Yasmin terengah-engah dan air matanya terus menetes.Kenapa Daniel mau begitu kejam? Yasmin barulah ibu dari anak-anak mereka. Kenapa Daniel mau melakukannya seperti ini ...?Yasmin merasa terpukul dan putus asa. Saat itu dia telah mencoba segala cara untuk melarikan diri, tapi dia tetap berakhir seperti ini.Apakah Daniel masih memiliki rasa kemanusiaan?Padahal Yasmin sudah menggunakan berbagai cara untuk menyenangkan Daniel, jadi seharusnya Daniel tidak begitu kejam padanya!Saat Yasmin berpikir ke depannya anak-anak dibesarkan oleh Irene, tidak memanggil dirinya mama lagi dan mereka akan menjadi asing, itu seolah-olah ada yang menyayat hatinya dengan pisau.Tidak boleh! Pokoknya tidak boleh!Yasmin tidak boleh menyerah dan tidak akan menyerah!Tak peduli betapa susah atau berbahaya, dia harus merebut kembali anak-anak!Yasmin menekan rasa sakitnya, lalu dia kembali. Saat dia melihat wanita yang sedang berjalan ke arahnya itu, dia langsung berhenti.Sambil menenteng tasnya, sepatu h
Yasmin menarik dirinya dari pelukan Andy dengan mata merah. Dia menggelengkan kepalanya, kemudian dia menyeka air matanya dengan kuat dan menenangkan dirinya. "Nggak usah. Aku sendiri bisa memikirkan cara ...." Agar ibunya dapat pulang ke Kota Imperial, ayahnya batal bercerai dengan Dahlia. Itu sama dengan mengurung kebahagiaannya untuk seumur hidup.Kalau Andy pergi lagi, mungkin dia akan dipaksa melakukan sesuatu lagi."Apa yang bisa kamu lakukan? Lebih baik Ayah ....""Aku nggak mau!" teriak Yasmin. "Ini perbuatanku sendiri, jadi aku yang harus menyelesaikannya. Kalian semua nggak bisa membantuku!"Setelah mengatakan itu, Yasmin berlari."Yasmin!" Andy ingin mengejar Yasmin, tapi kemudian dia melihat Klara keluar dari restoran dengan rambut yang acak-acakan dan dahi penuh dengan darah. Itu membuat Andy terkejut dan dia bergegas pergi memapah Klara. "Klara! Apa yang terjadi padamu?""Aku ... dipukul oleh istrimu." Klara bersandar ke dada Andy. "Di mana Yasmin?"Fokus Andy telah terbe
Yasmin kembali ke kompleks kecilnya, lalu dia menuju ke lantai enam.Rumahnya kosong.Barang-barang anak-anak masih ada, tapi orang-orangnya tidak ada.Yasmin menyimpan mainan di lantai sambil menangis.Kata-kata Irene seperti pisau yang terus-menerus menyayat hatinya.Sebagai seorang ayah kandung, bagaimana Daniel bisa menoleransi perbuatan Irene? Apa dia begitu mencintai wanita itu?Sebenarnya harus bagaimana Daniel baru menjadi lebih baik hati?Sedikit saja pun bagus ...."Apa kamu masih mau menyewa rumah ini?" Terdengar suara seseorang dari belakang.Yasmin mengelap air matanya sebelum dia menoleh. Dia melihat pemilik rumah ini."Aku meneleponmu, tapi panggilanku nggak pernah tersambung. Di dalam rumah juga nggak ada orang. Apa kamu masih mau menyewa rumah ini?"Yasmin mengingat ponselnya yang jatuh ke dalam laut karena kecelakaan helikopternya. Dia bangkit, lalu berkata, "Maaf. Aku sibuk selama beberapa hari ini. Aku nggak mau menyewa rumah ini lagi. Apa masanya sudah berakhir?""
Yasmin langsung tahu kalau ibunya sudah menekan speaker. Lalu, dia berkata, "Ayah, aku baik-baik saja. Helen bilang aku sudah bisa beraktivitas dengan normal selama aku nggak melakukan olahraga berat."Klara menghela napas. "Sekarang aku mengerti kenapa dulu kamu bersikeras nggak mau tinggal bersamaku, ternyata karena anak-anak. Sekarang anak-anak sudah nggak ada, jadi kenapa kamu masih keras kepala?""Bu, setelah masalahku selesai, aku baru tinggal bersamamu," kata Yasmin.Klara paham maksud Yasmin, lalu dia bertanya, "Bagaimana kamu mau menyelesaikannya?""Aku belum memikirkannya. Aku nggak bisa berpikir ..." kata Yasmin dengan murung.Klara dan Andy sangat khawatir ketika mereka mendengar suara Yasmin yang lemah.Andy berkata, "Yasmin, jangan tinggal di kompleks. Tinggal di apartemen saja. Saat di rumah sakit, bukankah Ayah sudah memberitahumu apartemennya sudah selesai direnovasi? Kamu boleh tinggal di sana kapan saja.""Nanti aku baru pindah. Sekarang aku mau tinggal di kompleks.
Yasmin tercengang, kemudian dia buru-buru bertanya, "Apa kamu ada bertemu dengan anak-anak?"Martin mengangkat gelasnya.Karena Yasmin ingin tahu, dia pun meminum anggur merahnya.Martin berkata, "Kamu datang ke rumah pria asing dan langsung meminum anggur merah yang disodorkannya. Kamu sungguh tahu cara membuat orang khawatir padamu ....""Kamu akan mengatakannya atau tidak?" kata Yasmin dengan keningnya sedikit berkerut."Ada. Mereka sedang makan bersama Daniel. Pemandangan itu juga terlihat bagus, harmonis." Martin meneguk anggur merahnya. Setelah dia meletakkan gelasnya, dia berkata, "Kamu nggak usah khawatir. Bagaimanapun juga, mereka adalah anaknya. Sejujurnya, mereka hidup lebih baik daripada bersamamu yang miskin.""Aku tahu ...." Yasmin bahkan tidak usah mendengar itu dari Martin."Tadi siang kalian sudah berbicara?" tanya Martin."Bagaimana kamu tahu?""Aku mendengar dari orang lain," jawab Martin dengan santai. "Dari raut wajahmu, sepertinya kamu gagal."Yasmin terus mengetu
Saat Yasmin menoleh, dia baru menyadari dia berada di dalam sebuah kamar tidur. Dilihat dari interiornya, ini pasti kamar Martin.Yang benar saja, Yasmin tidak ingin masuk kamar Martin.Akan tetapi, sekarang dia tidak bisa keluar ....Yasmin diam-diam membuka pintu sedikit. Dia melihat ada yang masuk ke dalam ruang tamu, ternyata itu David.Begitu David masuk, dia bertanya pada putranya, "Kenapa kamu nggak mengangkat teleponku?""Mungkin aku nggak melihatnya."David juga tidak peduli apa Martin mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Dia ada pertanyaan yang lebih mendesak. "Apa kamu tahu sekarang Grup Naga sedang heboh tentang Daniel punya anak? Bagaimana dia bisa punya anak? Kapan anaknya lahir? Apa Irene sudah hamil? Bagaimana aku bisa nggak tahu tentang hal sepenting itu?"Yasmin berpikir ternyata David datang untuk bertanya tentang hal itu.Martin duduk di sofa, lalu berkata, "Aku juga barusan tahu. Daniel memang punya anak kembar tiga, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yan
"Sudahlah. Aku nggak bisa menasihatimu lagi. Aku pergi dulu." David menuju ke pintu depan, kemudian dia keluar.Setelah pintu ditutup, Yasmin baru keluar dari kamar."Apa kamu mendengarnya? Ayahku bilang kamu wanita licik," ejek Martin."Iya, jadi kamu harus jauh-jauh dariku. Kamu jangan sampai tergoda oleh wanita licik ini," balas Yasmin dengan ketus."Seberapa jauh?" tanya Martin sambil berjalan mendekati Yasmin.Melihat Martin mendekat dengan ambigu, Yasmin pun melangkah mundur. Dalam sekejap, punggung Yasmin menempel dinding. Kemudian, dia segera mengulurkan tangannya untuk menahan dada Martin agar dia tidak makin mendekat.Namun, sebelum Yasmin sempat menyentuh dada Martin, kedua pergelangan tangannya sudah digenggam.Tubuh Martin mendekat, jadi Yasmin berteriak, "Martin Guntur!"Muka Martin berhenti beberapa milimeter dari muka Yasmin, kemudian Martin bertanya, "Apa jarak ini cukup?"Kalau Martin memajukan wajahnya sedikit, dia sudah bisa mencium Yasmin.Yasmin memalingkan wajahn
Dia menghentikan taksi dengan gelisah, lalu dia menuju ke alamat tersebut.Setelah dia turun, dia berlari masuk ke dalam restoran dan hampir menabrak orang.Yasmin tidak peduli dengan orang yang sudah ditabraknya dan dirinya sendiri. Dia melihat sekeliling restoran dengan gelisah.Orang yang ditabrak adalah manajer restoran ini dan dia berkata, "Bu, kami tutup sekarang.""Di mana dia? Nggak mungkin. Dia bilang dia berada di sini!" Yasmin tak percaya. "Di mana ruang VIP kalian? Apa ada pelanggan di ruang VIP kalian? Apa kamu mengenal Daniel Guntur? Dia pasti ada datang kemari untuk makan!"Manajer itu bertanya, "Apa dia datang bersama tiga anak kecil?"Yasmin tercengang, lalu dia buru-buru menganggukkan kepalanya. "Ya, dia membawa tiga anak kecil! Di mana dia?""Tuan Daniel memesan seluruh restoran ini untuk anak-anaknya memakan daging panggang. Selesai makan, mereka pergi." Manajer itu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak menyangka Tuan Daniel suka makan daging panggang. Aku rasa itu k
Yasmin dipukuli sehingga seluruh tulangnya sakit-sakit.Pisau di wajahnya membuatnya tidak berani bergerak.Dia benar-benar tidak percaya Rachel begitu percaya diri pada dirinya sendiri."Rachel, kamu nggak pernah dicintai, 'kan?" Pertanyaan Yasmin yang mendadak membuat Rachel tertegun."Apa katamu?""Kamu nggak pernah dicintai, tapi kamu tiba-tiba menyukai orang, jadi kamu nggak tahu bagaimana mengungkapkannya. Kamu nggak bisa membedakan benar dan salah. Saat orang baik sedikit padamu, kamu langsung merasa sangat hangat. Kamu benar-benar kasihan.""Kamu ... kamu cari mati!" Rachel langsung menampar Yasmin.Yasmin terjatuh dan terasa pusing. Darah mengalir keluar dari sudut mulutnya. Kemudian, dia bergeming di lantai."Kenapa kamu diam saja? Kamu memprovokasiku hanya untuk mengulur waktu, 'kan? Kuberi tahu kamu, ketika mereka menemukan tempat ini, kamu sudah mati seperti ikan-ikan di sini!"Dingin, dingin sekali ....Udara dingin menembus ke dalam tubuhnya dan darahnya mulai menjadi di
Rumah ini dipenuhi dengan lemari es dan es serut. Di dalam es serut terdapat kotak-kotak berisi ikan beku.Ada termometer yang tergantung di dinding. Suhunya minus 20°C, tapi itu tetap tidak bisa menyembunyikan bau amis di dalam rumah.Yasmin hanya mengenakan kemeja putih, rok span abu-abu dan sepatu flat. Dia berganti menjadi pakaian ini untuk berjalan-jalan dengan anak-anak.Meskipun itu musim dingin, cuaca tidak pernah mencapai minus 20°C. Yasmin yang tidak tahan dingin menyilangkan tangan dan menggosok lengannya. Asap putih keluar dari mulutnya.Ketika dia barusan mengambil beberapa langkah untuk mencari pintu keluar, dia merasakan sesuatu di belakangan.Begitu dia menoleh, sebuah kaki menendang perutnya."Ah!" Yasmin terjatuh. Perutnya sangat sakit untuk beberapa saat."Aku kira kamu nggak akan bangun." Aura membunuh memenuhi tubuh Rachel. Tangannya sedang memegang pisau.Yasmin menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit sambil mengangkat kepala. Saat dia melihat pisau, luka d
"Jangan mendekat!" Bilah pisau di tangan Rachel berkilau. Ujung pisau langsung diletakkan di dekat leher Yasmin. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh mama kalian!"Susan langsung menahan anak-anak dan tidak mengizinkan mereka mendekat.Anak-anak menatap pisau di leher Yasmin dengan ketakutan. "Ma ... Mama ....""Aku mau menolong Mama. Lepaskan aku!"Anak-anak meronta saat ditahan Susan dan Susan hampir melepaskan mereka."Nggak apa-apa. Jangan takut. Kalian jangan mendekat. Semuanya baik-baik saja .... Susan, jangan biarkan mereka mendekat ...." Tubuh Yasmin ditahan dan dia kesulitan bernapas. "Rachel, kamu benar-benar belum mati!""Aku tetap hidup untuk membunuhmu!""Jangan melukai anak-anak." Yasmin melihat ketiga anaknya yang sedang menangis. Hatinya terasa perih, tapi dia tidak mau menakuti mereka.Dia tidak bisa membiarkan mereka terluka!"Tenang saja. Aku hanya ingin membunuhmu!" Rachel barusan selesai bicara.Lalu, beberapa pengawal langsung muncul. Ada pengawal yang melindun
"Tinggalkan dulu pekerjaan Mama. Santai saja," ucap Julian."Kami ingin bermain bersama Mama," ucap Julius.Yasmin tahu kalau mereka sudah lama tidak keluar, lalu Daniel meminta mereka mengerjakan berbagai pekerjaan rumah di Taman Royal. Sepertinya Daniel juga telah berencana mencari guru les untuk mengajar mereka.Yasmin merasa itu terlalu cepat. Setelah dia memikirkannya, anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka tidak diberikan tekanan yang terlalu berat.Namun, dia setuju untuk keluar bersama mereka.Mereka mengunjungi jalan sebelumnya.Yasmin bisa melihat sekarang, jadi dia merasa jauh lebih aman. Dia dapat mengawasi anak-anak kapan saja.Ini tidak seperti terakhir kali mereka berada di mal di mana dia benar-benar tidak berdaya."Mama, ikan!" Anak-anak berhenti di depan sebuah toko.Mereka melihat ikan-ikan di dalam dengan penasaran.Pemilik toko berkata, "Kalian bisa menangkapnya seharga 60 ribu. Kalau kalian berhasil, ikannya menjadi milik kalian.""Seru sekali!" Julia langsun
Yasmin tanpa sadar menjauh. Sorot matanya tampak ketakutan. "Jangan ...."Daniel menarik Yasmin ke pelukannya dengan kuat. "Jangan apa?"Yasmin menggigit bibirnya yang gemetar."Apa kamu nggak menyukainya?""Bukan ...." jawab Yasmin dengan sangat lemah."Aku nggak akan menyentuhmu. Tidurlah." Daniel menempelkan kepala Yasmin ke dadanya sambil memeluknya.Yasmin berada di pelukan Daniel dan mendengar suara detak jantungnya yang kuat.Dia menyadari Daniel menjadi mudah marah, terutama kalau itu berkaitan dengannya.Yasmin tidak berani bertanya apa itu karena Raymond. Dia bahkan tidak berani mengungkit nama Raymond.Begitu Daniel marah, Yasmin akan mengalami akhir yang mengenaskan.Kalau begitu, bagaimana dengan Irene?Apa Yasmin tidak boleh memiliki pemikirannya sendiri? Dia hanya boleh dikontrol Daniel ...?Setelah Irene tahu kalau Yasmin dan Daniel sedang bertengkar, dia pergi ke Grup Naga.Dia menghampiri resepsionis, lalu bertanya, "Apa Daniel ada di sini?"Semua orang tahu hubungan
Yasmin bahkan tidak berani membuat Daniel menunggunya di dalam mobil.Setelah dia menenangkan kegugupannya dan tubuhnya yang dingin, dia naik mobil.Mobil meninggalkan alun-alun dan melaju pergi.Jalan itu awalnya sangat ramai, tapi ketika orang-orang melihat mobil Rolls Royce, mereka berinisiatif memberi jalan seolah-olah mereka takut akan menjadi miskin kalau mereka menyentuhnya sedikit pun saja."Wajahmu tampak pucat. Apa kamu nggak enak badan?" tanya Daniel."Nggak ...." Setelah Yasmin menjawab, tangan besar Daniel menggenggam tangan kecil Yasmin.Daniel mengerutkan alisnya. "Kenapa kamu dingin sekali? Pergi ke rumah sakit."Sebelum Yasmin sempat menjawab, dia telah mendengar perintah Daniel.Sopir segera menuju ke rumah sakit.Awalnya Yasmin ingin mengatakan sesuatu, tapi dia membatalkan niatnya.Kalau dia tidak enak badan, mungkin Daniel akan melepaskannya malam ini ....Setelah mereka tiba di rumah sakit, Helen memeriksa Yasmin.Tak peduli pemeriksaan apa itu, karena Helen adala
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant