Daniel menggendong Yasmin pulang, kemudian dia melempar Yasmin ke tempat tidur.Daniel berdiri di tepi tempat tidur sambil melihat separuh wajah Yasmin yang terkubur di dalam bantal.Karena Yasmin mabuk, seluruh tubuhnya merah. Dia tampak memesona dan polos.Kerah kemejanya sedikit terbuka karena dari tadi dia bergerak dan itu mengekspos kulitnya yang sedikit merah.Yasmin bersiap-siap untuk tidur seperti itu."Kamu bau alkohol. Pergi mandi sana," perintah Daniel yang mengandung nada mengancam.Sayangnya, jangankan perintah yang mengerikan itu, meskipun Daniel meletakkan pisau di leher Yasmin, Yasmin juga tidak akan bereaksi.Palingan Yasmin mengelak sedikit karena rasa dingin dari bilah pisau.Daniel pergi menarik Yasmin.Namun, Yasmin makin mengubur dirinya ke dalam selimut.Daniel mencengkeram muka Yasmin dan berkata, "Aku bilang sekali lagi, pergi mandi.""Nggak mau .... Pergi, aku mau tidur ...." Yasmin mendorong tangan yang memegang wajahnya, lalu dia menjatuhkannya kepalanya ke
"Apa?" Yasmin tidak memahami cara berpikir Daniel. "Aku nggak berpikir seperti itu."Saat muncul suara ketukan pintu, tubuh Yasmin mematung.Siapa yang mengetuk pintu? Bukan anak-anaknya, 'kan?"Pergi buka pintu," perintah Daniel dengan tajam.Yasmin ragu sejenak. Bagaimana dia bisa pergi membuka pintu?Dia sendiri telanjang!Kalau dia harus pergi mengambil pakaian, bukankah dia harus berjalan telanjang di depan Daniel?Ini ...."Untuk apa kamu menutupi dirimu?" Setelah mengatakan itu, Daniel langsung menarik selimutnya."Aaa!" teriak Yasmin sambil memeluk tubuhnya sendiri."Diam!"Setelah Yasmin memakai pakaiannya, dia pergi membuka pintu dengan wajah merah. Dalam hatinya, dia terus-menerus mengumpat Daniel.Setelah orang yang di luar mengetuk pintu dua kali, tidak ada suara lagi.Orangnya seakan-akan sudah pergi.Yasmin membuka pintu dan menunjukkan seorang pengawal yang sedang menunggu. Pengawal itu memegang kantong tas yang berisi pakaian. Yasmin pun paham apa yang terjadi.Setelah
Ketika Daniel keluar dari koridor, raut wajahnya tampak masam.Celananya bahkan ada bekas tangan kecil.Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia mau pergi ke lantai enam untuk melihat anak-anak.Apa karena kata-kata Yasmin?Suasana hati Daniel menjadi makin jelek.Yasmin melihat mobil Daniel melaju pergi dari balkon, setelah itu dia baru berani pergi ke lantai enam.Begitu dia masuk, dia langsung mengunci pintu.Yasmin bersikap seperti pencuri.Melihat anak-anaknya ingin memeluknya, dia segera menahan tangan-tangan kecil mereka. "Nggak boleh, nggak boleh. Nanti baju Mama kotor ....""Mama, orang ... orang itu mencari kami," kata Julian."Apa dia bersama Mama?" tanya Julia."Apa semalam kalian tidur bersama?" tanya Julius dengan penasaran.Tebakan mereka akurat sekali sehingga Yasmin merasa sangat bersalah. "Nggak. Dia kebetulan lewat ...."Apa lagi yang bisa dikatakannya? Dia hanya bisa merahasiakannya.Setelah dia menyuruh anak-anak pergi bermain, dia berbisik kepada Bibi, "Dia nggak men
Martin meninggalkan David yang sangat marah.Mereka berjalan sampai ke kantor Martin.Yasmin menarik kembali tangannya. "Untuk apa kamu menarikku ke sini? Aku kembali dulu.""Sekarang dia masih emosi. Aku khawatir dia akan mengganggumu." Martin menuju ke sofanya, lalu duduk sambil menyilangkan kakinya.Yasmin pun berhenti.David tidak bisa memecatnya, tapi bagaimana kalau nanti David memukulnya?Pria itu seolah-olah akan memukulnya.Yasmin pun duduk sembari meminum airnya dengan perlahan."Apa kamu selalu bertindak dengan sembrono?" Martin melihat Yasmin minum air. Bibir Yasmin menjadi merah karena air hangat yang diminumnya.Yasmin tahu apa maksud Martin. Yasmin ingin menyangkalnya, tapi saat Yasmin mengingat kembali kehidupannya, hampir semuanya hasil dari perbuatannya yang sembrono.Kalau dia tidak pergi ke bar, tidak akan ada yang terjadi antaranya dengan Daniel. Kalau dia tidak melahirkan, dia tidak akan terus terjerat dengan Daniel.Semua itu konsekuensi dari perbuatan sembronony
Selesai mandi, Yasmin melihat anak-anak sedang memegang ponselnya lagi.Julian mengangkat ponsel tersebut sambil bertanya, "Mama, apa kode sandinya?""Mama sudah mengganti kode sandinya," kata Julia dengan sedih."Kenapa," tanya Julius.Yasmin tertawa, lalu menjawab, "Kode sandi sebelumnya kurang bagus, jadi Mama menggantikannya. Mau bermain?""Aku mau menonton kartun," kata Julian.Yasmin mengambil ponselnya untuk memasukkan kode sandinya.Ketika kepala anak-anak mendekat, Yasmin sudah membuka kunci ponselnya.Mereka tampak bingung karena mereka tidak melihatnya.Ingatan mereka sangat bagus. Mereka dapat mengingatnya hanya dengan melihat sekali saja. Maka itu, Yasmin tidak mau mereka melihatnya.Nanti jangan sampai mereka mengirim pesan kepada Daniel lagi di belakangnya. Atau menelepon Daniel. Yasmin akan terkena serangan jantung.Ketika anak-anak sedang menonton kartun, ada yang menelepon ponsel Yasmin."Mama mengangkat telepon dulu, ya." Yasmin berdiri, kemudian keluar dari kamar.A
"Kamu boleh makan apa pun yang kamu mau ketika kamu sama Ibu. Ibu tahu betapa susahnya hidupmu dulu," kata Klara dengan lembut. "Sekarang kamu adalah orang Ibu, jadi Ibu nggak akan membiarkan orang lain menindasmu. Kalau ada apa-apa, kamu boleh memberi tahu Ibu. Ibu akan membantumu."Yasmin sedang melihat menu. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Hidupku nggak ... begitu susah. Yang lalu biarlah berlalu."Saat Klara mendengar itu, dia menjadi sangat emosional. "Ya! Biarkan semuanya berlalu!"Dua orang tidak perlu makan begitu banyak.Kalau bukan karena Yasmin menghentikannya, Klara akan memesan banyak sekali makanan."Ibu kenyang sekali." Klara memegang perutnya. "Kamu pelan-pelan makan, ya. Ibu pergi ke toilet dulu."Klara masih perlu berjalan beberapa jarak, tapi di area ini ada toilet pribadi.Dia baru sampai persimpangan ketika dia mendengar suara seseorang."Eh, kebetulan sekali. Kamu juga makan di sini?"Klara menoleh. Ternyata si dewi pianis yang anggun, Irene.Namun, suasana h
Irene berdiri di tempatnya sambil mengepalkan tangan dengan erat.Ketika dia melihat genangan darah di lantai, itu baru diam-diam menenangkan kecemburuannya.Yasmin tidak akan bisa menang dari Irene!Daniel masuk ke dalam mobil secepat kilat. Auranya yang menakutkan membuat sopir bereaksi dengan lambat."Ke rumah sakit!" perintah Daniel.Sopir itu buru-buru menyalakan mesin mobil, kemudian segera menyetir.Mobil melaju dengan cepat dan stabil di jalan.Akan tetapi, itu tetap tidak bisa menghilangkan suasana cemas dan bau darah yang menyengat di dalam mobil.Yasmin yang sedang dipeluk terus mengerang karena kesakitan dan tubuhnya tidak berhenti gemetar.Daniel memegang rahang Yasmin dan berkata, "Tarik napas dalam-dalam ...."Secara naluriah, Yasmin menarik napas dalam-dalam, tapi dia masih kesakitan.Wajahnya pucat sehingga bibirnya juga sudah menjadi putih.Saking sakitnya, keringat dingin membasahi keningnya."Sebentar lagi kita sampai rumah sakit." Daniel membelai wajah Yasmin, tapi
Namun, wajah Yasmin masih terlihat pucat. Tubuhnya belum pulih.Dia dapat merasakan sakit di bagian perutnya.Tadi ketika dia ditendang Daniel, dia merasakan sakit yang luar biasa. Rasanya mengerikan seperti ditabrak mobil.Yasmin tidak mungkin baik-baik saja karena dia berdarah begitu banyak.Terutama ketika dia melihat ekspresi Klara. Sepertinya masalahnya lumayan serius.Yasmin pun berkata dengan gugup, "A ... ada apa denganku? Apa kata dokter? Apa tulang rusukku patah?""Nggak ...." Mata Klara merah. Dia sungguh tidak bisa menahannya lagi. "Kamu keguguran ...."Untuk sesaat, Yasmin tidak paham.Apa maksudnya?Apa Klara tahu kalau dulu Yasmin pernah menggugurkan kandungannya?Kalau ini tentang masalah dulu, kenapa Yasmin merasa ada yang aneh?"Bicara yang jelas. Aku keguguran apa?""Kamu sudah hamil dua bulan. Setelah ditendang, apa kandunganmu bisa baik-baik saja?" Klara menghela napas dengan sedih.Tidak apa-apa kalau Yasmin kehilangan bayi itu. Lagi pula, Daniel adalah pria beren
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati