Tiga hari berlalu sejak Tazkia mendatangi Sandra ke kediaman baru suaminya, Tazkia tak sama sekali mendapat kabar apapun dari Sandra.Sandra yang tetap kekeuh tak mempercayai apa yang Tazkia katakan tentang Regi dan malah menuduh Tazkia sedang mencari cara untuk menyingkirkan Sandra dari kehidupan Regi.Sekuat apapun Tazkia berusaha meyakinkan Sandra, pada akhirnya, wanita itu tak juga mau mengerti akan bahaya yang sedang menguntitnya.Hingga akhirnya, Tazkia pun terpaksa menyerah dan pulang dengan tangan hampa.Meski tak bisa dipungkiri, jika sampai detik ini Tazkia tetap saja mengkhawatirkan kondisi Sandra.Hari ini Tazkia dimintai tolong sang Ibu untuk mengambil hasil pemeriksaan mata, Ayahnya, ke rumah sakit. Dina sibuk di rumah karena harus menyelesaikan pesanan jahitan yang akhir-akhir ini membludak jumlahnya.Padahal, saat bangun tadi, Tazkia merasa tubuhnya yang akhir-akhir ini kurang fit terasa semakin parah dari hari ke hari.Pusing di pagi hari dan mual yang menyiksa hingga
Sudah tiga hari belakangan sifat Sandra jadi dingin dan cuek pada Regi, bahkan tak jarang, Sandra hanya diam seperti boneka saat Regi mulai menggagahinya. Hal ini jelas membuat Regi kesal hingga tadi malam, seingatnya, Regi sudah membawa Sandra ke paviliun tapi yang terjadi setelahnya, lagi-lagi Regi tak mengingat apapun dan dia terbangun di dalam kamar di rumahnya, bukan di paviliun.Meremas kepalanya dengan kedua tangan, Regi mencoba mengalahkan rasa sakit yang mendera.Apa semalam dia mabuk?Pikir Regi lagi, tapi saat dia mencium aroma mulutnya, tak sama sekali terhirup aroma alkohol di sana.Merasa lelah karena tak juga mendapat jawaban atas apa yang membuatnya bingung akhir-akhir ini, Regi pun beranjak ke kamar mandi dan mendapati Sandra sedang merendam tubuhnya di bathtub, di dalam kamar mandi mereka.Tersenyum mesum, Regi melepaskan boxernya dan ikut masuk ke dalam bathtubh dengan tubuhnya yang sudah seratus persen polos.Tahu Regi kini ada bersamanya di dalam bathtub, Sandra p
Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Regi tidak bisa duduk dengan hati yang tenang.Pikiran-pikiran buruk seketika menyerbu masuk ke dalam otak, berlarian ke sana kemari tak tentu arah.Kiriman gambar-gambar kebersamaan Fadli dan Tazkia, serta rekaman video yang merekam saat detik-detik Fadli mengangkat tubuh Tazkia yang jatuh tergeletak di lantai rumah sakit, terlihat jelas oleh Regi dan terekam dalam pikirannya saat ini.Bagaimana cekatannya Fadli mengambil tindakan dengan mengangkat tubuh istrinya dan menggendongnya di depan dada.Berlari menerobos lalu lalang manusia di koridor menuju ruang IGD, dari bibirnya Fadli terus memanggil-manggil nama Tazkia.Kekhawatiran tercetak jelas pada ekspresi lelaki itu dan hal tersebut cukup bagi Regi menyimpulkan bahwa sebenarnya Fadli memang menyimpan perasaan lain terhadap Tazkia.Ya, nalurinya sebagai seorang lelaki tak bisa lagi dibohongi.Meminta pada sang supir di depan untuk melajukan kendaraan lebih cepat, Regi terus mengepalkan t
Kejadian yang dialami Fadli dan Tazkia hari ini memang tak terduga.Ketakutan Tazkia akan keselamatan Fadli membuat wanita itu tak hentinya mengingatkan Fadli untuk berhati-hati terhadap Regi.Namun santainya Fadli, dia tetap saja tersenyum dan hanya mengatakan, "Hidup dan matiku sudah ada yang mengatur, Kia. Kenapa kamu kelihatan takut sekali?" Ucap Fadli saat lelaki itu baru saja selesai berpamitan pulang pada keluarga Tazkia.Kini, mereka berdua ada di depan teras kediaman orang tua Tazkia.Tazkia yang bermaksud mengantar kepulangan Fadli malam ini, setelah seharian tadi mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama, di rumah sakit."Aku ngomong begini karena aku tahu bagaimana perangai suamiku, Fad. Aku yakin, sekarang Regi pasti sudah bebas dari penjara dengan membayar uang jaminan. Nggak mustahil kalau dia bakal cari kamu setelah ini," ucap Tazkia dengan segala kekhawatirannya yang mendalam.Lagi-lagi, Fadli tersenyum. Tatapannya menelisik wajah Tazkia yang manis, meski sedikit
Brugh!Fadli tersadar dari pingsannya ketika merasakan tubuhnya baru saja dibanting cukup keras ke lantai hingga saat dia membuka mata, Fadli hanya bisa menangkap dan merasakan dinginnya lantai tersebut.Tubuh lelaki itu kini tergolek dalam posisi tertelungkup di lantai sebuah ruangan yang cukup besar. Di mana di dalam ruangan itu terdapat Regi dan beberapa anak buahnya yang sudah menunggu kedatangan Fadli sejak tadi.Sebuah sepatu hitam yang berada begitu dekat dengan wajahnya yang masih menempel di lantai, mengalihkan pandangan Fadli yang masih mengabur.Hembusan napas lelaki itu terhembus tak beraturan. Sedikit terputus-putus akibat nyeri yang dia rasakan pada kakinya yang semakin menjadi-jadi.Belum sempat Fadli bergerak, dia merasakan sebuah tangan kini menjambak rambutnya, membuat kepala sang dokter terdongak ke atas dan mendapati wajah seorang lelaki dalam penglihatannya yang masih samar."Selamat malam, Pak Dokter?" Sapa lelaki yang kini masih menjambak rambut Fadli. Suara lel
Tazkia turun dari ojek yang mengantarnya menuju kediaman Sandra. Menengok pintu gerbang yang terbuka, dengan dua orang satpam yang tertidur pulas di pos jaga, Tazkia pun langsung masuk ke dalam.Mengucapkan salam, memanggil nama Sandra, Tazkia tak mendapati suara apapun dari dalam sana.Melongokkan kepala ke dalam rumah dengan posisi pintunya yang sedikit terbuka, Tazkia tak melihat siapapun di dalam sana.Hening, seketika menyergap saat derap langkah Tazkia diam-diam memasuki rumah. Setelah maju beberapa langkah, sampai di ruang tengah, Tazkia justru dikejutkan dengan keberadaan sekelompok orang yang tertidur masal di sana. Bergelimpangan seperti mayat yang tak bernyawa.Astaghfirullah!Tazkia terpekik dalam hati, berpikir apa jangan-jangan semua manusia di hadapannya sekarang memang sudah mati?Napas Tazkia tercekat. Tungkai kakinya seketika lemas."Kia!"Tazkia terlonjak kaget saat seseorang menepuk bahunya dari belakang dan langsung mengajak Tazkia pergi dari ruangan itu."Sa-Sand
Seperti apa yang sudah diceritakan Sandra pada Tazkia saat mereka berada bersama di dalam paviliun, Tazkia dengan segenap keberaniannya kini tengah bersembunyi di lokasi yang juga sudah Sandra beritahukan.Sebuah obat bius tergenggam di tangan Tazkia yang terus saja gemetaran.Obat bius yang juga diberikan Sandra padanya sebagai bentuk pertahanan diri jika sesuatu hal buruk menimpanya malam ini di dalam paviliun itu.*"Tazkia, apa kamu mengenal Jhio?" Tanya Sandra saat kedua wanita itu sudah berada di dalam paviliun.Kening Tazkia berkerut, "kenapa kamu bertanya tentang Jhio? Di mana Fadli? Aku ingin bertemu dengan Fadli!" Ucap Tazkia yang terlihat semakin panik."Tenang, tenang, Kia. Fadli sudah aman. Dia sudah dibawa ke rumah sakit bersama Ilham. Kamu nggak perlu khawatir, oke?""Kalau begitu, aku mau ke rumah sakit sekarang,"Tazkia hendak pergi, namun kalimat yang diucapkan Sandra setelahnya membuat langkah Tazkia terhenti seketika."Jhio akan membunuh Regi malam ini!"Deg!Jantu
Regi akhirnya sampai di kediamannya setelah dia mengecek kebenaran mengenai gudang penyimpanan barang-barang berharganya yang terbakar.Dan sialnya, kabar itu memang benar.Gudang itu kini telah hangus. Habis dilalap si jago merah.Tak menyisakam sedikit pun untuk Regi.Dengan keadaan kalut dan amarah yang membendung di dada, Regi ingin menuntaskan pekerjaannya untuk membunuh Fadli, hanya saja, apa yang dia saksikan setelahnya di dalam rumah baru yang dia tempati bersama Sandra, Regi benar-benar terkejut.Mayat-mayat bergelimpangan di ruang tamu dan ruang tengah.Keadaan rumahnya yang sudah kacau balau.Itulah sebabnya, dia tak menemukan dua orang satpam penjaga di pos jaga rumahnya tadi.Karena mayat kedua satpamnya itu pun kini ikut tergeletak di lantai di ruang tamu."Sandra? Sandra?" Regi berteriak. Ada sejumput rasa khawatir dalam benak Regi saat dia mengingat akan keberadaan Sandra di rumah ini. Berharap dalam hati, Sandra baik-baik saja.Lelaki itu berlari tergesa menaiki tangg