Daniel memperhatikan anak-anak dalam diam. Dia sama sekali tidak perlu mengurusi mereka.Jadi, Yasmin tidak kewalahan menjaga anak-anak.Kalau bukan karena Yasmin menyembunyikan mereka, Daniel tidak mungkin baru tahu sekarang tentang anak-anak.Kalau bukan karena anak-anak mencari Daniel, dia masih belum tahu.Saat Daniel memikirkan itu, dia ingin sekali membunuh Yasmin.Irene tidak punya suasana hati untuk bekerja. Sore hari, dia pergi ke Taman Royal.Anak-anak baru bangun dari tidur siang.Irene masuk ke dalam aura. Dia menoleh, lalu dia melihat anak kembar tiga itu sedang bermain pianonya.Julian sedang duduk di kursi. Di sebelahnya ada Julius dan Julia yang sedang menekan tuts piano dengan gembira.Namun, ekspresi Irene langsung menjadi masam.Itu adalah piano yang sengaja dibeli oleh Daniel dari luar negeri dan itu tidak murah. Bukankah membiarkan anak-anak memainkannya sama dengan menginjak niat baik Daniel pada Irene?"Berhenti bermain." Irene berjalan mendekat, kemudian dia lan
"Apa kamu ada sebaik itu?" Yasmin tidak mau anak-anak memanggil orang lain mama, apalagi kalau wanita itu adalah Irene!"Yasmin, karena kamu jalang, kamu baru berpikir orang lain juga seperti itu." Irene berkata, "Bagaimanapun juga, aku ini tante mereka dan aku nggak akan menyakiti mereka. Jadi, semoga kamu cepat sembuh, ya. Aku bisa menjaga anak-anak. Kamu tenang saja.""Irene, kamu ...." Sebelum Yasmin sempat berbicara, Irene sudah menutup telepon. Yasmin pun segera menelepon kembali.Saat Irene melihat siapa yang meneleponnya, dia langsung menolaknya.Dia tersenyum sinis. Mulai sekarang, dia mau menjadi ibu tiri yang "baik" untuk membuat Yasmin marah.Sebelum dia dan Daniel mendapatkan akta nikah, tidak boleh ada masalah dalam hubungan mereka.Tidak ada yang boleh mendapatkan posisi Nyonya Guntur!Yasmin melempar ponselnya. Dia tidak bisa tenang.Bagaimana ini? Apa anak-anak yang dilahirkannya akan menjadi anak Daniel dan Irene?Apa Daniel benar-benar akan membiarkan itu terjadi?An
Namun, ketika Klara tahu pemilik rumah mewah ini adalah Daniel, dia langsung tidak merasa iri lagi.Dia juga punya gengsi!Sekarang setelah berdiri di depan rumah, dia masih merasa terpesona.Begitu Klara memasuki aula besar, dia melihat tiga anak kecil sedang duduk di sofa. Dua anak laki-laki dengan satu anak perempuan. Klara sepenuhnya mengabaikan Irene yang juga berada di sana.Anak laki-laki sangat mirip dengan Daniel, tapi anak perempuan itu sangat mirip dengan Yasmin ketika dia masih kecil.Klara melihatnya sampai matanya memerah.Anak-anak menoleh ke arah aula dengan mata mereka yang besar dan penasaran. Mereka seolah-olah sedang berpikir siapa dua orang yang masuk itu.Andy juga tidak bisa mengalihkan pandangannya.Mendengar dan melihat adalah dua hal yang sangat berbeda.Tanpa perlu diragukan, anak kecil perempuan itu pasti anaknya Yasmin. Mereka sangat mirip."Astaga ...." Klara menutup mulutnya sambil berjalan mendekat. Lalu, dia baru menyadari Irene sedang mengikat rambut J
Setelah Irene keluar dari kamar mandi, dia menyadari anak-anak tidak ada. Dia berjalan ke arah aula, kemudian melihat anak-anak sedang mengelilingi piano.Dia mengira mereka sedang bermain piano.Saat dia melihat dengan saksama, ternyata Julia sedang menggambar di atas piano.Irene membelalakkan matanya dengan marah. Dia segera menghampiri mereka, lalu dia langsung menarik Julia. "Apa yang sedang kamu lakukan?!"Tubuh Julia terhuyung-huyung, lalu dia terjatuh duduk di lantai. Setelah itu, dia menangis sekuat-kuatnya.Julian dan Julius buru-buru membantu Julia berdiri.Melihat adik perempuannya menangis dengan begitu sedih, Julian pun menyayat kaki Irene dengan pedang mainannya."Ah!" Irene mundur. "Kalau kamu seperti ini lagi, aku akan marah, ya!""Aku nggak takut padamu! Kamu sudah menindas adikku!""Siapa yang menindasnya? Dia jatuh sendiri."Tony yang mendengar suara tangis berlari kemari. "Ada apa? Kenapa Nona Julia menangis? Jangan menangis, ya. Nona jatuh, ya?""Lihat apa yang di
Anak-anak berbeda dengan Yasmin.Daniel tidak akan membiarkan Yasmin mengira dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan karena dia punya anak-anak.Julia melempar sendoknya ke meja. "Aku nggak mau makan lagi!""Nggak enak?" tanya Daniel."Aku malas!" Julia menggembungkan pipinya.Daniel sama sekali tidak marah. Walaupun Julia mirip dengan Yasmin, dia jauh lebih lucu daripada ibunya.Daniel baru ingin mengatakan sesuatu, tapi seorang pembantu menghampirinya. "Tuan Daniel, Tuan Muda Martin datang."Martin datang pada waktu yang tepat. Ketika dia melihat orang-orang di dalam sedang makan, wajahnya yang tegas menunjukkan ekspresi yang ramah. "Kebetulan aku sedang berpikir apa yang harus kumakan malam ini. Ambilkan aku peralatan makan."Tony melihat Daniel dulu. Saat dia melihat Daniel tidak memberikan jawaban apa pun, dia juga tidak berani bergerak.Martin duduk, kemudian dia melihat ketiga anak yang duduk berjajar itu. Ketika dia melihat Julia, dia bertanya, "Kenapa kamu nggak makan? Ka
Ketika Tony ingin mengatakan sesuatu untuk menghangatkan suasana, dia mendengar Daniel berkata ...."Apa yang harus kulakukan supaya kamu nggak marah?" tanya Daniel dengan sabar.Julia mengangkat kepalanya dan bertanya, "Nenek bilang Mama pulang besok. Papa, apa Mama akan kemari untuk mencari kami? Mama bilang dia nggak akan meninggalkan kami ...." Julia berbicara dengan mata berkunang-kunang. Dia tampak kasihan.Daniel meletakkan sendoknya, lalu dia melihat kedua putranya yang sedang menoleh kemari dan tidak makan. Mereka tampak sangat tegang.Daniel pun merasa makin kesal.Ponselnya yang berada di dalam saku bergetar. Daniel mengeluarkannya. Setelah dia melihat layar ponsel sekilas, dia berkata, "Papa mengangkat telepon sebentar."Dia meletakkan Julia di kursinya. Kemudian, dia keluar ke aula untuk mengangkat telepon. "Ada apa, Paman Andy?""Besok kita makan keluarga, ya. Apa kamu punya waktu?" tanya Andy.Daniel tidak berkata apa-apa. Dia langsung tahu apa niat Andy.Andy pun berkat
"Dia diam saja pasti karena dia kurang enak badan. Bagaimanapun juga, Yasmin sudah melahirkan tiga anak. Nggak semua orang bisa menahan kesusahan itu," sindir Dahlia.Makin lama Andy mendengarnya, dia makin tidak senang. Jadi, dia memberikan Dahlia tatapan peringatan."Apakah yang kukatakan salah?" tanya Dahlia.Klara tidak mungkin membiarkan Dahlia dan putrinya begitu saja. Klara tertawa, lalu mengikuti nada Dahlia dan berkata, "Iya, hanya Yasmin-ku yang tahu betapa susahnya melahirkan. Nggak seperti Irene yang nggak bisa melahirkan satu anak pun..""Apa katamu?!" Ekspresi Dahlia langsung berubah."Apa kataku? Apa aku nggak tahu?" Klara bertanya pada Irene, "Apa kamu tahu?"Irene mengepalkan tangannya di atas meja dengan marah. Sekujur tubuhnya gemetar. Namun, dia yang bergengsi tinggi tidak akan membiarkan dirinya kehilangan harga diri. Aku bukan nggak bisa melahirkan, tapi sekarang aku belum mau. Daniel menyayangiku dan menghormati hakku untuk memiliki anak. Nggak sembarangan melahi
Suasana di dalam ruangan pribadi langsung menjadi sedingin es."Nggak ada yang menyuruhnya hidup dengan susah, 'kan?" sindir Dahlia. "Dia melahirkan anak-anak di belakang Daniel. Kalau bukan karena dia egois, apa akan ada begitu banyak masalah hari ini? Dia nggak hanya sudah melahirkan anak-anak, dia juga menyembunyikan mereka. Ayah kandung anak-anak ada di depan mata, tapi dia bersikap seolah-olah apa pun nggak terjadi. Aku nggak pernah bertemu dengan orang sepertinya!"Klara melawan, "Apa Yasmin bisa melahirkan sendirian? Apa itu salahnya sendiri?"Maksud tersirat Klara aalah Daniel juga bersalah. Kalau bukan karena Daniel, apa Yasmin bisa hamil?"Nggak ada yang tahu tentang situasi waktu itu. Mungkin putrimu mempunyai niat terselubung, makanya dia hamil!" kata Dahlia. "Kalau dia menyayangi dirinya sendiri, apa dia bisa hamil?"Dahlia tidak seperti ingin menyelesaikan masalah, melainkan sengaja untuk merundung Yasmin."Kalian semua diam!" teriak Yasmin. Napasnya terengah-engah, wajah