Setelah Yasmin tahu di mana Daniel, dia terkejut dan membelalakkan matanya. Tangannya yang gemetar membuat ponselnya jatuh ke lantai."Ada apa?" tanya Raymond.Yasmin tersadar, kemudian dia buru-buru mengambil ponselnya. "Tergelincir. Jangan membantuku mengupas udang lagi. Kamu juga makan."Lalu, Raymond mengangkat tangannya yang sedang memakai sarung tangan plastik. Dia berkata dengan lembut, "Bantu aku melepaskan ini."Wajah Yasmin pun memucat, kemudian dia tanpa sadar melirik orang tua Raymond.Mereka malah bersikap bodoh, tapi mereka tidak bisa menyembunyikan senyuman mereka.Yasmin malu menunjukkan kemesraan di depan orang tua.Ketika dia sedang merasa gugup, terdengar suara ketukan pintu.Seorang pelayan masuk, lalu dia membungkukkan badannya dan mengatakan sesuatu ke telinga Alvin.Yasmin menyadari perubahan raut wajah Alvin.Pada saat ini, terdengar suara rendah seseorang yang berkata, "Pak Alvin, aku nggak mengganggu, 'kan?"Suara itu langsung membuat wajah Yasmin menjadi puca
Tak disangka, mereka malah sungguh bertemu. Suasana tadi sangat berbahaya.Aura Daniel membuat bulu kuduk semua orang berdiri.Acara makan yang tadi ceria menjadi suram sekarang.Yasmin merasa canggung dan bersalah. Dia berkata, "Maaf, aku ... aku pulang dulu.""Aku akan mengantarmu." Raymond ikut berdiri.Alvin langsung berteriak, "Berhenti!"Yasmin berhenti sesaat, tapi dia langsung keluar dari ruangan tersebut.Dia berlari menyusuri koridor.Sebuah tangan mendadak muncul dari samping dan mencengkeram leher Yasmin, kemudian menyeretnya ke ruangan lain."Ah!" Yasmin terjatuh ke meja. Dia menoleh dengan kaget, lalu dia melihat Daniel yang terlihat seperti iblis.Yasmin segera berdiri, lalu dia melangkah mundur."Ini alasan kenapa kamu menetap?" tanya Daniel dengan nada mengancam."Apa pun alasanku, kamu nggak seharusnya memperlakukanku seperti ini!" jerit Yasmin sambil menahan air mata. Menghinanya di depan orang tua Raymond sama dengan menghina Keluarga Gunawan. "Kenapa kamu seperti i
Pagi-pagi, Yasmin sudah bangun. Dia naik taksi ke apartemen Raymond untuk melihat anak-anak.Raymond yang membuka pintu, tapi Yasmin tidak menyangka Raymond akan begini cepat bangun.Terlebih lagi, raut wajah Raymond terlihat kurang baik."Ada apa denganmu? Apa semalam kamu nggak tidur nyenyak?" tanya Yasmin."Hanya masalah pribadi." Raymond menggenggam tangan Yasmin, lalu menariknya agar Yasmin mendekat. Raymond menatap Yasmin lekat-lekat sambil berkata, "Aku akan menanganinya selama kamu nggak mundur."Yasmin menundukkan kepalanya. Apa Raymond bisa melihat kalau Yasmin mau mundur?Namun, pilihan tersebut bukan di tangan Yasmin ....Setiap Yasmin memejamkan matanya, tampang menyeramkan Daniel di ruangan VIP semalam akan muncul di benaknya.Saat Yasmin menarik tangannya, tatapan mata Raymond berubah."Pak Raymond, apa kita bisa membicarakan ini lain kali saja? Kini aku punya terlalu banyak masalah. Dari awal, seharusnya aku nggak menyetujuimu ...." Yasmin menatap Raymond dengan berani
Yasmin melihat Klara.Saat Yasmin melihat Klara mengalihkan pandangannya, Yasmin pun bertanya dengan marah, "Apa pelajaran waktu itu belum cukup? Kenapa kamu mau pergi menyinggungnya? Apa kamu benar-benar mau dibunuh Daniel?""Mm! Mmm!" Klara tidak bisa berbicara, jadi dia hanya bisa membela diri seperti ini.Yasmin sangat lelah. Dia merasa gelisah dan juga marah. Dia tidak ingin memahami pembelaan diri Klara.Yasmin mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Daniel.Dia tidak mungkin membiarkan Klara disiksa.Nada sambung berbunyi beberapa kali sebelum ada yang mengangkat telepon.Yasmin segera berkata, "Maaf, ibuku nggak sengaja. Tolong ... tolong maafkan dia! Atau aku bisa melakukan ... apa pun yang kamu mau ....""Apa yang bisa kamu lakukan?" tanya Daniel dengan suara yang seperti iblis.Apa yang bisa dia lakukan? Untuk sesaat, kepala Yasmin terasa kacau. "Di mana kamu? Aku akan mendatangimu."Daniel diam saja. Waktu yang tertunda itu membuat napas Yasmin terengah-engah, jantungnya ber
"Ah!" Yasmin terjatuh. Rasa bahaya membuatnya cepat-cepat berbalik. Dia menghadapi Daniel yang marah dan berkata, "Kamu nggak boleh memperlakukanku seperti ini, nggak boleh ...."Daniel tertawa dengan sinis.Dia mengambil ponselnya untuk menelepon seseorang, lalu dia memerintah, "Pukul dia!"Setelah Daniel memberi perintah, dia menyalakan speaker.Yasmin merinding saat dia mendengar Klara dipukul dan berteriak.Wajah Yasmin menjadi pucat pasi.Meskipun Klara sudah meninggalkannya, mereka tetap sedarah.Yasmin merangkak dengan panik, kemudian dia memeluk kaki Daniel sambil memohon, "Jangan, jangan! Suruh mereka berhenti! Dia akan mati. Hentikan!"Dengan ekspresi kejam, Daniel hanya menatapnya. Dia sama sekali tidak punya niat untuk menyuruh pengawalnya berhenti.Di speaker, teriakan Klara makin meninggi. Yasmin pun menangis. "Jangan. Cukup, Daniel. Kak, kumohon padaku. Aku bersalah, aku bersalah ...."Yasmin bahkan berusaha berdiri, kemudian dia ingin mencium bibir Daniel untuk menyenan
Irene pasti tidak akan membiarkan itu terjadi!Keesokan harinya saat hampir siang, Yasmin baru bangun.Setelah dia membuka matanya, butuh waktu yang lama baginya baru bisa bergerak.Bisa-bisanya dia dan Daniel melakukan itu lagi. Bukankah pria itu sudah punya Irene? Apa Irene tidak cukup bagi Daniel?!Yasmin mengira itu tidak akan terjadi, tapi dia salah.Yasmin seperti hewan peliharaan yang dapat ditindas dan dimakan oleh Daniel kapan saja. Yasmin tidak punya kekuatan sedikit pun.Dia berdiri dengan susah payah untuk memakai baju.Lalu, dia keluar dari kamarnya.Ponsel yang di dalam tasnya dan di lantai berdering.Awalnya Yasmin ingin berjongkok untuk mengambilnya, tapi karena dia tidak ada tenaga, bokongnya langsung jatuh terduduk.Yasmin mengangkat ponselnya, kemudian dia melihat penelepon adalah nomor asing. Dia mengangkat telepon, lalu berkata dengan suara serak, "Halo?""Yasmin, kenapa kamu nggak masuk kerja?"Yasmin tercengang. Joshua?"Kalaupun kamu mau minta cuti, seharusnya k
Yasmin menelepon sekolah dan meminta mereka menurunkan anak-anak di kompleksnya.Raymond pun menelepon Yasmin dan bertanya, "Apa terjadi sesuatu?"Yasmin tahu dia harus punya alasan kenapa dia menjemput balik anak-anak. Raymond pasti akan merasa curiga. "Daniel sudah tahu aku pergi ke tempatmu. Aku takut dia akan tahu tentang anak-anak.""Dia nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?""Ya, tapi ibuku .... Ibuku yang akan dihukum kalau aku membuatnya nggak senang. Tapi, untungnya dia hanya menakutiku. Kamu nggak perlu khawatir.""Dasar orang gila!" Raymond yang selama ini bersikap elegan pun tidak tahan memaki orang.Yasmin sangat setuju dengannya.Siapa yang bilang Daniel bukan orang gila?Daniel sangat gila."Aku akan menyuruh Bibi tinggal di apartemen lain bersama anak-anak," kata Raymond.Mata Yasmin memerah. "Kamu nggak usah begitu baik padaku ....""Aku sudah terbiasa anak-anak tinggal di sini. Aku pasti nggak bisa terbiasa kalau mereka pergi. Tapi, untung aku adalah kepala sekolah, j
Sepertinya bagi Daniel, selain Irene, orang lain hanyalah semut."Kamu sendirian?" tanya Yasmin."Selama kamu punya uang, pasti ada orang yang melayanimu." Menurut Klara, uang adalah segalanya. Makanya itu, dia sangat menyukai uang. "Kalau bukan karena kamu bilang mau datang ke vila, aku nggak mau memberitahumu."Kebetulan seorang perawat masuk untuk bertanya pada Klara apa dia sudah makan malam.Klara memesan dua porsi makanan. Dia ingin Yasmin tinggal untuk makan bersamanya.Yasmin pun tidak menolak."Yasmin, maaf. Ibu juga nggak menyangka masalah ini akan menjadi seserius ini. Kami saling menghina, apa Daniel perlu ikut campur? Irene benar-benar munafik!" kata Klara dengan kesal."Dia ingin sekali mencari kesalahan kita agar Daniel melakukan sesuatu pada kita! Lain kali jangan melakukannya lagi. Kamu pergi saja kalau melihatnya.""Tapi, pria memang suka wanita seperti itu. Wanita yang pura-pura lemah dan kasihan, lalu menetes beberapa air mata. Sungguh licik!" Klara menatap Yasmin y