Regi akhirnya sampai di kediamannya setelah dia mengecek kebenaran mengenai gudang penyimpanan barang-barang berharganya yang terbakar.Dan sialnya, kabar itu memang benar.Gudang itu kini telah hangus. Habis dilalap si jago merah.Tak menyisakam sedikit pun untuk Regi.Dengan keadaan kalut dan amarah yang membendung di dada, Regi ingin menuntaskan pekerjaannya untuk membunuh Fadli, hanya saja, apa yang dia saksikan setelahnya di dalam rumah baru yang dia tempati bersama Sandra, Regi benar-benar terkejut.Mayat-mayat bergelimpangan di ruang tamu dan ruang tengah.Keadaan rumahnya yang sudah kacau balau.Itulah sebabnya, dia tak menemukan dua orang satpam penjaga di pos jaga rumahnya tadi.Karena mayat kedua satpamnya itu pun kini ikut tergeletak di lantai di ruang tamu."Sandra? Sandra?" Regi berteriak. Ada sejumput rasa khawatir dalam benak Regi saat dia mengingat akan keberadaan Sandra di rumah ini. Berharap dalam hati, Sandra baik-baik saja.Lelaki itu berlari tergesa menaiki tangg
Begitu pintu paviliun itu ditutup oleh Jhio, sebenarnya, Jhio tau apa yang terjadi di luar sana.Edhie dan komplotannya sudah berhasil Jhio amankan dan mereka tak akan bisa mengganggu rencananya kali ini.Sementara itu, anak buah Jhio yang lain pasti langsung bertindak melancarkan aksi mereka untuk membekuk Sandra, Milly dan Aster.Tiga wanita itu memang tangguh, tapi tanpa bantuan Edhie dan rekan laki-laki mereka, mereka tetaplah wanita lemah yang pada akhirnya akan kalah.Itulah sebabnya, kini Jhio bisa mengumpulkan semua orang itu di dalam paviliun ini dan memberikan penghormatan terakhir pada Regi sebelum lelaki itu benar-benar dinyatakan meninggal.Begitu suara letusan senjata itu terdengar dan timah panas itu benar-benar mengena tepat sasaran di dada Regi, tubuh lelaki itu pun langsung rubuh dengan bersimbah darah.Jhio pun menginstruksikan beberapa anak buahnya untuk lekas membawa tubuh Regi yang sudah tak bernyawa itu bersama mereka.Menepuk bahu Tazkia yang terduduk lemas di l
Hari yang cerah di senja yang indah.Fadli mengajak Tazkia keluar untuk berjalan-jalan.Dengan keadaan Tazkia yang sedang mengandung, berjalan berdua di sebuah taman kota yang dipenuhi bunga berwarna-warni, mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang menantikan detik-detik kelahiran anak pertama mereka."Gimana hasil check up kandungan kamu kemarin? Jadi USG?" Tanya Fadli memulai percakapan."Jadi Fad. Jenis kelaminnya, laki-laki," jawab Tazkia sumringah. "Dan Alhamdulillah, sehat,"Fadli menganggukkan kepala, "bagus deh kalau begitu, aku ikut senang,"Keduanya saling lirik dan melempar senyum.Selama enam bulan belakangan, hubungan yang terjalin di antara Fadli dan Tazkia memang semakin dekat.Bahkan tak jarang, Fadli kerap mengantar Tazkia untuk check up kandungan ke klinik.Hubungan mereka jelas disambut baik oleh keluarga Tazkia yang memang sangat menyukai Fadli. Tak hanya baik pada Tazkia, Fadli pun sangat perhatian pada kondisi kesehatan Ayah Tazkia.Dan hal itu mem
Flash Back..."Apa sebelumnya, Regi sudah pernah bercerita tentang siapa aku?" Tanya Jhio kemudian. Tatapannya lurus meneliti wajah wanita berhijab di hadapannya.Tazkia mengangguk, tanpa berkata apapun.Jhio mengulum bibir, memperlihatkan sesuatu pada Tazkia.Selembar foto hitam putih yang sudah usang.Tazkia menatap gambar itu dengan ekspresinya yang masih terlihat bingung."Aku datang ke sini memang untuk membunuh Regi karena aku sangat membenci dia setelah apa yang Ayahnya lakukan terhadap Ibuku... Tapi..." Jhio menggantung kalimatnya. Menatap lembaran foto di atas meja.Lalu berucap lirih..."Setelah aku tahu siapa dia sebenarnya, aku tidak bisa melakukan itu, karena janjiku pada ibuku sebelum beliau wafat..."Tatapan Jhio beralih pada selembar foto yang dia perlihatkan pada Tazkia tadi.Di mana di dalam foto tersebut tampak foto seorang bayi laki-laki mungil yang sangat menggemaskan."Ini adalah foto adikku," ucap Jhio kemudian."Adik? Maksudmu, Regi?" Terka Tazkia takut-takut.
Pada akhirnya, Jhio bisa menutup mata dengan tenang.Perusahaan yang telah dia rintis bertahun-tahun kini aman di tangan Regi.Masih di area pemakaman setelah jasad Jhio dikebumikan, inilah kali pertama Regi kembali menginjakkan kakinya di Indonesia, di tanah kelahirannya, namun dengan identitas baru yang tentu tak akan ada orang yang mengetahuinya.Satu tahun yang lalu, saat di mana Jhio membawa dirinya meninggalkan Indonesia, Jhio sudah merekayasa kematian Regi di Indonesia dengan jasad orang lain yang menggantikan Regi.Jasad orang lain yang memakai seluruh pakaian Regi itu ditemukan di gudang kosong yang tak jauh dari kediaman pribadi Regi bersama Sandra dahulu.Jasad itu ditemukan dalam keadaan tubuh hangus terbakar sehingga sulit dikenali, hanya saja, sisa pakaian dan beberapa benda yang berada di tubuh korban yang diyakini petugas kepolisian adalah benda milik Regi, memperkuat bukti bahwa jasad tersebut adalah jasad Regi.*"Mulai sekarang, kamu akan menggantikan posisiku sebag
Hai Kia, apa kabar?Semoga kamu baik-baik saja.Setelah mendengar semua penjelasan Kakakku, aku pun mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi di antara dirimu dengan Fadli di masa lalu.Jika memang kenyataannya aku tahu sejak awal bahwa hatimu mencintai lelaki lain, mungkin aku tidak akan susah payah membuang waktuku untuk menjebakmu dalam pernikahan kita yang tak sehat.Nyatanya, semua ucapanmu selama hidup bersamaku hanya sebuah kepalsuan.Kamu pasti sangat tertekan selama hidup bersamaku, bukan?Bahkan kamu sudah tak bahagia sejak awal pernikahan kita dimulai.Lalu, kenapa kamu membohongiku malam itu?Kenapa, Kia?Kenapa saat aku melamarmu dan menyatakan perasaanku padamu, lantas kamu langsung menerima lamaranku padahal, aku jelas-jelas mengatakan padamu untuk tidak memulai apapun jika memang kamu meragukannya.Maka aku yang akan mundur.Aku tahu, caraku untuk mendapatkan dirimu memang licik. Hanya saja, aku tak memiliki pilihan lain selain menggunakan cara itu.Jika memang alas
21 Januari.Hari kematian Ibu.Ayah yang sudah membunuh Ibuku.Lelaki itu menyiksa ibu secara brutal di hadapanku.Begitu melihatku berdiri di pintu kamar, Ibu berlari ke arahku tapi tubuhnya sudah lebih dulu ditangkap kembali oleh Ayah yang setelahnya mengunci pintu kamar dari dalam.Aku masih di sana, berdiri di depan pintu kamar kedua orang tuaku saat teriakan demi teriakan Ibu terdengar.Sampai akhirnya, semua kegaduhan itu terhenti.Tak ada suara apapun terdengar dari dalam kamar Itu.Hanya ada keheningan.Lalu pintu kamar terbuka.Ayah keluar setelah dia menatapku dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Di tangannya dia menggenggam sebilah pisau.Pakaian lelaki itu bersimbah darah begitu juga dengan pisau di tangannya.Dan saat aku mengalihkan tatapan ke dalam kamar, aku menyaksikan sesuatu yang begitu mengerikan terjadi pada Ibuku.Aku berjalan mendekatinya, melihat tangannya bergerak hendak menggapai diriku, seperti ingin meminta tolong.Tapi, anehnya, aku sama sekali tak mer
"Halo, dengan Nyonya Tazkia Andriani?" sapa sebuah suara seorang wanita di seberang."Ya, saya Tazkia. Ini siapa?" Tanya Tazkia to the point."Apakah kamu merindukan suamimu, Nyonya? Suamimu saat ini sedang bersamaku. Kami sudah tidur bersama selama dua bulan belakangan ini." ucap wanita itu lagi.Tazkia tercekat.Ponsel yang menempel di telinga wanita berhijab itu hampir terjatuh, saking dia terkejut.Tazkia berusaha bicara, "ma-maaf, anda siapa ya?" tanyanya sedikit terbata.Wanita di ujung telepon itu mengesah berat. Tawanya terdengar samar. "Tidak perlu dijelaskan, harusnya anda tau siapa aku, seperti halnya aku yang sudah mengetahui semua hal tentang diri anda, NYONYA TAZKIA ANDRIANI!"Tazkia menelan salivanya susah payah. Berusaha mengendalikan diri, dia harus tenang."Maaf sebelumnya, saya benar-benar tidak tahu siapa anda. Sepertinya, anda sudah salah orang. Memang benar, nama saya Tazkia Andriani, tapi, yang saya ketahui, sejauh ini, suami saya adalah lelaki baik-baik yang tid