Setelah Irene keluar dari kamar mandi, dia menyadari anak-anak tidak ada. Dia berjalan ke arah aula, kemudian melihat anak-anak sedang mengelilingi piano.Dia mengira mereka sedang bermain piano.Saat dia melihat dengan saksama, ternyata Julia sedang menggambar di atas piano.Irene membelalakkan matanya dengan marah. Dia segera menghampiri mereka, lalu dia langsung menarik Julia. "Apa yang sedang kamu lakukan?!"Tubuh Julia terhuyung-huyung, lalu dia terjatuh duduk di lantai. Setelah itu, dia menangis sekuat-kuatnya.Julian dan Julius buru-buru membantu Julia berdiri.Melihat adik perempuannya menangis dengan begitu sedih, Julian pun menyayat kaki Irene dengan pedang mainannya."Ah!" Irene mundur. "Kalau kamu seperti ini lagi, aku akan marah, ya!""Aku nggak takut padamu! Kamu sudah menindas adikku!""Siapa yang menindasnya? Dia jatuh sendiri."Tony yang mendengar suara tangis berlari kemari. "Ada apa? Kenapa Nona Julia menangis? Jangan menangis, ya. Nona jatuh, ya?""Lihat apa yang di
Anak-anak berbeda dengan Yasmin.Daniel tidak akan membiarkan Yasmin mengira dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan karena dia punya anak-anak.Julia melempar sendoknya ke meja. "Aku nggak mau makan lagi!""Nggak enak?" tanya Daniel."Aku malas!" Julia menggembungkan pipinya.Daniel sama sekali tidak marah. Walaupun Julia mirip dengan Yasmin, dia jauh lebih lucu daripada ibunya.Daniel baru ingin mengatakan sesuatu, tapi seorang pembantu menghampirinya. "Tuan Daniel, Tuan Muda Martin datang."Martin datang pada waktu yang tepat. Ketika dia melihat orang-orang di dalam sedang makan, wajahnya yang tegas menunjukkan ekspresi yang ramah. "Kebetulan aku sedang berpikir apa yang harus kumakan malam ini. Ambilkan aku peralatan makan."Tony melihat Daniel dulu. Saat dia melihat Daniel tidak memberikan jawaban apa pun, dia juga tidak berani bergerak.Martin duduk, kemudian dia melihat ketiga anak yang duduk berjajar itu. Ketika dia melihat Julia, dia bertanya, "Kenapa kamu nggak makan? Ka
Ketika Tony ingin mengatakan sesuatu untuk menghangatkan suasana, dia mendengar Daniel berkata ...."Apa yang harus kulakukan supaya kamu nggak marah?" tanya Daniel dengan sabar.Julia mengangkat kepalanya dan bertanya, "Nenek bilang Mama pulang besok. Papa, apa Mama akan kemari untuk mencari kami? Mama bilang dia nggak akan meninggalkan kami ...." Julia berbicara dengan mata berkunang-kunang. Dia tampak kasihan.Daniel meletakkan sendoknya, lalu dia melihat kedua putranya yang sedang menoleh kemari dan tidak makan. Mereka tampak sangat tegang.Daniel pun merasa makin kesal.Ponselnya yang berada di dalam saku bergetar. Daniel mengeluarkannya. Setelah dia melihat layar ponsel sekilas, dia berkata, "Papa mengangkat telepon sebentar."Dia meletakkan Julia di kursinya. Kemudian, dia keluar ke aula untuk mengangkat telepon. "Ada apa, Paman Andy?""Besok kita makan keluarga, ya. Apa kamu punya waktu?" tanya Andy.Daniel tidak berkata apa-apa. Dia langsung tahu apa niat Andy.Andy pun berkat
"Dia diam saja pasti karena dia kurang enak badan. Bagaimanapun juga, Yasmin sudah melahirkan tiga anak. Nggak semua orang bisa menahan kesusahan itu," sindir Dahlia.Makin lama Andy mendengarnya, dia makin tidak senang. Jadi, dia memberikan Dahlia tatapan peringatan."Apakah yang kukatakan salah?" tanya Dahlia.Klara tidak mungkin membiarkan Dahlia dan putrinya begitu saja. Klara tertawa, lalu mengikuti nada Dahlia dan berkata, "Iya, hanya Yasmin-ku yang tahu betapa susahnya melahirkan. Nggak seperti Irene yang nggak bisa melahirkan satu anak pun..""Apa katamu?!" Ekspresi Dahlia langsung berubah."Apa kataku? Apa aku nggak tahu?" Klara bertanya pada Irene, "Apa kamu tahu?"Irene mengepalkan tangannya di atas meja dengan marah. Sekujur tubuhnya gemetar. Namun, dia yang bergengsi tinggi tidak akan membiarkan dirinya kehilangan harga diri. Aku bukan nggak bisa melahirkan, tapi sekarang aku belum mau. Daniel menyayangiku dan menghormati hakku untuk memiliki anak. Nggak sembarangan melahi
Suasana di dalam ruangan pribadi langsung menjadi sedingin es."Nggak ada yang menyuruhnya hidup dengan susah, 'kan?" sindir Dahlia. "Dia melahirkan anak-anak di belakang Daniel. Kalau bukan karena dia egois, apa akan ada begitu banyak masalah hari ini? Dia nggak hanya sudah melahirkan anak-anak, dia juga menyembunyikan mereka. Ayah kandung anak-anak ada di depan mata, tapi dia bersikap seolah-olah apa pun nggak terjadi. Aku nggak pernah bertemu dengan orang sepertinya!"Klara melawan, "Apa Yasmin bisa melahirkan sendirian? Apa itu salahnya sendiri?"Maksud tersirat Klara aalah Daniel juga bersalah. Kalau bukan karena Daniel, apa Yasmin bisa hamil?"Nggak ada yang tahu tentang situasi waktu itu. Mungkin putrimu mempunyai niat terselubung, makanya dia hamil!" kata Dahlia. "Kalau dia menyayangi dirinya sendiri, apa dia bisa hamil?"Dahlia tidak seperti ingin menyelesaikan masalah, melainkan sengaja untuk merundung Yasmin."Kalian semua diam!" teriak Yasmin. Napasnya terengah-engah, wajah
Setelah Irene sadar apa yang ingin dilakukan Yasmin, dia segera mengejar."Dia bukan pergi mengejar Daniel, 'kan?" tanya Klara dengan kaget. "Daniel nggak akan melakukan apa-apa pada Yasmin, 'kan?"Andy bangkit dari tempat duduknya. "Aku akan pergi melihatnya."Klara mengambil tasnya, kemudian dia pun hendak pergi.Namun, Dahlia menahannya. "Kenapa kamu pergi dengan terburu-buru? Bukankah Andy sudah mengejar mereka?""Karena aku ingin muntah kalau aku berduaan saja denganmu!" Klara berbalik."Tapi, aku ingin memberitahumu banyak hal yang kamu nggak tahu. Apa kamu nggak penasaran?" tanya Dahlia.Klara berhenti sejenak. Dia menoleh ke arah Dahlia. "Omong kosong apa yang mau keluar dari mulutmu?"Dahlia juga tidak marah karena nanti dia ingin menunjukkan kepada Klara betapa hebatnya dia."Sebenarnya apa yang mau kamu katakan? Kamu nggak bisa memprovokasiku dengan anak-anak. Anak-anak juga nggak mungkin memanggilmu nenek! Nggak mau melahirkan? Aku rasa putrimu memang nggak bisa melahirkan!
Yasmin terengah-engah dan air matanya terus menetes.Kenapa Daniel mau begitu kejam? Yasmin barulah ibu dari anak-anak mereka. Kenapa Daniel mau melakukannya seperti ini ...?Yasmin merasa terpukul dan putus asa. Saat itu dia telah mencoba segala cara untuk melarikan diri, tapi dia tetap berakhir seperti ini.Apakah Daniel masih memiliki rasa kemanusiaan?Padahal Yasmin sudah menggunakan berbagai cara untuk menyenangkan Daniel, jadi seharusnya Daniel tidak begitu kejam padanya!Saat Yasmin berpikir ke depannya anak-anak dibesarkan oleh Irene, tidak memanggil dirinya mama lagi dan mereka akan menjadi asing, itu seolah-olah ada yang menyayat hatinya dengan pisau.Tidak boleh! Pokoknya tidak boleh!Yasmin tidak boleh menyerah dan tidak akan menyerah!Tak peduli betapa susah atau berbahaya, dia harus merebut kembali anak-anak!Yasmin menekan rasa sakitnya, lalu dia kembali. Saat dia melihat wanita yang sedang berjalan ke arahnya itu, dia langsung berhenti.Sambil menenteng tasnya, sepatu h
Yasmin menarik dirinya dari pelukan Andy dengan mata merah. Dia menggelengkan kepalanya, kemudian dia menyeka air matanya dengan kuat dan menenangkan dirinya. "Nggak usah. Aku sendiri bisa memikirkan cara ...." Agar ibunya dapat pulang ke Kota Imperial, ayahnya batal bercerai dengan Dahlia. Itu sama dengan mengurung kebahagiaannya untuk seumur hidup.Kalau Andy pergi lagi, mungkin dia akan dipaksa melakukan sesuatu lagi."Apa yang bisa kamu lakukan? Lebih baik Ayah ....""Aku nggak mau!" teriak Yasmin. "Ini perbuatanku sendiri, jadi aku yang harus menyelesaikannya. Kalian semua nggak bisa membantuku!"Setelah mengatakan itu, Yasmin berlari."Yasmin!" Andy ingin mengejar Yasmin, tapi kemudian dia melihat Klara keluar dari restoran dengan rambut yang acak-acakan dan dahi penuh dengan darah. Itu membuat Andy terkejut dan dia bergegas pergi memapah Klara. "Klara! Apa yang terjadi padamu?""Aku ... dipukul oleh istrimu." Klara bersandar ke dada Andy. "Di mana Yasmin?"Fokus Andy telah terbe