"Halo. Siapa, ya?""Bibi, ini Yasmin.""Apa? Nona Yasmin? Nona Yasmin, apa ini benar-benar kamu?" Bibi kaget sekali.Apa Yasmin tidak merasa aneh?Dia baru ingin bertanya, tapi kemudian dia mendengar suara gembira anak-anak."Mama!""Apa itu Mama?""Aku mau mendengar suara Mama!"Bibi menyalakan speaker, kemudian terdengar suara Yasmin yang berkata, "Ini Mama. Kalian kangen Mama, ya?""Kangen!" jawab anak-anak dengan serentak."Kami kangen sekali sehingga kami nggak bisa tidur!""Mama, ada wanita jahat bilang helikopter yang kamu naiki jatuh ke laut! Apa itu benar?" tanya Julius.Dua anak lainnya mempertajam pendengaran mereka.Yasmin buru-buru menjelaskan, "Nggak. Kalau iya, apa Mama bisa menelepon kalian?""Kalau begitu, kami mau video!" kata Julia."Ini ...." Yasmin tidak menyangka mereka tidak hanya bisa berbicara melewati telepon, tapi mereka juga mau video. Usia mereka sekarang saja sulit ditipu. Bagaimana nanti setelah mereka lebih besar? "Sekarang Mama nggak bisa. Ada atasan ya
Yasmin nyaris tidak bisa melihat anak-anaknya lagi."Benar-benar Mama!" kata Julian dengan semangat. Matanya yang besar berkilau."Iya. Mama nggak membohongi kami!" seru Julia."Wanita jahat itu beromong kosong!" kata Julius."Lain kali aku mau menusuknya dengan pedangku!" marah Julian sambil mengayunkan tangannya.Yasmin tertawa. Dalam sekejap, tulang rusuknya tertarik. Dia kesakitan dan segera menekan perutnya sambil menahan tawa.Luka pada jaringan lunak di sana belum sembuh dan akan terasa sakit kalau dia mengerahkan tenaga."Mama, kapan kamu pulang? Aku sangat kangen padamu! Dari telepon, aku nggak bisa memeluk Mama." Kemudian, Julia menempelkan bibirnya ke layar.Ketika Yasmin melihat bibir kecil yang dikerucutkan itu, dia pun mendekat dan mengecupnya.Seperti ini seakan-akan dia bisa mencium mereka."Mama akan pulang dalam beberapa hari. Mama nggak akan lama," kata Yasmin dengan lembut."Kami mau menunggu lagi? Mama, bisakah lain kali Mama nggak bekerja? Aku bisa menjaga Ibu!" k
"Bibi nggak sempat memberitahumu. Dia nggak tahu bagaimana Irene bisa tahu. Irene datang ke rumah, kemudian bertemu dengan anak-anak. Sepertinya dia sudah tahu semuanya," kata Raymond.Yasmin tercengang. Benaknya menjadi kacau dan dia hampir pingsan.Raymond tahu bagaimana perasaan Yasmin sekarang, jadi dia menenangkan Yasmin, "Jangan panik. Irene nggak berani memberi tahu Daniel. Bagaimanapun juga, dia khawatir keberadaan anak-anak akan mengancam posisinya."Yasmin baru bisa bernapas. Dia memegang keningnya yang sudah menjadi dingin."Tapi, setelah Irene mengetahuinya, dia pasti nggak akan duduk diam saja. Apa dia akan melukai anak-anak? Nggak bisa, aku harus pulang ke Kota Imperial!" kata Yasmin dengan gelisah."Yasmin, sekarang kamu menjaga kesehatanmu dulu. Anak-anak sudah tinggal di rumahku. Irene pun sudah nggak punya kesempatan untuk bertemu dengan anak-anak. Tenang saja."Yasmin baru merasa tenang. "Pak Raymond, terima kasih dan maaf .... Setelah apa yang kulakukan padamu, kamu
Yasmin bukan ingin pilih kasih, tapi anak-anaknya baru berusia dua tahun. Mereka masih kecil. Bagaimana dia bisa tenang?!Terlebih lagi, sekarang yang penting adalah dia tidak berani jauh-jauh dari mereka.Kalau sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan benar-benar terjadi, setidaknya Yasmin ada di sana. Dia bisa menenangkan anak-anak dan tidak membiarkan mereka merasa takut ....Selama beberapa hari Yasmin dirawat di rumah sakit, Irene menyadari anak-anak sudah tidak tinggal di kompleks, melainkan di rumah Raymond.Ini berarti sudah lama Yasmin dan Raymond bekerja sama.Pantas saja privasi anak-anak terlindungi dengan baik.Siapa yang percaya kalau mereka berdua suci?Karena itu, Irene tidak dapat bertemu dengan anak-anak.Awalnya dia ingin mencari orang untuk menculik anak-anak, lalu melempar mereka ke tempat terpencil agar Yasmin mencari mereka sampai dia menggila.Sepertinya rencana itu sudah tidak bisa dilaksanakan.Bekerja sama dengan Raymond? Itu lebih tidak mungkin.Pria itu juga
"Panti asuhan?" Wulan tahu tempat apa itu. Namun, bagaimanapun juga, dia masih menyayangi anak-anak.Mereka sangat lucu. Kalau mereka dilemparkan ke panti asuhan yang tidak peduli pada mereka, itu juga terlalu kejam.Saat Irene melihat Wulan bimbang, kesabarannya langsung menghilang. "Nggak mau, ya? Kalau begitu, aku akan memberi tahu Raymond sekarang juga!" Setelah itu, Irene mengeluarkan ponselnya."Mau, mau! Aku bersedia!" Wulan yang ketakutan segera menganggukkan kepalanya.Irene menyunggingkan seulas senyuman. Dia berdiri dan berkata, "Kalau begitu, tunggu kabar baik dariku."Setelah mendengar suara pintu ditutup, Wulan menjadi ragu.Ponselnya yang berdering membuatnya terkejut.Ketika dia melihat penelepon adalah Yasmin, dia makin tidak berani mengangkat telepon."Aneh. Kenapa Bibi nggak mengangkat telepon?" gumam YasminPintu kamar pasien terbuka, lalu Klara masuk sambil membawa semangkuk bubur. Dia meletakkannya di atas meja, lalu buru-buru memegang kedua telinganya. "Panas.""
Untuk apa Daniel mempunyai begitu banyak pengawal?Membuat keributan tentu tidak berguna!Namun saat ini, situasinya memang sangat berbeda dari apa yang dimengerti Yasmin.Apa ini "hadiah" untuknya karena dia berhasil lolos dari kematian?Ini kemungkinan yang sangat besar.Malam hari, ketika Klara tidak ada, Yasmin menelepon Daniel.Telepon tersambung.Yasmin berkata, "Besok aku pulang.""Apa kamu mau aku menjemputmu?""Bukan itu maksudku." Yasmin menjelaskan, "Apa vila ibuku bisa ditinggal? Rumahku kecil, jadi ibuku pasti nggak tenang kalau aku tinggal sendirian. Kalau Irene dan ibunya ada di sana, aku nggak bisa beristirahat.""Kamu tinggal di rumah sakit, nggak perlu pergi ke vila.""Kalau begitu, di mana ibuku tinggal?" Yasmin memanyunkan bibirnya. Dia bergumam, "Kalau dia nggak punya rumah dan tinggal di tempatku, nanti ... kamu nggak akan merasa nyaman ketika kamu datang, 'kan?Daniel menarik napas, lalu menjawab, "Aku mengerti."Setelah telepon dimatikan, Yasmin menghela napas l
Klara melihat sekeliling kamar pasien. Semuanya bagus, tapi ia hanya punya satu tempat tidur.Tidur di sofa pasti tidak nyaman.Dia sudah sangat lama meninggalkan vilanya dan dia benar-benar ingin pergi melihatnya ...."Tapi, bukankah vilaku sudah diambil Dahlia dan putrinya? Apa mereka mau mengembalikannya padaku?" tanya Klara dengan cemas."Kamu pulanglah untuk melihat apa mereka masih ada atau nggak."Klara tidak mengerti maksud Yasmin. Kalau mereka masih ada, bagaimana kalau mereka bertengkar?Namun, saat Klara mendengar nada Yasmin, sepertinya hal seperti itu nggak akan terjadi.Sore hari, Klara kembali ke vilanya. Di dalam tidak ada orang lain dan bahkan tidak ada jejak orang lain pernah tinggal.Dia menuju ke kamarnya. Jejak dia sendiri pernah tinggal pun sudah tiada.Semua baju di ruang gantinya telah dibuang.Banyak pakaian mahal yang belum dia pakai.Klara marah sekali sehingga dia ingin mengutuk orang.Kemudian, dia menenangkan dirinya. Untungnya, vilanya masih ada. Jadi, di
Dahlia menghampiri Andy, lalu berkata, "Sudah pulang? Makanan sudah selesai dimasak. Apa kamu mau makan sekarang?"Dahlia ingin mengambil tas kerja Andy, tapi Andy sudah menyerahkannya kepada Bibi. "Ya." Setelah dia mengatakan itu, dia pergi ke ruang makan.Dahlia menarik napas dalam-dalam dan menekan kekesalan di hatinya. Dia memaksakan diri untuk tersenyum, lalu mengikuti Andy. "Aku sudah memasak makanan kesukaanmu."Irene berhenti di depan pintu ruang makan, kemudian dia berkata. "Aku nggak mau makan. Kalian saja.""Ha? Nggak mau? Kamu mau ke mana?" tanya Dahlia.Andy menjawab, "Makanlah dulu sebelum kamu pergi. Kamu nggak terburu-buru, 'kan?""Aku akan makan di Taman Royal." Irene sedang tidak ada tenaga untuk berakting di keluarga yang penuh kasih ini sama sekali.Melihatnya saja membuatnya kesal.Terlebih lagi, dia meminta bantuan dari Daniel untuk memaksa ayahnya pulang agar orang tuanya bisa berdamai kembali.Kalau Irene berada di sini, mereka pasti akan merasa canggung.Saat d