, akhirnya aku melakukan kesalahan fatal saat aku membunuh seorang lelaki bernama Gerald yang ternyata adalah kekasih Cindy, dia adikku. Anak Ta
Seorang gadis berambut panjang bergelombang terlihat berjalan menyusuri trotoar pejalan kaki yang tertutup salju.Dia memasukkan kedua tangannya di balik saku jaket tebalnya.Sesekali bersiul-siul santai sekadar mengusir hawa dingin yang merasuk serta merta. Membuat tubuhnya terus menggigil.Ingin rasanya dia segera sampai di rumah untuk menghangatkan tubuh.Secangkir coklat panas dengan sepotong cake blueberry buatan sang Ibunda terbayang dalam benaknya. Mendadak perutnya jadi keroncongan.Salju yang turun di kota London pada musim dingin kali ini memang cukup lebat dari biasanya. Itulah sebabnya, banyak jalanan ditutup karena badai salju yang tak kunjung berhenti."Assalamualaikum," ucapnya seperti biasa setiap kali memasuki rumah. Meski dia dilahirkan dan menetap di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun sebagai seorang muslim, dia wajib melaksanakan semua yang memang menjadi ajaran Agamanya, yaitu Islam. Dan mengucapkan salam adalah hal penting dalam keluarga merek
"HUKUM MATI FADLI SI PEMBUNUH!""DIA SAMA SAJA DENGAN AYAHNYA!""BAHKAN HUKUMAN MATI SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBALAS PERBUATAN KEJI MEREKA!""ARAK MEREKA DAN RAJAM SAMPAI MATI!""MEREKA MONSTER YANG SANGAT MENGERIKAN!""PEMERINTAH HARUS SEGERA MENINDAK TEGAS KASUS INI!""JANGAN BODOHI MASYARAKAT LAGI!"Semua masa dari berbagai kalangan turun ke jalan, menyuarakan aksi protes atas ketidakbecusan pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai selama ini.Publik kembali dibuat tercengang saat Fadli Al-Hakim, seorang Dokter umum dengan paras tampannya, perilakunya yang sopan, bersahaja dan sangat baik itu ternyata adalah seorang psikopat!Dia lah pembunuh berantai yang sudah menghabisi hampir dua puluh nyawa manusia tidak berdosa dengan cara yang teramat sangat sadis.Melalui bukti berupa jari dan isi tulisan dalam buku diarinya, hari itu Fadli menyerahkan diri kepada pihak kepolisian hingga kabar itu pun menyebar dan memancing emosi penduduk.Wartawan dan masy
Regi terus mencoba menghubungi Fadli saat itu, namun ponsel Fadli tak juga aktif.Dia sudah mencari Fadli ke tempat yang selama ini Regi sediakan untuk Fadli bersembunyi tapi Fadli tidak ada di sana.Dan Regi sudah menduga, Fadli pasti sedang berada bersama Karina saat ini.Itulah sebabnya, Regi mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Karina sebelum wanita itu benar-benar melakukan sesuatu terhadap Fadli.Regi menduga, tak menutup kemungkinan, Karina akan membunuh Fadli dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan dendam atas apa yang telah terjadi kepada kekasihnya, Jervian.Tak lama, saat Regi dan anak buahnya, serta Angela dan timnya pun turut serta mencari kemana Karina membawa Fadli pergi, Regi mendapatkan sebuah pesan singkat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu kandung Fadli.Pesan itu berisi...Aku tau kemana Karina membawa Fadli.Dan melalui bantuan wanita itulah akhirnya Regi berhasil menemukan Fadli dan Karina.Hari itu, tengah malam buta, K
15 MaretUsiaku enam tahun.Hari ini cerah.Tapi, seekor kucing membuatku kesal dengan suaranya yang berisik ketika aku sedang bermain.Aku menangkap kucing itu dan membelah isi perutnya.Ternyata, kucing itu sedang hamil.*17 MaretDua hari setelah aku membelah perut kucing.Hari ini mendung.Ayah memukulku setelah mendapat laporan dari tetangga yang kehilangan kucing dan mengetahui aku yang telah membunuh kucingnya.Ayah memarahiku habis-habisan di depan banyak orang.Aku sangat kesal padanya, tapi Ibu selalu menghalangiku saat aku ingin membalas perbuatan Ayah terhadapku.*25 MaretSatu minggu kemudian.Hari ini gerimis.Ayah mencoba membunuh adikku, saat itu dia sedang mabuk, tapi Ibu menolong adikku, hingga akhirnya, Ibu menjadi bulan-bulanan Ayah.Jervian yang menolong Ibu waktu itu.*21 Januari.Satu tahun kemudian.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke ar
Waktu dua bulan sudah lebih dari cukup bagi Tazkia memulihkan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya akibat kematian kedua orang tua dan janin di dalam kandungannya.Kini, Tazkia sudah benar-benar pulih dan bisa beraktifitas normal kembali.Hanya saja, satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Tazkia saat ini adalah kepergian Fadli dari kehidupannya.Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi bahkan sejak Tazkia sadar dari komanya setelah operasi, Tazkia tak pernah melihat keberadaan Fadli di sisinya.Regi bilang, Fadli ditugaskan untuk menjadi Dokter sukarelawan di desa terpencil yang letaknya berada di pelosok negeri, itulah sebabnya, Fadli akan kesulitan menghubungi Tazkia begitu juga sebaliknya.Tapi logikanya, sesulit apapun sinyal di tempat Fadli mengemban tugas saat ini, masa iya, sudah dua bulan lebih dia tak sama sekali memberi kabar pada anak dan istrinya, satu kali pun?Bukankah itu mustahil?Kembali, entah untuk yang ke berapa ratus kalinya Tazkia menengok
Bergas mengutuk kebodohannya yang sudah termakan bujuk rayu Tristan.Nyatanya, selama ini dirinya sudah dibohongi oleh Tristan yang merupakan kaki tangan Syarif.Syarif dan Tristan bekerjasama memanfaatkan dirinya agar terjalin kerjasama diantara Bergas dengan Perusahaan Gen Corporation di mana pemilik perusahaan itu ternyata adalah Regi Haidarzaim yang merupakan mantan suami Tazkia yang kini menikah dengan Fadli."Jadi selama ini, anda sudah menipu saya, Pak?" Tanya Bergas pada Syarif dalam pertemuan rahasia mereka. "Setelah apa yang sudah saya lakukan untuk anda, tapi apa yang anda lakukan pada saya?" teriak Bergas lagi saat dia mengetahui bahwa izin penelitiannya sudah benar-benar dicabut. Bahkan Syarif melarang Bergas untuk melakukan tes DNA terhadap para Ibu hamil terduga memiliki keturunan dengan Gen Psikopat.Penelitian itu resmi dihentikan dan ditutup untuk selama-lamanya setelah salah seorang peneliti lain yang merupakan anak buah Syarif mengumumkan ke publik bahwa penelitian
Sore ini Tazkia sadar setelah seharian kemarin dia mengalami koma pasca pendarahan hebat yang dialaminya.Masih dengan tubuh yang sangat lemah Tazkia hanya bisa mengedipkan mata, bahkan untuk sekadar menoleh saja dia merasa kesulitan.Tazkia tidak mendapati keberadaan siapapun di dalam ruangan rawatnya saat itu.Dalam diam, kedua bola mata Tazkia mengerjap saat hawa panas menjalarinya. Memancing bendungan air mata yang perlahan menetes di pelipisnya.Sekelebat bayangan jasad kedua orang tuanya yang tergantung dengan keadaan yang mengerikan kembali terlintas dalam benak Tazkia saat itu."Ibu... Bapak..." gumamnya dalam tangis.Pintu ruang rawat yang terbuka membuat tatapan Tazkia teralihkan.Melalui lirikan matanya saat itu, Tazkia menangkap samar sesosok tubuh lelaki yang perlahan mendekatinya.Buru-buru Tazkia memejamkan mata.Berpura-pura belum sadar."Bu Tazkia belum sadar, Pak." ucap suara asing yang tertangkap indra pendengaran Tazkia."Dokter sudah memeriksa keadaannya hari ini?
"Sayangnya, Tazkia akan sangat membencimu jika dia sampai tahu siapa kamu sebenarnya! Terlebih, tentang kisah masa lalu mu dengannya! Tentang alasan mengapa dulu kamu selalu menstalkingnya sewaktu kalian masih SMA. Bukan karena kamu yang menyukainya, tapi karena kamu yang ingin membunuhnya!""Dari mana kamu tahu soal itu?" Tanya Fadli cepat. Lelaki itu benar-benar terkejut.Karina tersenyum miring. Melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali duduk di sofa. "Pertanyaan yang kamu ajukan itu kedengarannya sangat lucu bagiku, Jer! Jelas-jelas, kamu sendiri yang sudah menceritakan semua rahasia pribadimu padaku. Semua rencana pembunuhanmu, termasuk siapa target pembunuhanmu selanjutnya jika saja malam itu Jervian tidak menghentikanmu! Aku tau semuanya, Jer..."Fadli yang mulai termakan omongan Karina lekas mendekat dan mengambil posisi duduk di sisi wanita itu. Menarik kedua bahu Karina agar duduk menghadapnya. "Coba, katakan, katakan semua rahasia pribadiku yang kamu ketahui, jika mem