Share

50. Kejutan

Author: Lynelle Kim
last update Last Updated: 2024-01-06 20:00:22

“Ada apa denganmu, Sayang? Kenapa tiba-tiba kau menangis?” tanya Arabella heran. Mobil sudah masuk ke pekarangan rumah dan berhenti di depan pintu garasi.

Sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Kimiko dan Peter di sini.

“Ayo turun, Jonah. Apa kau menangis karena merindukan kamarmu? Sebentar lagik kau akan kembali ke kamarmu, Sayang,” tukas Arabella sambil membuka bagasi untuk menurunan barang-barang Jonah.

“Mengapa sepi sekali, Ma? Apa Kimiko dan Papa belum kembali? Apa mereka lupa kalau aku akan pulang hari ini?” tanya Jonah sedih.

Arabella tersenyum, “Mereka tidak lupa. Mungkin Papa dan Kimiko sedang membeli sesuatu.”

Jonah senyum terpaksa. Dia merasa mereka tidak terlalu menganggapnya penting. Walau sedikit bersedih, tapi dia bahagia bisa pulang ke rumah setelah sekian lama di rumah sakit, rasanya sudah sangat bosan terus menerus

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   51. Akhir Yang Bahagia

    “Apa kalian sudah siap?” tanya Arabella pada Peter dan Kimiko. Hari ini mereka akan meresmikan pernikahan mereka di kantor catatan sipil.“Sudah, Ma,” jawab Kimiko bersemangat.“Jonah mana?” tanya Kimiko lagi karena tidak melihat bocah itu.“Ada, dia hampir siap. Sedang merapikan kemeja dan memakai dasi kupu-kupunya,” jelas Arabella yang sudah cantik dengan shanghai dress putih berhias bunga peoni besar dan sedikit bunga mawar sebagai pemanis. Cocok sekali dengan tubuhnya yang masih sangat ramping dengan rambut disanggul kecil menyesuaikan rambutnya yang pendek.“Mama cantik sekali,” puji Kimiko sambil memeluk pelan Arabella. Dia tidak ingin merusak tampilan Arabella yang sudah sangat perfect menurutnya.“Wah … kau cantik sekali, Ara,” puji Peter yang baru saja turun dari lantai atas.Arabella tersenyum, “Kau juga tampan sekali, Tuan Jackson.”Ketiganya terkekeh bersama menikmati kebahagiaan.Sementara di kamarnya Jonah tampak termenenung dengan dasi masih digenggamannya.Pintu kamar

    Last Updated : 2024-01-10
  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   1. Janji

    “Jonah! Ayo cepat pakai sepatumu kita hampir terlambat, Sayang! Mama ada meeting penting pagi ini,” seru Arabella sambil memasukkan potongan roti terakhir ke dalam mulut dan memasukkan roti ke kotak bekal Jonah.“Ya, Ma. aku sudah selesai. Hari ini aku juga punya janji penting dengan Kimiko,” balas bocah sembilan tahun dengan bangga dan suara yang mulai sedikit berubah.“Haa? Janji apa dengan Kimiko? Kalian akan pergi ke taman hiburan seperti minggu lalu?” tanya Arabella lagi sambil berlari ke depan dan membuka pintu dengan bawaan di kedua tangannya, lalu masuk ke mobil untuk menaruh semuanya agar tidak ketinggalan.“Rahasia, Mama Cantik,” jawab Jonah tertawa kecil, lalu naik ke mobil dan mengenakan sabuk pengaman.Setelah mengunci pintu, Arabella mengeluarkan mobil dari garasi dan berhenti di pinggir jalan, lalu turun untuk mengunci pagar. Kemudian dia naik ke mobil dan kendaraan mini SUV itu pun melaju.“Jonah, Mama tidak mau kau pergi tanpa sepengetahuan Mama, mengerti? Pokoknya ka

    Last Updated : 2023-07-21
  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   2. Paman Joshua yang Baik Hati

    “Ma, Jonah boleh ikut Kimi pergi berkemah?” tanya Jonah malam sebelum tidur. Arabella baru saja membereskan pekerjaannya dan masuk ke kamar Jonah untuk mengantarnya tidur. Kebiasaan Jonah, sebelum tidur dia selalu ingin ibunya mengusap punggungnya hingga tertidur.“Kimiko minta Jonah ikut?” tanya Arabella mencari tahu.Jonah mengangguk.“Kenapa Kimiko minta Jonah ikut?” tanya Arabella lagi.Jonah mengedikkan bahunya sambil naik ke atas ranjang dan menarik selimut hingga menutupi dada kecilnya.“Pasti ada alasannya. Apa kau dan Kimiko merencanakan sesuatu?” tebak Arabella.Jonah menggeleng dan matanya mulai terlihat mengantuk setelah menguap beberapa kali.***Bunyi ponsel di samping ranjangnya mau tidak mau membuat Arabella bangkit dari rebahan untuk meraih ponsel yang terus berbunyi,“Ya, ada apa Josh? Kau di mana? Apa baru pulang dari kantor? atau kau butuh bantuan hukum dariku?” tanya Arabella seperti biasa dengan setumpuk pertanyaan.Joshua tertawa di seberang ponsel.“Tidak, Ara

    Last Updated : 2023-07-21
  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   3. Akhir Pekan

    Sejak matahari belum muncul di ufuk timur, Jonah sudah bangun dan bersiap dengan semangat.“Mama buatkan spaghetti dengan taburan cheddar, Jonah. Habiskan sebelum kau pergi. Mama masih harus ke kantor setelah kau pergi dengan Kimiko nanti. Apa kau ingin sesuatu?” tanya Arabella sambil bersiap ke kamar mandi setelah menyiapkan sarapan.“Cukup, Ma. Cukup spaghetti dan susu cokelat saja,” jawab Jonah sambil mengangguk senang.Tas berisi pakaian dan beberapa makanan dan camilan sudah disiapkannya di sofa depan. Juga air putih dalam kemasan besar yang sengaja dibeli Arabella agar anaknya jangan sampai dehidrasi nanti.Arabella belum pernah pergi berkemah, jadi bayangan berkemah dengan lokasi hutan yang penuh dengan serangga membuatnya khawatir. Belum lagi teringat pertanyaan Peter tentang serbuk bunga yang sering menimbulkan alergi membuatnya semakin khawatir. Wanita itu sampai mencari di mesin pencarian tentang sebuk bunga yang menimbulkan alergi serta pengobatannya. Dan untuk beberapa sa

    Last Updated : 2023-07-21
  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   4. Malam Minggu Sendiri

    “Josh! Kau mengejutkanku!” seru Arabella terkejut saat mengetahui sumber suara itu.“Maaf, siapa lelaki itu?” tanya Joshua dengan suara yang terdengar cemburu.“Dia ayah Kimiko, teman Jonah. Hari ini mereka akan pergi berkemah di hutan kota, Josh,” jelas Arabella dan berjalan masuk ke rumah.“Kau mau teh?” tanya Arabella lagi ketika mereka sudah duduk di meja makan.“Boleh, terima kasih, Ara,” jawab Joshua sambil kembali terkenang kejadian barusan. Dia bisa merasakan Arabella menyukai Peter, begitu juga sebaliknya dari pandangan mereka. Joshua tiba beberapa menit tadi dan tidak langsung turun, dia sempat melihat Jonah naik ke RV, lalu diikuti Kimiko dan meninggalkan dua orang dewasa itu saling berpandangan. Joshua menarik napas dalam-dalam dan mengempaskannya dengan kuat.‘Apa yang kau takutkan belum tentu terjadi, Josh. Jangan berprasangka buruk pada sesuatu yang belum terjadi.’‘Tapi, kalau sudah terjadi, bukankah itu sudah terlambat?’‘Kau harus segera bertindak kalau tidak ingin

    Last Updated : 2023-07-21
  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   5. Makan Malam Romantis

    Setelah selesai mendirikan tenda, tiba-tiba Peter teringat kedua bocah itu ke arah sungai! Air sungai akan pasang mulai tengah hari, tetapi air sungai itu berasal dari pegunungan yang jauh di belakang hutan dan kemarin hujan besar terjadi di atas gunung. Itu berarti debit air sungai akan segera naik.Dia segera berlari ke arah sungai dan menemukan kedua bocah itu sedang asyik bermain air tanpa menyadari debit air sungai yang naik.“JONAH, KIMI!!! Ayo cepat naik! Kalian tidak memperhatikan debit air sungai sudah naik sampai ke dada kalian!” seru Peter cepat dan membantu ke dua bocah yang masih terbengong mendengar teriakannya.“Kenapa airnya bisa naik, Papa?” tanya Kimiko heran dengan kepala yang miring dan alis yang hampir menyatu.“Iya, Paman. Kenapa airnya bisa naik? Tadi tidak ada hujan?” tanya Jonah ikut heran.“Kalian belum mendapat pelajaran tentang fenomena air di sekolah? Sudah sekarang kita kembali ke RV dan kalian harus segera mandi, kemudian makan siang,” putus Peter yang

    Last Updated : 2023-07-21
  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   6. Api Ungun Pertama

    “Kau suka?” tanya Kimiko pada Jonah saat peter sudah menyalakan api anggun dan hawa panas dari api anggun mampu mengalahkan dinginnya malam ini.“Tentu. Aku suka sekali. Ternyata seperti ini rasanya di depan api anggun. Jauh berbeda dari api perapian yang ada di rumah saat musim dingin. Iya kan?” jawab Jonah dengan semangat dan senyum yang terus terukir dari wajah tampan lelaki kecil itu.Kimiko terbahak mendengar jawaban Jonah. “Tentu saja berbeda, Jonah. Kau bisa rasakan panas dari lidah api yang menari-nari di udara, itu … itu, coba kau rasakan! Terasa tidak?” seru Kimiko sambil menunjuk ke arah api anggun yang bergerak-gerak seperti sedang menari.Jonah mendekati api untuk merasakan dari dekat.“Jangan terlalu dekat, Jonah! Kau bisa ikut terbakar!” teriak Kimiko melihat Jonah yang terlalu dekat dengan lidah api, tetapi yang diteriaki malah tertawa senang.“Kau benar, Kimi. Hangatnya jauh berbeda. Aku suka di dekatnya,” seru Jonah tertawa sambil menggosok kedua tangannya yang teras

    Last Updated : 2023-08-02
  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   7. Kebersamaan VS Sendirian

    “Ayo kita ke sungai!” teriak Jonah senang, bibirnya terbuka lebar dan matanya berbinar bahagia menikmati suasana pagi yang masih sepi dan sunyi. Beberapa RV sudah tidak berada di dekat mereka.“Kemana RV kelabu yang kemarin parkir di sana, Paman?” tanya Jonah sambil menunjuk sebuah pohon oak besar dan rindang di kanan mereka. Daunnya yang lebar mulai berguguran dan buah oak kering berjatuhan.Jonah berlari ke dekat pohon itu dan memungut buah oak kering. Dia ingin membuat hiasan pintu untuk menyambut natal yang tinggal beberapa bulan lagi.“Untuk apa kau memunguti buah oak kering itu Jonah?” tanya Kimiko heran melihat Jonah sudah menggunakan bajunya sebagai tempat menaruh buah-buah oak sempurna yang dipilihnya.“Kau tidak tahu? Aku akan membuat hiasan pintu untuk menyambut natal, Kimi! Mama pasti akan senang sekali!” jawab Jonah dengan binaran mata bahagia.“Oh aku tahu, kau ingin membuat hiasan seperti saat kita di kelas satu dulu? Memangnya kau masih ingat cara membuatnya?” tanya Ki

    Last Updated : 2023-08-07

Latest chapter

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   51. Akhir Yang Bahagia

    “Apa kalian sudah siap?” tanya Arabella pada Peter dan Kimiko. Hari ini mereka akan meresmikan pernikahan mereka di kantor catatan sipil.“Sudah, Ma,” jawab Kimiko bersemangat.“Jonah mana?” tanya Kimiko lagi karena tidak melihat bocah itu.“Ada, dia hampir siap. Sedang merapikan kemeja dan memakai dasi kupu-kupunya,” jelas Arabella yang sudah cantik dengan shanghai dress putih berhias bunga peoni besar dan sedikit bunga mawar sebagai pemanis. Cocok sekali dengan tubuhnya yang masih sangat ramping dengan rambut disanggul kecil menyesuaikan rambutnya yang pendek.“Mama cantik sekali,” puji Kimiko sambil memeluk pelan Arabella. Dia tidak ingin merusak tampilan Arabella yang sudah sangat perfect menurutnya.“Wah … kau cantik sekali, Ara,” puji Peter yang baru saja turun dari lantai atas.Arabella tersenyum, “Kau juga tampan sekali, Tuan Jackson.”Ketiganya terkekeh bersama menikmati kebahagiaan.Sementara di kamarnya Jonah tampak termenenung dengan dasi masih digenggamannya.Pintu kamar

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   50. Kejutan

    “Ada apa denganmu, Sayang? Kenapa tiba-tiba kau menangis?” tanya Arabella heran. Mobil sudah masuk ke pekarangan rumah dan berhenti di depan pintu garasi.Sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Kimiko dan Peter di sini.“Ayo turun, Jonah. Apa kau menangis karena merindukan kamarmu? Sebentar lagik kau akan kembali ke kamarmu, Sayang,” tukas Arabella sambil membuka bagasi untuk menurunan barang-barang Jonah.“Mengapa sepi sekali, Ma? Apa Kimiko dan Papa belum kembali? Apa mereka lupa kalau aku akan pulang hari ini?” tanya Jonah sedih.Arabella tersenyum, “Mereka tidak lupa. Mungkin Papa dan Kimiko sedang membeli sesuatu.”Jonah senyum terpaksa. Dia merasa mereka tidak terlalu menganggapnya penting. Walau sedikit bersedih, tapi dia bahagia bisa pulang ke rumah setelah sekian lama di rumah sakit, rasanya sudah sangat bosan terus menerus

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   49. Pulang

    “Sungguh aku boleh pulang?” tanya Jonah dengan wajah berbinar menatap pada Arabella dengan senyuman lebar. DIa bahagia ketika dokter mengatakan padanya bahwa besok Jonah sudah boleh pulang ke rumah dengan janji temu tiga hari kemudian.“Iya, apa kau senang, Sayang?” Tanpa bertanya pun, Arabella sudah tahu wajah Jonah yang cerah dengan binar di mata gelapnya itu menandakan kalau dia bahagia.Jonah mengangguk anggukan kepala tanpa henti.“Tapi kau masih harus mengikuti fisioterapi sampai akhir bulan, Sayang. Dan kau belum bisa kembali ke sekolah. Jadi kau akan tetap di rumah,” jelas Arabella dengan sabar. Otomatis dia harus meminta cuti di kantor untuk menemani Jonah. Tidak mungkin meninggalkan bocah itu di rumah sendirian.“Yaaa … lalu kapan aku bisa kembali ke sekolah, Ma?” tanya Jonah sedikit kecewa mendengar hal itu. Sedangkan Kimiko bahkan sud

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   48. Akhirnya

    Psgi hari Jonah bangun dengan tubuh yang terasa lebih segar. Mungkin karena semalam bermain bersama Kimiko membuat tidurnya lebih nyenyak dan hatinya pun lebih tenang. Mimpi buruk yang kerap datang beberapa waktu lagi sejak dia terbangun di rumah sakit, semalam tidak datang lagi.“Pagi, Jonah. Kau ingat denganku?” tanya Kimiko yang terbangun dan melihat bocah itu sudah duduk di ranjangnya sambil menatap ke langit biru lewat kaca kamar.“Tentu saja aku ingat kau, Kimi. Kau tahu berkat kau, tidurku semalam sangat nyenyak. Tidak ada mimpi buruk … semalam. Ya … kuharap mimpi itu pergi untuk selamanya,” jawab Jonah tertawa kecil.“Sungguh? Kau tidak bermimpi buruk semalam?” tanya Kimiko dengan wajah berbinar.Jonah mengangguk.“Di mana Mama dan Papa?” tanya Jonah pelan, karena dia tidak melihat keduanya di kamar.“Mereka tidur di bawah ranjangmu,” jawab Kimiko terkekeh pelan takut membangunkan keduanya.“Di bawah ranjang? Mengapa?” Jonah bertanya dengan alis mata yang hampir menyatu di hid

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   Kiriman Joshua

    Hari hampir gelap ketika Joshua memasuki rumah sakit tempat Jonah dirawat sejak pertama bocah itu terluka. Aroma obat langsung terhidu ketika dia naik ke lift yang akan membawanya ke lantai enam belas. Arabella sudah memberitahukan padanya di mana Jonah dirawat.Di depan pintu kamar 1631, Joshua kembali meragu untuk masuk ke dalam atau tidak. Tiba-tiba suara tawa Jonah dengan suara seorang anak perempuan yang pasti bisa dipastikannya anak Peter terdengar hingga keluar kamar. Alis matanya hampir beradu memikirkan apa yang diinginkan Jonah mencarinya? Apa bocah itu ingin meminta pertanggungjawabannya? Ataukah ingin …. Bayangan Joshua semakin liar.Langkah kakinya tidak lagi tegak, kakinya sudah mundur selangkah dari semula. Dia harus segera pulang!“Arabella, maafkan aku. Hari ini aku harus lembur, mungkin besok pagi atau sore aku akan ke sana, ya. Maafkan aku,” ucap Joshua di ponsel dari lantai bawah ru

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   46. Menanti Kedatangan Joshua

    “Tidurlah sebentar kalau lelah, Ara,” jawab Peter sambil terus mengusap lembut pucuk kepala wanita itu.“Aku takut … dia tidak akan pulih. Bagaiimana ini?” tanya Arabella dengan pilu. Hatinya bagai diiris sembilu melihat kondisi Jonah yang belum pulih sejak kecelakaan itu terjadi.“Sstt … jangan putus asa. Dia sudah bangun dari koma, kita harus bersyukur pada Tuhan, Ara. Kita masih diberi kesempatan untuk bersama dengan dia. Jadi kau tidak boleh putus asa. Kau harus lebih bersemangat dari Jonah agar mampu memberinya semangat lebih. Aku akan tetap di sini bersamamu,” ucap Peter memompa semangat pada Arabella yang putus asa.Arabela hanya diam dan makin menyurukkan kepalanya ke dada bidang Peter.Peter tahu, Arabella lelah, begitu juga dia. Lelah menghadapi ketidakpastian kondisi Jonah sejak kecelakaan itu. Dan saat dia sudah bangun, ternyata ada kenyat

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   45. Lelah

    “Kau tidak ingat padaku?” tanya Kimiko heran, kedua alisnya hampir menyatu karena terkejut, tidak menyangka kalau Jonah akan menderita amnesia.Jonah menggeleng pelan.“Kau siapa?” tanya Jonah mengulang pertanyaan lagi.“Aku … aku ….” Tiba-tiba air mata membanjiri wajah Kimiko, dia sedih sekali mengetahui keadaan Jonah hingga tidak bisa menahan air mata.Arabella segera mendekati Kimiko dan berusaha menenangkan gadis kecil itu. Dokter sudah pernah mengatakan padanya saat Jonah selesai dioperasi. Jadi dia tidak terkejut.“Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis, Sayang?” tanya Peter saat masuk ke kamar rawat Jonah dan melihat Kimiko menangis tersedu-sedu.Arabella menghela napas pelan, “Jonah tidak mengenali dia, Peter.”Peter terbelalak. Apakah itu berarti bocah itu j

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   44. Amnesia

    “Hei, Jonah, bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?” tanya Peter ketika muncul di depan Jonah yang sedang berbaring dengan pandangan kosong. Tatapan bocah itu langsung berubah begitu melihat kedatangan Peter ke ruang ICU.“Pa-pa?” panggilnya terbata.Peter mengangguk dan mengecup pucuk kepalanya perlahan.“Kau mencari Papa, Jonah? Ada apa? Apa kau ingin menceritakan pengalamanmu pada Papa, Sayang?” tanya Peter dengan lembut.Jonah tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Dia hanya menatap Peter sejenak, lalu sebulir air mata menetes dari sudut matanya yang sendu.Peter langsung terenyuh.“Jangan menangis, Sayang. Sekarang kau berada di tempat yang aman, tidak akan orang yang akan menganggumu lagi, ya. Jangan menangis,” ucap Peter pada bocah lelaki itu.Setelah Jonah terlelap, Peter keluar

  • Ayah yang Sempurna Untuk Jonah   43. Keraguan Peter

    Tiba-tiba seseorang memeluk pinggang Peter dari belakang hingga dia terkejut dan hampir saja mengempaskan pelukan itu … sesaat dia tersadar, tangan kecil itu tangan anaknya … Kimiko.“Kimi, kau membuat Papa terkejut!” seru Peter yang langsung memutuskan sambungan telepon itu.“Papa sedang menelepon siapa? Tadi aku sudah memanggilmu, Pa, tapi Papa tidak mendengarkanku. Makanya aku berinisiatif memeluk Papa,” jawab Kimiko jujur.“Haa? Kau memanggil Papa? Mengapa Papa tidak mendengarmu memanggil?” tanya Peter heran.“Mana aku tahu. Mungkin Papa terlalu serius dengan orang yang di telepon itu? Siapa dia? Apa yang dia inginkan sampai Papa tidak mendengar panggilanku?” jawab Kimiko bersungut.“Hanya teman, Kimi. DIa tadi ingin meminta Papa untuk mengantarkannya ke suatu tempat, tapi Papa belum mengiyakan dan terputus g

DMCA.com Protection Status