Pagi ini Sandra sudah rapi dengan pakaiannya yang seksi, dia ingin keluar mencari angin segar, merelakskan pikiran dan menyegarkan mata.Gegara rencana baru itu, seharian kemarin, perasaan Sandra tidak bisa tenang.Kebetulan, Regi berangkat ke kantor tidak terlalu pagi, itulah sebabnya Sandra bisa menyusul untuk bersiap-siap."Loh, kamu mau kemana?" Tanya Regi saat melihat istrinya itu sudah rapi.Sandra menarik salah satu kursi di meja makan lalu mendudukinya. "Aku mau ke Mall, shopping!" Jawabnya acuh tak acuh sambil mengambil selembar roti panggang yang kemudian dia olesi dengan selai strawberry kesukaannya."Nggak bisa!" Tegas Regi kemudian, membuat aktifitas Sandra seketika terhenti.Menoleh ke arah Regi dengan kening yang berkerut, "Why?" Tanya Sandra menaikkan kedua bahunya."Karena hari ini aku sibuk dan nggak bisa menemani kamu," jawab Regi tegas seraya melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.Sandra mendelik kesal. "Aku ini udah gede, Mas! Nggak perlu kamu temenin cuma u
Seperti apa yang sudah dia janjikan pada Tazkia bahwa sore ini selepas bekerja Fadli akan mampir ke kediaman baru orang tua Tazkia.Lelaki itu datang membawa buah tangan berupa buah-buahan segar yang dia berikan pada Dina yang saat itu memang sedang menyapu di teras rumah.Cukup lama tatapan Dina tertuju pada wajah tampan Fadli hingga setelahnya, kedua bola mata Dina pun melebar begitu dia mengingat akan suatu hal.Setelah mempersilahkan Fadli duduk di teras, Dina masuk untuk memanggil Tazkia yang sedang mengenakan hijabnya."Kia, itu lelaki di depan itu, lelaki yang dulu pernah dateng ke rumah lama kita dulu, yang kemarin ibu ceritain ke kamu itu,"Tazkia mengerutkan kening, menatap tak mengerti apa yang dibicarakan sang ibu."Ya ampun, itu dia lelaki berseragam SMA yang dulu pernah dateng ke rumah bawa obat cacing untuk kamu pas kamu sakit tipes dan dirawat, ah kamu mah masih muda udah pikunan," Dina jadi ngedumel."Ih apaan sih Ibu, nggak jelas banget lagian," timpal Tazkia yang ke
Awan hitam pekat menggantung di langit, memancarkan cahaya petir dengan suara guntur yang menggelegar.Tetes demi tetes air yang berjatuhan dari langit semakin lama semakin banyak.Tazkia dan Fadli yang saat itu masih mengobrol di teras akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah karena mulai terciprat buih hujan yang menderas.Kebetulan, Dina baru saja menggoreng pisang yang akhirnya dia suguhkan pada Fadli di ruang tamu."Aduh, Mira bawa payung nggak ya tadi? Jam segini biasanya dia sudah di jalan pulang," ujar Dina seraya menengok ke arah luar melalui jendela. Raut rentanya menunjukkan rasa khawatir."Paling Mba Mira naik taksi, Bu." Sahut Tazkia yang sedang mencemil pisang goreng. "Ayo di makan, Fad. Pisang goreng buatan ibu itu, adalah pisang goreng terenak yang pernah aku coba seumur hidup," tambah Tazkia seraya melirik ke arah Dina yang hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Iya, dulu Kia ini paling girang kalau Ibu bekelin pisang goreng ke sekolah," balas Dina bercer
Tok! Tok! Tok!"Kia, Mba Mira? Apa saya boleh masuk?" Ucap Regi setengah berteriak.Dina yang saat itu tahu bahwa Regi hendak masuk ke dalam kamar putrinya langsung menghentikan kegiatannya di dapur dan beranjak ke depan.Tapi, saat Dina hendak mengambil tindakan, pintu kamar itu sudah lebih dulu terbuka dari dalam.Mira keluar dan mempersilahkan Regi masuk ke dalam kamar itu.Wajah Mira mendadak pucat dengan perasaan was-was, berharap keberadaan Fadli di dalam lemari kamar itu, tidak diketahui oleh Regi."Nak Fadlinya kemana? Kok Regi kamu suruh masuk?" Tanya Dina kebingungan saat Mira menggiringnya ke dapur."Sssttt, jangan kenceng-kenceng Bu, ngomongnya! Nanti Regi denger!" Omel Mira sambil sesekali menoleh keluar pintu dapur. "Fadli, Mira umpetin di dalam lemari," beritahu Mira yang nyaris membuat Dina hampir pingsan, saking terkejut.Sementara itu di dalam kamar, Regi yang melihat Tazkia kini terbaring lemah di tempat tidur sudah duduk di sisi ranjang tepat di sebelah Tazkia. Tan
"Sandra hanya akan kujadikan sebagai objek kepuasan pribadiku di dalam ruang kenikmatan... Ya, hanya sebatas itu..." Bisik Regi dengan bibirnya yang kini hampir menempel di wajah Tazkia.Hembusan hangat napas Regi menerpa permukaan wajah Tazkia yang halus.Dan sebuah suara kecil yang berasal dari dalam lemari tepat di sisi mereka berdiri jelas mengejutkan Regi yang reflek mengulurkan tangan untuk membuka lemari tersebut ketika wajahnya tiba-tiba ditarik Tazkia yang berjinjit menjalin ciuman, membuat Regi terkejut hingga menghentikan niatnya untuk membuka pintu lemari.Keduanya bercumbu saling memagut bibir dengan bernafsu ketika tiba-tiba ponsel Regi berdering.Merasa punya kesempatan untuk mengelak, Tazkia mendorong tubuh Regi agar sang suami lekas menjawab panggilan telepon itu.Setengah berdecak kesal, Regi meraih ponselnya di nakas, dan saat nama Sandra tertera di sana, Regi pun meminta izin untuk keluar sebentar hendak mengangkat teleponnya.Dengan senang hati, Tazkia mengizinkan
Hujan memang sudah reda sejak tadi, namun hawa dinginnya masih menusuk hingga ke tulang.Fadli yang saat itu hanya mengenakan sweater tipis untuk pakaian luarnya jelas menggigil saat tubuhnya kini harus berhadapan dengan terpaan angin kencang jalanan. Tak kuat menahan dingin, Fadli pun melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.Sebuah mobil mewah berwarna hitam tampak melaju cepat dari arah belakang, menukik tajam saat posisinya sudah berhasil menyamai motor Fadli.Fadli pun mengerem mendadak motornya ketika mobil hitam itu kini menghadang jalur di depannya.Seorang lelaki berjas kantor keluar dari mobil tersebut, tersenyum ramah seperti biasa.Dan Fadli cukup terkejut mendapati Regi kini ada di hadapannya.Selesai Fadli menepikan motor, lalu kedua lelaki itu berdiri saling berhadapan dengan jarak yang terbilang cukup dekat, barulah seringai mengerikan Regi terlihat jelas di mata Fadli."Maaf mengganggu waktunya sebentar, Dokter! Bisa kita bicara?" Tanya Regi dengan suaranya yang
Memasuki lobby Area Rumah Sakit di mana Dokter Fadli bekerja, Tazkia dan kedua orang tuanya menunggu kedatangan Fadli yang sudah mendaftarkan pasien bernama Gading Supriyanto di poli mata.Setibanya Fadli di sana, mereka pun langsung dipersilahkan menuju ruang pemeriksaan.Dina masuk menemani Gading saat sang suami hendak diperiksa, sementara Fadli dan Tazkia menunggu di luar ruangan."Sebelumnya, terima kasih banyak loh, kamu udah repot-repot urus pendaftaran Bapak hari ini," ucap Tazkia membuka percakapan.Lelaki berjas putih kedokteran yang duduk di sebelahnya itu tersenyum, "Nggak repot kok, justru saya malah senang bisa bantu Bapak, siapa tau setelah ini, Bapak bisa melihat normal lagi meski dalam suasana redup,""Aamiin." Sahut Tazkia. "Btw, kamu lagi nggak ada pasien? Kok bisa keluyuran?" Tanya Tazkia sedikit heran."Ada, cuma sedikit. Udah selesai tadi.""Oh, begitu.""Kamu udah makan siang belum?" Tanya Fadli kemudian."Hm, belum sih. Nanti aja tunggu Bapak selesai diperiksa,
Sore harinya, Tazkia pergi ke kediaman baru suaminya untuk menemui Sandra.Meski sadar apa yang dia lakukan akan mencoreng harga dirinya, namun Tazkia tidak perduli karena dia berpikir bagaimana pun nyawa Sandra lebih penting dari sekadar kepentingan pribadi dan ego.Jika kemarin-kemarin Tazkia memang merasa sangat membenci Sandra hingga justru menyumpahi Sandra akan mengalami nasib sial yang sama seperti dirinya, tapi kini dia justru merasa kasihan pada Sandra.Entah apa yang membuat Tazkia bisa merasakan hal ini terhadap Sandra?Kebencian itu, kecemburuan itu, kemarahan itu kini seolah hilang dalam kejapan mata, menyisakan kekhawatiran mendalam dan perasaan bersalah di hatinya.Sebelum semuanya terlambat, maka akan lebih baik Tazkia mengakhirinya sekarang.Yakni, dengan berbicara jujur tentang kebiadaban Regi yang sesungguhnya."Ada perlu apa?" Tanya Sandra saat dirinya dan Tazkia kini ada di Gazebo yang terletak di halaman belakang rumah Sandra.Sandra yang jelas terkejut mendapati
Namaku, Tania Andriani.Aku terlahir dari rahim seorang wanita bernama Tazkia Andriani yang kini sudah hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Bahkan setelah dia mengasingkan aku hanya karena Ayahku adalah seorang pembunuh.Kedua orang tua angkatku bilang, Tazkia tidak mau merawatku karena dia sangat membenci Ayahku dan berpikir, jika aku sudah besar nanti, aku akan menjadi seperti ayah.Yaitu, seorang pembunuh.Dan semua kekhawatiran itu memang menjadi kenyataan.Kini, aku menjelma menjadi seorang pembunuh tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.Aku tidak menyesal menjadi seorang pembunuh karena bagiku, membunuh itu sangat mengasyikkan.Aku sangat menikmati saat-saat di mana mangsaku meregang nyawa secara perlahan-lahan.Memohon, menangis, merintih dan menghiba di hadapanku.Sayangnya, setelah bertahun-tahun berburu tanpa meninggalkan jejak, akhirnya aku melakukan kesalahan fatal saat aku membunuh seorang lelaki bernama Gerald yang ternyata adalah kekasih Cindy, dia adikku. Anak Ta
Seorang gadis berambut panjang bergelombang terlihat berjalan menyusuri trotoar pejalan kaki yang tertutup salju.Dia memasukkan kedua tangannya di balik saku jaket tebalnya.Sesekali bersiul-siul santai sekadar mengusir hawa dingin yang merasuk serta merta. Membuat tubuhnya terus menggigil.Ingin rasanya dia segera sampai di rumah untuk menghangatkan tubuh.Secangkir coklat panas dengan sepotong cake blueberry buatan sang Ibunda terbayang dalam benaknya. Mendadak perutnya jadi keroncongan.Salju yang turun di kota London pada musim dingin kali ini memang cukup lebat dari biasanya. Itulah sebabnya, banyak jalanan ditutup karena badai salju yang tak kunjung berhenti."Assalamualaikum," ucapnya seperti biasa setiap kali memasuki rumah. Meski dia dilahirkan dan menetap di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun sebagai seorang muslim, dia wajib melaksanakan semua yang memang menjadi ajaran Agamanya, yaitu Islam. Dan mengucapkan salam adalah hal penting dalam keluarga merek
"HUKUM MATI FADLI SI PEMBUNUH!""DIA SAMA SAJA DENGAN AYAHNYA!""BAHKAN HUKUMAN MATI SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBALAS PERBUATAN KEJI MEREKA!""ARAK MEREKA DAN RAJAM SAMPAI MATI!""MEREKA MONSTER YANG SANGAT MENGERIKAN!""PEMERINTAH HARUS SEGERA MENINDAK TEGAS KASUS INI!""JANGAN BODOHI MASYARAKAT LAGI!"Semua masa dari berbagai kalangan turun ke jalan, menyuarakan aksi protes atas ketidakbecusan pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai selama ini.Publik kembali dibuat tercengang saat Fadli Al-Hakim, seorang Dokter umum dengan paras tampannya, perilakunya yang sopan, bersahaja dan sangat baik itu ternyata adalah seorang psikopat!Dia lah pembunuh berantai yang sudah menghabisi hampir dua puluh nyawa manusia tidak berdosa dengan cara yang teramat sangat sadis.Melalui bukti berupa jari dan isi tulisan dalam buku diarinya, hari itu Fadli menyerahkan diri kepada pihak kepolisian hingga kabar itu pun menyebar dan memancing emosi penduduk.Wartawan dan masy
Regi terus mencoba menghubungi Fadli saat itu, namun ponsel Fadli tak juga aktif.Dia sudah mencari Fadli ke tempat yang selama ini Regi sediakan untuk Fadli bersembunyi tapi Fadli tidak ada di sana.Dan Regi sudah menduga, Fadli pasti sedang berada bersama Karina saat ini.Itulah sebabnya, Regi mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Karina sebelum wanita itu benar-benar melakukan sesuatu terhadap Fadli.Regi menduga, tak menutup kemungkinan, Karina akan membunuh Fadli dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan dendam atas apa yang telah terjadi kepada kekasihnya, Jervian.Tak lama, saat Regi dan anak buahnya, serta Angela dan timnya pun turut serta mencari kemana Karina membawa Fadli pergi, Regi mendapatkan sebuah pesan singkat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu kandung Fadli.Pesan itu berisi...Aku tau kemana Karina membawa Fadli.Dan melalui bantuan wanita itulah akhirnya Regi berhasil menemukan Fadli dan Karina.Hari itu, tengah malam buta, K
15 MaretUsiaku enam tahun.Hari ini cerah.Tapi, seekor kucing membuatku kesal dengan suaranya yang berisik ketika aku sedang bermain.Aku menangkap kucing itu dan membelah isi perutnya.Ternyata, kucing itu sedang hamil.*17 MaretDua hari setelah aku membelah perut kucing.Hari ini mendung.Ayah memukulku setelah mendapat laporan dari tetangga yang kehilangan kucing dan mengetahui aku yang telah membunuh kucingnya.Ayah memarahiku habis-habisan di depan banyak orang.Aku sangat kesal padanya, tapi Ibu selalu menghalangiku saat aku ingin membalas perbuatan Ayah terhadapku.*25 MaretSatu minggu kemudian.Hari ini gerimis.Ayah mencoba membunuh adikku, saat itu dia sedang mabuk, tapi Ibu menolong adikku, hingga akhirnya, Ibu menjadi bulan-bulanan Ayah.Jervian yang menolong Ibu waktu itu.*21 Januari.Satu tahun kemudian.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke ar
Waktu dua bulan sudah lebih dari cukup bagi Tazkia memulihkan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya akibat kematian kedua orang tua dan janin di dalam kandungannya.Kini, Tazkia sudah benar-benar pulih dan bisa beraktifitas normal kembali.Hanya saja, satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Tazkia saat ini adalah kepergian Fadli dari kehidupannya.Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi bahkan sejak Tazkia sadar dari komanya setelah operasi, Tazkia tak pernah melihat keberadaan Fadli di sisinya.Regi bilang, Fadli ditugaskan untuk menjadi Dokter sukarelawan di desa terpencil yang letaknya berada di pelosok negeri, itulah sebabnya, Fadli akan kesulitan menghubungi Tazkia begitu juga sebaliknya.Tapi logikanya, sesulit apapun sinyal di tempat Fadli mengemban tugas saat ini, masa iya, sudah dua bulan lebih dia tak sama sekali memberi kabar pada anak dan istrinya, satu kali pun?Bukankah itu mustahil?Kembali, entah untuk yang ke berapa ratus kalinya Tazkia menengok
Bergas mengutuk kebodohannya yang sudah termakan bujuk rayu Tristan.Nyatanya, selama ini dirinya sudah dibohongi oleh Tristan yang merupakan kaki tangan Syarif.Syarif dan Tristan bekerjasama memanfaatkan dirinya agar terjalin kerjasama diantara Bergas dengan Perusahaan Gen Corporation di mana pemilik perusahaan itu ternyata adalah Regi Haidarzaim yang merupakan mantan suami Tazkia yang kini menikah dengan Fadli."Jadi selama ini, anda sudah menipu saya, Pak?" Tanya Bergas pada Syarif dalam pertemuan rahasia mereka. "Setelah apa yang sudah saya lakukan untuk anda, tapi apa yang anda lakukan pada saya?" teriak Bergas lagi saat dia mengetahui bahwa izin penelitiannya sudah benar-benar dicabut. Bahkan Syarif melarang Bergas untuk melakukan tes DNA terhadap para Ibu hamil terduga memiliki keturunan dengan Gen Psikopat.Penelitian itu resmi dihentikan dan ditutup untuk selama-lamanya setelah salah seorang peneliti lain yang merupakan anak buah Syarif mengumumkan ke publik bahwa penelitian
Sore ini Tazkia sadar setelah seharian kemarin dia mengalami koma pasca pendarahan hebat yang dialaminya.Masih dengan tubuh yang sangat lemah Tazkia hanya bisa mengedipkan mata, bahkan untuk sekadar menoleh saja dia merasa kesulitan.Tazkia tidak mendapati keberadaan siapapun di dalam ruangan rawatnya saat itu.Dalam diam, kedua bola mata Tazkia mengerjap saat hawa panas menjalarinya. Memancing bendungan air mata yang perlahan menetes di pelipisnya.Sekelebat bayangan jasad kedua orang tuanya yang tergantung dengan keadaan yang mengerikan kembali terlintas dalam benak Tazkia saat itu."Ibu... Bapak..." gumamnya dalam tangis.Pintu ruang rawat yang terbuka membuat tatapan Tazkia teralihkan.Melalui lirikan matanya saat itu, Tazkia menangkap samar sesosok tubuh lelaki yang perlahan mendekatinya.Buru-buru Tazkia memejamkan mata.Berpura-pura belum sadar."Bu Tazkia belum sadar, Pak." ucap suara asing yang tertangkap indra pendengaran Tazkia."Dokter sudah memeriksa keadaannya hari ini?
"Sayangnya, Tazkia akan sangat membencimu jika dia sampai tahu siapa kamu sebenarnya! Terlebih, tentang kisah masa lalu mu dengannya! Tentang alasan mengapa dulu kamu selalu menstalkingnya sewaktu kalian masih SMA. Bukan karena kamu yang menyukainya, tapi karena kamu yang ingin membunuhnya!""Dari mana kamu tahu soal itu?" Tanya Fadli cepat. Lelaki itu benar-benar terkejut.Karina tersenyum miring. Melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali duduk di sofa. "Pertanyaan yang kamu ajukan itu kedengarannya sangat lucu bagiku, Jer! Jelas-jelas, kamu sendiri yang sudah menceritakan semua rahasia pribadimu padaku. Semua rencana pembunuhanmu, termasuk siapa target pembunuhanmu selanjutnya jika saja malam itu Jervian tidak menghentikanmu! Aku tau semuanya, Jer..."Fadli yang mulai termakan omongan Karina lekas mendekat dan mengambil posisi duduk di sisi wanita itu. Menarik kedua bahu Karina agar duduk menghadapnya. "Coba, katakan, katakan semua rahasia pribadiku yang kamu ketahui, jika mem