Setelah Irene sadar apa yang ingin dilakukan Yasmin, dia segera mengejar."Dia bukan pergi mengejar Daniel, 'kan?" tanya Klara dengan kaget. "Daniel nggak akan melakukan apa-apa pada Yasmin, 'kan?"Andy bangkit dari tempat duduknya. "Aku akan pergi melihatnya."Klara mengambil tasnya, kemudian dia pun hendak pergi.Namun, Dahlia menahannya. "Kenapa kamu pergi dengan terburu-buru? Bukankah Andy sudah mengejar mereka?""Karena aku ingin muntah kalau aku berduaan saja denganmu!" Klara berbalik."Tapi, aku ingin memberitahumu banyak hal yang kamu nggak tahu. Apa kamu nggak penasaran?" tanya Dahlia.Klara berhenti sejenak. Dia menoleh ke arah Dahlia. "Omong kosong apa yang mau keluar dari mulutmu?"Dahlia juga tidak marah karena nanti dia ingin menunjukkan kepada Klara betapa hebatnya dia."Sebenarnya apa yang mau kamu katakan? Kamu nggak bisa memprovokasiku dengan anak-anak. Anak-anak juga nggak mungkin memanggilmu nenek! Nggak mau melahirkan? Aku rasa putrimu memang nggak bisa melahirkan!
Yasmin terengah-engah dan air matanya terus menetes.Kenapa Daniel mau begitu kejam? Yasmin barulah ibu dari anak-anak mereka. Kenapa Daniel mau melakukannya seperti ini ...?Yasmin merasa terpukul dan putus asa. Saat itu dia telah mencoba segala cara untuk melarikan diri, tapi dia tetap berakhir seperti ini.Apakah Daniel masih memiliki rasa kemanusiaan?Padahal Yasmin sudah menggunakan berbagai cara untuk menyenangkan Daniel, jadi seharusnya Daniel tidak begitu kejam padanya!Saat Yasmin berpikir ke depannya anak-anak dibesarkan oleh Irene, tidak memanggil dirinya mama lagi dan mereka akan menjadi asing, itu seolah-olah ada yang menyayat hatinya dengan pisau.Tidak boleh! Pokoknya tidak boleh!Yasmin tidak boleh menyerah dan tidak akan menyerah!Tak peduli betapa susah atau berbahaya, dia harus merebut kembali anak-anak!Yasmin menekan rasa sakitnya, lalu dia kembali. Saat dia melihat wanita yang sedang berjalan ke arahnya itu, dia langsung berhenti.Sambil menenteng tasnya, sepatu h
Yasmin menarik dirinya dari pelukan Andy dengan mata merah. Dia menggelengkan kepalanya, kemudian dia menyeka air matanya dengan kuat dan menenangkan dirinya. "Nggak usah. Aku sendiri bisa memikirkan cara ...." Agar ibunya dapat pulang ke Kota Imperial, ayahnya batal bercerai dengan Dahlia. Itu sama dengan mengurung kebahagiaannya untuk seumur hidup.Kalau Andy pergi lagi, mungkin dia akan dipaksa melakukan sesuatu lagi."Apa yang bisa kamu lakukan? Lebih baik Ayah ....""Aku nggak mau!" teriak Yasmin. "Ini perbuatanku sendiri, jadi aku yang harus menyelesaikannya. Kalian semua nggak bisa membantuku!"Setelah mengatakan itu, Yasmin berlari."Yasmin!" Andy ingin mengejar Yasmin, tapi kemudian dia melihat Klara keluar dari restoran dengan rambut yang acak-acakan dan dahi penuh dengan darah. Itu membuat Andy terkejut dan dia bergegas pergi memapah Klara. "Klara! Apa yang terjadi padamu?""Aku ... dipukul oleh istrimu." Klara bersandar ke dada Andy. "Di mana Yasmin?"Fokus Andy telah terbe
Yasmin kembali ke kompleks kecilnya, lalu dia menuju ke lantai enam.Rumahnya kosong.Barang-barang anak-anak masih ada, tapi orang-orangnya tidak ada.Yasmin menyimpan mainan di lantai sambil menangis.Kata-kata Irene seperti pisau yang terus-menerus menyayat hatinya.Sebagai seorang ayah kandung, bagaimana Daniel bisa menoleransi perbuatan Irene? Apa dia begitu mencintai wanita itu?Sebenarnya harus bagaimana Daniel baru menjadi lebih baik hati?Sedikit saja pun bagus ...."Apa kamu masih mau menyewa rumah ini?" Terdengar suara seseorang dari belakang.Yasmin mengelap air matanya sebelum dia menoleh. Dia melihat pemilik rumah ini."Aku meneleponmu, tapi panggilanku nggak pernah tersambung. Di dalam rumah juga nggak ada orang. Apa kamu masih mau menyewa rumah ini?"Yasmin mengingat ponselnya yang jatuh ke dalam laut karena kecelakaan helikopternya. Dia bangkit, lalu berkata, "Maaf. Aku sibuk selama beberapa hari ini. Aku nggak mau menyewa rumah ini lagi. Apa masanya sudah berakhir?""
Yasmin langsung tahu kalau ibunya sudah menekan speaker. Lalu, dia berkata, "Ayah, aku baik-baik saja. Helen bilang aku sudah bisa beraktivitas dengan normal selama aku nggak melakukan olahraga berat."Klara menghela napas. "Sekarang aku mengerti kenapa dulu kamu bersikeras nggak mau tinggal bersamaku, ternyata karena anak-anak. Sekarang anak-anak sudah nggak ada, jadi kenapa kamu masih keras kepala?""Bu, setelah masalahku selesai, aku baru tinggal bersamamu," kata Yasmin.Klara paham maksud Yasmin, lalu dia bertanya, "Bagaimana kamu mau menyelesaikannya?""Aku belum memikirkannya. Aku nggak bisa berpikir ..." kata Yasmin dengan murung.Klara dan Andy sangat khawatir ketika mereka mendengar suara Yasmin yang lemah.Andy berkata, "Yasmin, jangan tinggal di kompleks. Tinggal di apartemen saja. Saat di rumah sakit, bukankah Ayah sudah memberitahumu apartemennya sudah selesai direnovasi? Kamu boleh tinggal di sana kapan saja.""Nanti aku baru pindah. Sekarang aku mau tinggal di kompleks.
Yasmin tercengang, kemudian dia buru-buru bertanya, "Apa kamu ada bertemu dengan anak-anak?"Martin mengangkat gelasnya.Karena Yasmin ingin tahu, dia pun meminum anggur merahnya.Martin berkata, "Kamu datang ke rumah pria asing dan langsung meminum anggur merah yang disodorkannya. Kamu sungguh tahu cara membuat orang khawatir padamu ....""Kamu akan mengatakannya atau tidak?" kata Yasmin dengan keningnya sedikit berkerut."Ada. Mereka sedang makan bersama Daniel. Pemandangan itu juga terlihat bagus, harmonis." Martin meneguk anggur merahnya. Setelah dia meletakkan gelasnya, dia berkata, "Kamu nggak usah khawatir. Bagaimanapun juga, mereka adalah anaknya. Sejujurnya, mereka hidup lebih baik daripada bersamamu yang miskin.""Aku tahu ...." Yasmin bahkan tidak usah mendengar itu dari Martin."Tadi siang kalian sudah berbicara?" tanya Martin."Bagaimana kamu tahu?""Aku mendengar dari orang lain," jawab Martin dengan santai. "Dari raut wajahmu, sepertinya kamu gagal."Yasmin terus mengetu
Saat Yasmin menoleh, dia baru menyadari dia berada di dalam sebuah kamar tidur. Dilihat dari interiornya, ini pasti kamar Martin.Yang benar saja, Yasmin tidak ingin masuk kamar Martin.Akan tetapi, sekarang dia tidak bisa keluar ....Yasmin diam-diam membuka pintu sedikit. Dia melihat ada yang masuk ke dalam ruang tamu, ternyata itu David.Begitu David masuk, dia bertanya pada putranya, "Kenapa kamu nggak mengangkat teleponku?""Mungkin aku nggak melihatnya."David juga tidak peduli apa Martin mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Dia ada pertanyaan yang lebih mendesak. "Apa kamu tahu sekarang Grup Naga sedang heboh tentang Daniel punya anak? Bagaimana dia bisa punya anak? Kapan anaknya lahir? Apa Irene sudah hamil? Bagaimana aku bisa nggak tahu tentang hal sepenting itu?"Yasmin berpikir ternyata David datang untuk bertanya tentang hal itu.Martin duduk di sofa, lalu berkata, "Aku juga barusan tahu. Daniel memang punya anak kembar tiga, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yan
"Sudahlah. Aku nggak bisa menasihatimu lagi. Aku pergi dulu." David menuju ke pintu depan, kemudian dia keluar.Setelah pintu ditutup, Yasmin baru keluar dari kamar."Apa kamu mendengarnya? Ayahku bilang kamu wanita licik," ejek Martin."Iya, jadi kamu harus jauh-jauh dariku. Kamu jangan sampai tergoda oleh wanita licik ini," balas Yasmin dengan ketus."Seberapa jauh?" tanya Martin sambil berjalan mendekati Yasmin.Melihat Martin mendekat dengan ambigu, Yasmin pun melangkah mundur. Dalam sekejap, punggung Yasmin menempel dinding. Kemudian, dia segera mengulurkan tangannya untuk menahan dada Martin agar dia tidak makin mendekat.Namun, sebelum Yasmin sempat menyentuh dada Martin, kedua pergelangan tangannya sudah digenggam.Tubuh Martin mendekat, jadi Yasmin berteriak, "Martin Guntur!"Muka Martin berhenti beberapa milimeter dari muka Yasmin, kemudian Martin bertanya, "Apa jarak ini cukup?"Kalau Martin memajukan wajahnya sedikit, dia sudah bisa mencium Yasmin.Yasmin memalingkan wajahn