Hujan memang sudah reda sejak tadi, namun hawa dinginnya masih menusuk hingga ke tulang.Fadli yang saat itu hanya mengenakan sweater tipis untuk pakaian luarnya jelas menggigil saat tubuhnya kini harus berhadapan dengan terpaan angin kencang jalanan. Tak kuat menahan dingin, Fadli pun melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.Sebuah mobil mewah berwarna hitam tampak melaju cepat dari arah belakang, menukik tajam saat posisinya sudah berhasil menyamai motor Fadli.Fadli pun mengerem mendadak motornya ketika mobil hitam itu kini menghadang jalur di depannya.Seorang lelaki berjas kantor keluar dari mobil tersebut, tersenyum ramah seperti biasa.Dan Fadli cukup terkejut mendapati Regi kini ada di hadapannya.Selesai Fadli menepikan motor, lalu kedua lelaki itu berdiri saling berhadapan dengan jarak yang terbilang cukup dekat, barulah seringai mengerikan Regi terlihat jelas di mata Fadli."Maaf mengganggu waktunya sebentar, Dokter! Bisa kita bicara?" Tanya Regi dengan suaranya yang
Memasuki lobby Area Rumah Sakit di mana Dokter Fadli bekerja, Tazkia dan kedua orang tuanya menunggu kedatangan Fadli yang sudah mendaftarkan pasien bernama Gading Supriyanto di poli mata.Setibanya Fadli di sana, mereka pun langsung dipersilahkan menuju ruang pemeriksaan.Dina masuk menemani Gading saat sang suami hendak diperiksa, sementara Fadli dan Tazkia menunggu di luar ruangan."Sebelumnya, terima kasih banyak loh, kamu udah repot-repot urus pendaftaran Bapak hari ini," ucap Tazkia membuka percakapan.Lelaki berjas putih kedokteran yang duduk di sebelahnya itu tersenyum, "Nggak repot kok, justru saya malah senang bisa bantu Bapak, siapa tau setelah ini, Bapak bisa melihat normal lagi meski dalam suasana redup,""Aamiin." Sahut Tazkia. "Btw, kamu lagi nggak ada pasien? Kok bisa keluyuran?" Tanya Tazkia sedikit heran."Ada, cuma sedikit. Udah selesai tadi.""Oh, begitu.""Kamu udah makan siang belum?" Tanya Fadli kemudian."Hm, belum sih. Nanti aja tunggu Bapak selesai diperiksa,
Sore harinya, Tazkia pergi ke kediaman baru suaminya untuk menemui Sandra.Meski sadar apa yang dia lakukan akan mencoreng harga dirinya, namun Tazkia tidak perduli karena dia berpikir bagaimana pun nyawa Sandra lebih penting dari sekadar kepentingan pribadi dan ego.Jika kemarin-kemarin Tazkia memang merasa sangat membenci Sandra hingga justru menyumpahi Sandra akan mengalami nasib sial yang sama seperti dirinya, tapi kini dia justru merasa kasihan pada Sandra.Entah apa yang membuat Tazkia bisa merasakan hal ini terhadap Sandra?Kebencian itu, kecemburuan itu, kemarahan itu kini seolah hilang dalam kejapan mata, menyisakan kekhawatiran mendalam dan perasaan bersalah di hatinya.Sebelum semuanya terlambat, maka akan lebih baik Tazkia mengakhirinya sekarang.Yakni, dengan berbicara jujur tentang kebiadaban Regi yang sesungguhnya."Ada perlu apa?" Tanya Sandra saat dirinya dan Tazkia kini ada di Gazebo yang terletak di halaman belakang rumah Sandra.Sandra yang jelas terkejut mendapati
Tiga hari berlalu sejak Tazkia mendatangi Sandra ke kediaman baru suaminya, Tazkia tak sama sekali mendapat kabar apapun dari Sandra.Sandra yang tetap kekeuh tak mempercayai apa yang Tazkia katakan tentang Regi dan malah menuduh Tazkia sedang mencari cara untuk menyingkirkan Sandra dari kehidupan Regi.Sekuat apapun Tazkia berusaha meyakinkan Sandra, pada akhirnya, wanita itu tak juga mau mengerti akan bahaya yang sedang menguntitnya.Hingga akhirnya, Tazkia pun terpaksa menyerah dan pulang dengan tangan hampa.Meski tak bisa dipungkiri, jika sampai detik ini Tazkia tetap saja mengkhawatirkan kondisi Sandra.Hari ini Tazkia dimintai tolong sang Ibu untuk mengambil hasil pemeriksaan mata, Ayahnya, ke rumah sakit. Dina sibuk di rumah karena harus menyelesaikan pesanan jahitan yang akhir-akhir ini membludak jumlahnya.Padahal, saat bangun tadi, Tazkia merasa tubuhnya yang akhir-akhir ini kurang fit terasa semakin parah dari hari ke hari.Pusing di pagi hari dan mual yang menyiksa hingga
Sudah tiga hari belakangan sifat Sandra jadi dingin dan cuek pada Regi, bahkan tak jarang, Sandra hanya diam seperti boneka saat Regi mulai menggagahinya. Hal ini jelas membuat Regi kesal hingga tadi malam, seingatnya, Regi sudah membawa Sandra ke paviliun tapi yang terjadi setelahnya, lagi-lagi Regi tak mengingat apapun dan dia terbangun di dalam kamar di rumahnya, bukan di paviliun.Meremas kepalanya dengan kedua tangan, Regi mencoba mengalahkan rasa sakit yang mendera.Apa semalam dia mabuk?Pikir Regi lagi, tapi saat dia mencium aroma mulutnya, tak sama sekali terhirup aroma alkohol di sana.Merasa lelah karena tak juga mendapat jawaban atas apa yang membuatnya bingung akhir-akhir ini, Regi pun beranjak ke kamar mandi dan mendapati Sandra sedang merendam tubuhnya di bathtub, di dalam kamar mandi mereka.Tersenyum mesum, Regi melepaskan boxernya dan ikut masuk ke dalam bathtubh dengan tubuhnya yang sudah seratus persen polos.Tahu Regi kini ada bersamanya di dalam bathtub, Sandra p
Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Regi tidak bisa duduk dengan hati yang tenang.Pikiran-pikiran buruk seketika menyerbu masuk ke dalam otak, berlarian ke sana kemari tak tentu arah.Kiriman gambar-gambar kebersamaan Fadli dan Tazkia, serta rekaman video yang merekam saat detik-detik Fadli mengangkat tubuh Tazkia yang jatuh tergeletak di lantai rumah sakit, terlihat jelas oleh Regi dan terekam dalam pikirannya saat ini.Bagaimana cekatannya Fadli mengambil tindakan dengan mengangkat tubuh istrinya dan menggendongnya di depan dada.Berlari menerobos lalu lalang manusia di koridor menuju ruang IGD, dari bibirnya Fadli terus memanggil-manggil nama Tazkia.Kekhawatiran tercetak jelas pada ekspresi lelaki itu dan hal tersebut cukup bagi Regi menyimpulkan bahwa sebenarnya Fadli memang menyimpan perasaan lain terhadap Tazkia.Ya, nalurinya sebagai seorang lelaki tak bisa lagi dibohongi.Meminta pada sang supir di depan untuk melajukan kendaraan lebih cepat, Regi terus mengepalkan t
Kejadian yang dialami Fadli dan Tazkia hari ini memang tak terduga.Ketakutan Tazkia akan keselamatan Fadli membuat wanita itu tak hentinya mengingatkan Fadli untuk berhati-hati terhadap Regi.Namun santainya Fadli, dia tetap saja tersenyum dan hanya mengatakan, "Hidup dan matiku sudah ada yang mengatur, Kia. Kenapa kamu kelihatan takut sekali?" Ucap Fadli saat lelaki itu baru saja selesai berpamitan pulang pada keluarga Tazkia.Kini, mereka berdua ada di depan teras kediaman orang tua Tazkia.Tazkia yang bermaksud mengantar kepulangan Fadli malam ini, setelah seharian tadi mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama, di rumah sakit."Aku ngomong begini karena aku tahu bagaimana perangai suamiku, Fad. Aku yakin, sekarang Regi pasti sudah bebas dari penjara dengan membayar uang jaminan. Nggak mustahil kalau dia bakal cari kamu setelah ini," ucap Tazkia dengan segala kekhawatirannya yang mendalam.Lagi-lagi, Fadli tersenyum. Tatapannya menelisik wajah Tazkia yang manis, meski sedikit
Brugh!Fadli tersadar dari pingsannya ketika merasakan tubuhnya baru saja dibanting cukup keras ke lantai hingga saat dia membuka mata, Fadli hanya bisa menangkap dan merasakan dinginnya lantai tersebut.Tubuh lelaki itu kini tergolek dalam posisi tertelungkup di lantai sebuah ruangan yang cukup besar. Di mana di dalam ruangan itu terdapat Regi dan beberapa anak buahnya yang sudah menunggu kedatangan Fadli sejak tadi.Sebuah sepatu hitam yang berada begitu dekat dengan wajahnya yang masih menempel di lantai, mengalihkan pandangan Fadli yang masih mengabur.Hembusan napas lelaki itu terhembus tak beraturan. Sedikit terputus-putus akibat nyeri yang dia rasakan pada kakinya yang semakin menjadi-jadi.Belum sempat Fadli bergerak, dia merasakan sebuah tangan kini menjambak rambutnya, membuat kepala sang dokter terdongak ke atas dan mendapati wajah seorang lelaki dalam penglihatannya yang masih samar."Selamat malam, Pak Dokter?" Sapa lelaki yang kini masih menjambak rambut Fadli. Suara lel