"Sandra hanya akan kujadikan sebagai objek kepuasan pribadiku di dalam ruang kenikmatan... Ya, hanya sebatas itu..." Bisik Regi dengan bibirnya yang kini hampir menempel di wajah Tazkia.Hembusan hangat napas Regi menerpa permukaan wajah Tazkia yang halus.Dan sebuah suara kecil yang berasal dari dalam lemari tepat di sisi mereka berdiri jelas mengejutkan Regi yang reflek mengulurkan tangan untuk membuka lemari tersebut ketika wajahnya tiba-tiba ditarik Tazkia yang berjinjit menjalin ciuman, membuat Regi terkejut hingga menghentikan niatnya untuk membuka pintu lemari.Keduanya bercumbu saling memagut bibir dengan bernafsu ketika tiba-tiba ponsel Regi berdering.Merasa punya kesempatan untuk mengelak, Tazkia mendorong tubuh Regi agar sang suami lekas menjawab panggilan telepon itu.Setengah berdecak kesal, Regi meraih ponselnya di nakas, dan saat nama Sandra tertera di sana, Regi pun meminta izin untuk keluar sebentar hendak mengangkat teleponnya.Dengan senang hati, Tazkia mengizinkan
Hujan memang sudah reda sejak tadi, namun hawa dinginnya masih menusuk hingga ke tulang.Fadli yang saat itu hanya mengenakan sweater tipis untuk pakaian luarnya jelas menggigil saat tubuhnya kini harus berhadapan dengan terpaan angin kencang jalanan. Tak kuat menahan dingin, Fadli pun melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.Sebuah mobil mewah berwarna hitam tampak melaju cepat dari arah belakang, menukik tajam saat posisinya sudah berhasil menyamai motor Fadli.Fadli pun mengerem mendadak motornya ketika mobil hitam itu kini menghadang jalur di depannya.Seorang lelaki berjas kantor keluar dari mobil tersebut, tersenyum ramah seperti biasa.Dan Fadli cukup terkejut mendapati Regi kini ada di hadapannya.Selesai Fadli menepikan motor, lalu kedua lelaki itu berdiri saling berhadapan dengan jarak yang terbilang cukup dekat, barulah seringai mengerikan Regi terlihat jelas di mata Fadli."Maaf mengganggu waktunya sebentar, Dokter! Bisa kita bicara?" Tanya Regi dengan suaranya yang
Memasuki lobby Area Rumah Sakit di mana Dokter Fadli bekerja, Tazkia dan kedua orang tuanya menunggu kedatangan Fadli yang sudah mendaftarkan pasien bernama Gading Supriyanto di poli mata.Setibanya Fadli di sana, mereka pun langsung dipersilahkan menuju ruang pemeriksaan.Dina masuk menemani Gading saat sang suami hendak diperiksa, sementara Fadli dan Tazkia menunggu di luar ruangan."Sebelumnya, terima kasih banyak loh, kamu udah repot-repot urus pendaftaran Bapak hari ini," ucap Tazkia membuka percakapan.Lelaki berjas putih kedokteran yang duduk di sebelahnya itu tersenyum, "Nggak repot kok, justru saya malah senang bisa bantu Bapak, siapa tau setelah ini, Bapak bisa melihat normal lagi meski dalam suasana redup,""Aamiin." Sahut Tazkia. "Btw, kamu lagi nggak ada pasien? Kok bisa keluyuran?" Tanya Tazkia sedikit heran."Ada, cuma sedikit. Udah selesai tadi.""Oh, begitu.""Kamu udah makan siang belum?" Tanya Fadli kemudian."Hm, belum sih. Nanti aja tunggu Bapak selesai diperiksa,
Sore harinya, Tazkia pergi ke kediaman baru suaminya untuk menemui Sandra.Meski sadar apa yang dia lakukan akan mencoreng harga dirinya, namun Tazkia tidak perduli karena dia berpikir bagaimana pun nyawa Sandra lebih penting dari sekadar kepentingan pribadi dan ego.Jika kemarin-kemarin Tazkia memang merasa sangat membenci Sandra hingga justru menyumpahi Sandra akan mengalami nasib sial yang sama seperti dirinya, tapi kini dia justru merasa kasihan pada Sandra.Entah apa yang membuat Tazkia bisa merasakan hal ini terhadap Sandra?Kebencian itu, kecemburuan itu, kemarahan itu kini seolah hilang dalam kejapan mata, menyisakan kekhawatiran mendalam dan perasaan bersalah di hatinya.Sebelum semuanya terlambat, maka akan lebih baik Tazkia mengakhirinya sekarang.Yakni, dengan berbicara jujur tentang kebiadaban Regi yang sesungguhnya."Ada perlu apa?" Tanya Sandra saat dirinya dan Tazkia kini ada di Gazebo yang terletak di halaman belakang rumah Sandra.Sandra yang jelas terkejut mendapati
Tiga hari berlalu sejak Tazkia mendatangi Sandra ke kediaman baru suaminya, Tazkia tak sama sekali mendapat kabar apapun dari Sandra.Sandra yang tetap kekeuh tak mempercayai apa yang Tazkia katakan tentang Regi dan malah menuduh Tazkia sedang mencari cara untuk menyingkirkan Sandra dari kehidupan Regi.Sekuat apapun Tazkia berusaha meyakinkan Sandra, pada akhirnya, wanita itu tak juga mau mengerti akan bahaya yang sedang menguntitnya.Hingga akhirnya, Tazkia pun terpaksa menyerah dan pulang dengan tangan hampa.Meski tak bisa dipungkiri, jika sampai detik ini Tazkia tetap saja mengkhawatirkan kondisi Sandra.Hari ini Tazkia dimintai tolong sang Ibu untuk mengambil hasil pemeriksaan mata, Ayahnya, ke rumah sakit. Dina sibuk di rumah karena harus menyelesaikan pesanan jahitan yang akhir-akhir ini membludak jumlahnya.Padahal, saat bangun tadi, Tazkia merasa tubuhnya yang akhir-akhir ini kurang fit terasa semakin parah dari hari ke hari.Pusing di pagi hari dan mual yang menyiksa hingga
Sudah tiga hari belakangan sifat Sandra jadi dingin dan cuek pada Regi, bahkan tak jarang, Sandra hanya diam seperti boneka saat Regi mulai menggagahinya. Hal ini jelas membuat Regi kesal hingga tadi malam, seingatnya, Regi sudah membawa Sandra ke paviliun tapi yang terjadi setelahnya, lagi-lagi Regi tak mengingat apapun dan dia terbangun di dalam kamar di rumahnya, bukan di paviliun.Meremas kepalanya dengan kedua tangan, Regi mencoba mengalahkan rasa sakit yang mendera.Apa semalam dia mabuk?Pikir Regi lagi, tapi saat dia mencium aroma mulutnya, tak sama sekali terhirup aroma alkohol di sana.Merasa lelah karena tak juga mendapat jawaban atas apa yang membuatnya bingung akhir-akhir ini, Regi pun beranjak ke kamar mandi dan mendapati Sandra sedang merendam tubuhnya di bathtub, di dalam kamar mandi mereka.Tersenyum mesum, Regi melepaskan boxernya dan ikut masuk ke dalam bathtubh dengan tubuhnya yang sudah seratus persen polos.Tahu Regi kini ada bersamanya di dalam bathtub, Sandra p
Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Regi tidak bisa duduk dengan hati yang tenang.Pikiran-pikiran buruk seketika menyerbu masuk ke dalam otak, berlarian ke sana kemari tak tentu arah.Kiriman gambar-gambar kebersamaan Fadli dan Tazkia, serta rekaman video yang merekam saat detik-detik Fadli mengangkat tubuh Tazkia yang jatuh tergeletak di lantai rumah sakit, terlihat jelas oleh Regi dan terekam dalam pikirannya saat ini.Bagaimana cekatannya Fadli mengambil tindakan dengan mengangkat tubuh istrinya dan menggendongnya di depan dada.Berlari menerobos lalu lalang manusia di koridor menuju ruang IGD, dari bibirnya Fadli terus memanggil-manggil nama Tazkia.Kekhawatiran tercetak jelas pada ekspresi lelaki itu dan hal tersebut cukup bagi Regi menyimpulkan bahwa sebenarnya Fadli memang menyimpan perasaan lain terhadap Tazkia.Ya, nalurinya sebagai seorang lelaki tak bisa lagi dibohongi.Meminta pada sang supir di depan untuk melajukan kendaraan lebih cepat, Regi terus mengepalkan t
Kejadian yang dialami Fadli dan Tazkia hari ini memang tak terduga.Ketakutan Tazkia akan keselamatan Fadli membuat wanita itu tak hentinya mengingatkan Fadli untuk berhati-hati terhadap Regi.Namun santainya Fadli, dia tetap saja tersenyum dan hanya mengatakan, "Hidup dan matiku sudah ada yang mengatur, Kia. Kenapa kamu kelihatan takut sekali?" Ucap Fadli saat lelaki itu baru saja selesai berpamitan pulang pada keluarga Tazkia.Kini, mereka berdua ada di depan teras kediaman orang tua Tazkia.Tazkia yang bermaksud mengantar kepulangan Fadli malam ini, setelah seharian tadi mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama, di rumah sakit."Aku ngomong begini karena aku tahu bagaimana perangai suamiku, Fad. Aku yakin, sekarang Regi pasti sudah bebas dari penjara dengan membayar uang jaminan. Nggak mustahil kalau dia bakal cari kamu setelah ini," ucap Tazkia dengan segala kekhawatirannya yang mendalam.Lagi-lagi, Fadli tersenyum. Tatapannya menelisik wajah Tazkia yang manis, meski sedikit
Namaku, Tania Andriani.Aku terlahir dari rahim seorang wanita bernama Tazkia Andriani yang kini sudah hidup berbahagia bersama keluarga barunya. Bahkan setelah dia mengasingkan aku hanya karena Ayahku adalah seorang pembunuh.Kedua orang tua angkatku bilang, Tazkia tidak mau merawatku karena dia sangat membenci Ayahku dan berpikir, jika aku sudah besar nanti, aku akan menjadi seperti ayah.Yaitu, seorang pembunuh.Dan semua kekhawatiran itu memang menjadi kenyataan.Kini, aku menjelma menjadi seorang pembunuh tanpa ada siapapun yang mengetahuinya.Aku tidak menyesal menjadi seorang pembunuh karena bagiku, membunuh itu sangat mengasyikkan.Aku sangat menikmati saat-saat di mana mangsaku meregang nyawa secara perlahan-lahan.Memohon, menangis, merintih dan menghiba di hadapanku.Sayangnya, setelah bertahun-tahun berburu tanpa meninggalkan jejak, akhirnya aku melakukan kesalahan fatal saat aku membunuh seorang lelaki bernama Gerald yang ternyata adalah kekasih Cindy, dia adikku. Anak Ta
Seorang gadis berambut panjang bergelombang terlihat berjalan menyusuri trotoar pejalan kaki yang tertutup salju.Dia memasukkan kedua tangannya di balik saku jaket tebalnya.Sesekali bersiul-siul santai sekadar mengusir hawa dingin yang merasuk serta merta. Membuat tubuhnya terus menggigil.Ingin rasanya dia segera sampai di rumah untuk menghangatkan tubuh.Secangkir coklat panas dengan sepotong cake blueberry buatan sang Ibunda terbayang dalam benaknya. Mendadak perutnya jadi keroncongan.Salju yang turun di kota London pada musim dingin kali ini memang cukup lebat dari biasanya. Itulah sebabnya, banyak jalanan ditutup karena badai salju yang tak kunjung berhenti."Assalamualaikum," ucapnya seperti biasa setiap kali memasuki rumah. Meski dia dilahirkan dan menetap di kota yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun sebagai seorang muslim, dia wajib melaksanakan semua yang memang menjadi ajaran Agamanya, yaitu Islam. Dan mengucapkan salam adalah hal penting dalam keluarga merek
"HUKUM MATI FADLI SI PEMBUNUH!""DIA SAMA SAJA DENGAN AYAHNYA!""BAHKAN HUKUMAN MATI SAJA BELUM CUKUP UNTUK MEMBALAS PERBUATAN KEJI MEREKA!""ARAK MEREKA DAN RAJAM SAMPAI MATI!""MEREKA MONSTER YANG SANGAT MENGERIKAN!""PEMERINTAH HARUS SEGERA MENINDAK TEGAS KASUS INI!""JANGAN BODOHI MASYARAKAT LAGI!"Semua masa dari berbagai kalangan turun ke jalan, menyuarakan aksi protes atas ketidakbecusan pemerintah dan aparat kepolisian dalam mengungkap kasus pembunuhan berantai selama ini.Publik kembali dibuat tercengang saat Fadli Al-Hakim, seorang Dokter umum dengan paras tampannya, perilakunya yang sopan, bersahaja dan sangat baik itu ternyata adalah seorang psikopat!Dia lah pembunuh berantai yang sudah menghabisi hampir dua puluh nyawa manusia tidak berdosa dengan cara yang teramat sangat sadis.Melalui bukti berupa jari dan isi tulisan dalam buku diarinya, hari itu Fadli menyerahkan diri kepada pihak kepolisian hingga kabar itu pun menyebar dan memancing emosi penduduk.Wartawan dan masy
Regi terus mencoba menghubungi Fadli saat itu, namun ponsel Fadli tak juga aktif.Dia sudah mencari Fadli ke tempat yang selama ini Regi sediakan untuk Fadli bersembunyi tapi Fadli tidak ada di sana.Dan Regi sudah menduga, Fadli pasti sedang berada bersama Karina saat ini.Itulah sebabnya, Regi mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Karina sebelum wanita itu benar-benar melakukan sesuatu terhadap Fadli.Regi menduga, tak menutup kemungkinan, Karina akan membunuh Fadli dengan tangannya sendiri sebagai pembalasan dendam atas apa yang telah terjadi kepada kekasihnya, Jervian.Tak lama, saat Regi dan anak buahnya, serta Angela dan timnya pun turut serta mencari kemana Karina membawa Fadli pergi, Regi mendapatkan sebuah pesan singkat dari seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah ibu kandung Fadli.Pesan itu berisi...Aku tau kemana Karina membawa Fadli.Dan melalui bantuan wanita itulah akhirnya Regi berhasil menemukan Fadli dan Karina.Hari itu, tengah malam buta, K
15 MaretUsiaku enam tahun.Hari ini cerah.Tapi, seekor kucing membuatku kesal dengan suaranya yang berisik ketika aku sedang bermain.Aku menangkap kucing itu dan membelah isi perutnya.Ternyata, kucing itu sedang hamil.*17 MaretDua hari setelah aku membelah perut kucing.Hari ini mendung.Ayah memukulku setelah mendapat laporan dari tetangga yang kehilangan kucing dan mengetahui aku yang telah membunuh kucingnya.Ayah memarahiku habis-habisan di depan banyak orang.Aku sangat kesal padanya, tapi Ibu selalu menghalangiku saat aku ingin membalas perbuatan Ayah terhadapku.*25 MaretSatu minggu kemudian.Hari ini gerimis.Ayah mencoba membunuh adikku, saat itu dia sedang mabuk, tapi Ibu menolong adikku, hingga akhirnya, Ibu menjadi bulan-bulanan Ayah.Jervian yang menolong Ibu waktu itu.*21 Januari.Satu tahun kemudian.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke ar
Waktu dua bulan sudah lebih dari cukup bagi Tazkia memulihkan kondisi kesehatan fisik dan mentalnya akibat kematian kedua orang tua dan janin di dalam kandungannya.Kini, Tazkia sudah benar-benar pulih dan bisa beraktifitas normal kembali.Hanya saja, satu hal yang masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Tazkia saat ini adalah kepergian Fadli dari kehidupannya.Lelaki itu seperti menghilang di telan bumi bahkan sejak Tazkia sadar dari komanya setelah operasi, Tazkia tak pernah melihat keberadaan Fadli di sisinya.Regi bilang, Fadli ditugaskan untuk menjadi Dokter sukarelawan di desa terpencil yang letaknya berada di pelosok negeri, itulah sebabnya, Fadli akan kesulitan menghubungi Tazkia begitu juga sebaliknya.Tapi logikanya, sesulit apapun sinyal di tempat Fadli mengemban tugas saat ini, masa iya, sudah dua bulan lebih dia tak sama sekali memberi kabar pada anak dan istrinya, satu kali pun?Bukankah itu mustahil?Kembali, entah untuk yang ke berapa ratus kalinya Tazkia menengok
Bergas mengutuk kebodohannya yang sudah termakan bujuk rayu Tristan.Nyatanya, selama ini dirinya sudah dibohongi oleh Tristan yang merupakan kaki tangan Syarif.Syarif dan Tristan bekerjasama memanfaatkan dirinya agar terjalin kerjasama diantara Bergas dengan Perusahaan Gen Corporation di mana pemilik perusahaan itu ternyata adalah Regi Haidarzaim yang merupakan mantan suami Tazkia yang kini menikah dengan Fadli."Jadi selama ini, anda sudah menipu saya, Pak?" Tanya Bergas pada Syarif dalam pertemuan rahasia mereka. "Setelah apa yang sudah saya lakukan untuk anda, tapi apa yang anda lakukan pada saya?" teriak Bergas lagi saat dia mengetahui bahwa izin penelitiannya sudah benar-benar dicabut. Bahkan Syarif melarang Bergas untuk melakukan tes DNA terhadap para Ibu hamil terduga memiliki keturunan dengan Gen Psikopat.Penelitian itu resmi dihentikan dan ditutup untuk selama-lamanya setelah salah seorang peneliti lain yang merupakan anak buah Syarif mengumumkan ke publik bahwa penelitian
Sore ini Tazkia sadar setelah seharian kemarin dia mengalami koma pasca pendarahan hebat yang dialaminya.Masih dengan tubuh yang sangat lemah Tazkia hanya bisa mengedipkan mata, bahkan untuk sekadar menoleh saja dia merasa kesulitan.Tazkia tidak mendapati keberadaan siapapun di dalam ruangan rawatnya saat itu.Dalam diam, kedua bola mata Tazkia mengerjap saat hawa panas menjalarinya. Memancing bendungan air mata yang perlahan menetes di pelipisnya.Sekelebat bayangan jasad kedua orang tuanya yang tergantung dengan keadaan yang mengerikan kembali terlintas dalam benak Tazkia saat itu."Ibu... Bapak..." gumamnya dalam tangis.Pintu ruang rawat yang terbuka membuat tatapan Tazkia teralihkan.Melalui lirikan matanya saat itu, Tazkia menangkap samar sesosok tubuh lelaki yang perlahan mendekatinya.Buru-buru Tazkia memejamkan mata.Berpura-pura belum sadar."Bu Tazkia belum sadar, Pak." ucap suara asing yang tertangkap indra pendengaran Tazkia."Dokter sudah memeriksa keadaannya hari ini?
"Sayangnya, Tazkia akan sangat membencimu jika dia sampai tahu siapa kamu sebenarnya! Terlebih, tentang kisah masa lalu mu dengannya! Tentang alasan mengapa dulu kamu selalu menstalkingnya sewaktu kalian masih SMA. Bukan karena kamu yang menyukainya, tapi karena kamu yang ingin membunuhnya!""Dari mana kamu tahu soal itu?" Tanya Fadli cepat. Lelaki itu benar-benar terkejut.Karina tersenyum miring. Melipat kedua tangan di depan dada, dia kembali duduk di sofa. "Pertanyaan yang kamu ajukan itu kedengarannya sangat lucu bagiku, Jer! Jelas-jelas, kamu sendiri yang sudah menceritakan semua rahasia pribadimu padaku. Semua rencana pembunuhanmu, termasuk siapa target pembunuhanmu selanjutnya jika saja malam itu Jervian tidak menghentikanmu! Aku tau semuanya, Jer..."Fadli yang mulai termakan omongan Karina lekas mendekat dan mengambil posisi duduk di sisi wanita itu. Menarik kedua bahu Karina agar duduk menghadapnya. "Coba, katakan, katakan semua rahasia pribadiku yang kamu ketahui, jika mem