Masih ada bekas air mata di wajah Yasmin. Dia menatap Daniel. Yasmin merasa ketika orang sedang terluka, orang itu menjadi berani dan tidak memerlukan alkohol."Apa yang mau kamu lakukan?""Temani aku makan.""Kamu bisa mencari wanita mana pun. Kezia bahkan akan merasa senang. Kenapa harus aku dan kenapa harus hari ini? Apa kamu sangat membenciku?" tanya Yasmin."Kamu sangat sedih?" tanya Daniel.Untuk sesaat, Yasmin tidak bisa menjawabnya."Dia adalah kerabatmu. Sejujurnya, aku nggak akan merasakan hal yang sama.""Karena kamu nggak punya perasaan! Kamu nggak hanya acuh tak acuh terhadap orang luar, tapi juga dengan keluargamu sendiri. Aku tanya padamu, di dunia ini apa ada orang yang sungguh-sungguh memedulikanmu bukan karena uang dan posisimu?""Katakan itu lagi!" ucap Daniel dengan sinis.Yasmin pun merinding. Dia menggigit bibirnya dan merasa takut.Daniel mendekat. Yasmin yang ketakutan menjerit, "Ah!"Daniel menekan wajah Yasmin ke kursi. "Kenapa nggak berbicara lagi?"Napas Yas
Nico merasa rasa sakit di pergelangan tangannya perlahan-lahan menjalar ke seluruh lengannya. Sebelum dia bisa membuat keputusan, tangannya sudah tidak bertenaga dan melepaskan lengan Yasmin.Daniel langsung memutar lengan Nico. Kemudian, terdengar teriakan Nico dan suara patah tulang."Pergi!"Nico tidak menyangka dia akan berpapasan dengan pria itu lagi. Dia pun berlari ketakutan.Daniel ingin memeriksa lengan Yasmin, tapi Yasmin melangkah mundur. "Aku nggak butuh kebaikanmu! Lagi pula, bukankah hal ini terjadi karenamu? Kamu membiarkan orang lain mengira aku menjual tubuh. Kamu mempermalukanku di mana-mana. Sepertinya kamu senang sekali, 'kan?!"Raut wajah Daniel berubah menjadi masam."Nggak apa-apa. Siapa suruh aku sial?" Yasmin mentertawakan dirinya sendiri. Setelah dia selesai berbicara, dia masuk ke toilet wanita.Setelah dia masuk, dia berdiri di depan kaca. Dia memandang cerminannya sendiri. Air matanya mau menetes lagi, jadi dia mendongakkan kepalanya. Kemudian, dia menenang
Yasmin tidak punya mood untuk berbaur dengan suasana ini. Mereka seperti di dua dunia yang berbeda.Yasmin merasa tidak pada tempatnya.Apa Daniel benar-benar hanya memintanya duduk dan melihat mereka bersosialisasi?Kenapa Yasmin merasa Daniel adalah pria yang tidak akan melakukan sesuatu tanpa tujuan?Yasmin melihat Raymond yang sedang duduk di seberangnya. Pria itu juga terlihat normal. Setiap gerakannya anggun dan penuh pesona."Kenapa kamu nggak minum?" Daniel menoleh untuk melihat Yasmin.Di bawah cahaya lampu, mata tegas itu sulit dibaca dan membuat orang ketakutan.Yasmin berbisik, "Apa aku boleh pulang? Aku sungguh nggak berminat dengan hal ini."Malam ini, dia lebih cocok menemani abu ibunya ...."Sabar. Acara utamanya belum mulai."Yasmin langsung merinding. Dia melihat Daniel dengan gelisah. Kalimat 'apa yang ingin kamu lakukan' belum keluar dari mulut Yasmin.Pintu ruang VIP terbuka. Seorang pengawal masuk, lalu dia membungkuk dengan hormat sambil berkata, "Tuan Daniel, se
Mereka pun sudah tidak punya selera minum alkohol. Mereka tidak tahu sebaiknya meletakkan gelas di tangan mereka atau tidak.Undangan ini seperti sebuah peringatan.Kepala sekolah memang berbeda. Sepertinya Raymond memiliki mental terkuat. Reaksi negatifnya hanya mengerutkan alis.Namun, Yasmin tidak tahan lagi. "Cukup!"Dia mengira dia akan dipermalukan lagi. Dia tidak menyangka akan terjadi adegan kekerasan seperti ini! Apa pun itu, Yasmin sudah tidak tahan.Ekspresi Daniel tampak sangat cuek ketika dia berkata, "Kamu nggak usah memohon untuk mereka. Lanjutkan!"Setelah itu, terdengar teriakan lagi. Tuan Victor terjatuh ke lantai. Dia berguling-guling sambil memeluk tangannya yang dipotong.Berikutnya adalah Tuan Bobby. Ujung pisau yang menusuk tangannya sangat kuat sehingga ia hampir menembus papan lantai.Suara ratapan memenuhi ruang VIP. Orang yang tidak tahu apa-apa akan mengira ini adalah rumah jagal!Darah mengalir ke seluruh lantai. Sangat menyeramkan.Setelah semuanya selesai
"Nenek bilang Mama sangat capek, jadi kami harus menjaga Mama baik-baik!""Kami sudah besar! Kami kuat!" kata Julius.Yasmin yang terhibur ingin tertawa, tapi air matanya tidak berhenti mengalir. "Ya, kalian sudah besar. Selama ada kalian, Mama senang .... Nanti kita cari tempat untuk Nenek tidur, ya.""Oke ...." Ketiga anak itu memeluk Yasmin dengan erat.Yasmin memeluk mereka kembali sambil menangis.Pada akhirnya, dia hanya bisa bergantung pada anak-anaknya.Di dalam kulkas ada sayuran. Anak-anak sedang bermain di ruang tamu. Yasmin pun memasakkan makan malam di dapur.Saat telur sedang direbus di dalam panci, Yasmin mengeluarkan ponselnya untuk melihat keberadaan Daniel.Pria itu sedang di Grup Naga.Yasmin menggigit bibirnya sambil berpikir. Dulu ketika ibunya masih hidup, Daniel tidak akan masuk rumah. Bagaimana dengan sekarang? Daniel pasti tidak peduli lagi.Yang lebih menakutkan adalah sekarang ada anak-anaknya.Begitu Daniel masuk, dia akan melihat anak-anak. Kalau begitu, ta
Ketika mereka di luar, Yasmin takut ada yang akan menyadari mereka."Malam mau makan apa? Mama akan memasaknya untuk kalian," tanya Yasmin.Julian mengangkat tangannya sambil menjawab, "Aku mau makan es krim!"Julius dan Julia segera menyahut, "Aku juga!"Yasmin tertawa dengan pasrah. "Makan malam, makan malam. Bukan camilan.""Boleh jadi makan malam," kata Julia dengan imut.Yasmin tidak akan menyetujui itu. Tidak peduli seberapa imut mereka, itu tidak berguna.Kemudian, ponsel di dalam tasnya berdering. Yasmin mengusap kepala mereka sambil berkata, "Pergi main sana. Mama mau mengangkat telepon .... Halo?""Yasmin, ini Tante. Sekarang Tante sudah nggak apa-apa. Mereka nggak punya bukti yang membuktikan kalau aku adalah pembunuhnya. Apa aku yang membunuhnya hanya karena ponsel Sofia di mobilku? Benar-benar konyol! Yasmin, malam ini kita makan bersama, ya?""Hari ini aku baru pergi ke kuburan untuk mengubur ibuku. Aku benar-benar nggak punya selera makan. Lain kali.""Baiklah. Tante ing
"Lanjutkan," ucap Daniel.Yasmin tercengang sebelum dia sadar dan berkata, "Kamu mau makan di sini?""Apa kamu keberatan?" Daniel menatapnya dengan sinis.Tentu saja Yasmin keberatan!Kalau Daniel tinggal di sini, apa anak-anak di dalam kamar tidak perlu keluar?Yasmin bisa melakukannya, tapi apakah anak-anak bisa tahan dan tidak keluar?Daripada membiarkan Daniel bertemu dengan anak-anak, lebih baik Yasmin dibunuh saja!"Ada apa?" tanya Daniel sambil menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin melihat ke arah balkon sambil berkata, "Sebenarnya, aku sedang malas memasak. Kalau kamu ingin makan, di luar ada banyak sekali restoran kelas atas, kamu makan di sana saja."Daniel tersenyum sinis, tapi senyumannya tidak mencapai mata.Dia melangkah maju, lalu mencengkeram rahang Yasmin. Dia mengangkat rahang Yasmin sehingga wanita itu dipaksa menatap balik matanya."Sepertinya lebih tepat kamu nggak mau memaksa untukku. Karena kamu nggak mau makan, aku memakanmu saja!""A ... apa?" Yasmin tercengang.A
Yasmin menggigit bibir. Hatinya penuh dengan kebencian!Lalu, dia melepaskan bibirnya dan ada bekas gigi di bibirnya. Dengan mata yang berkaca-kaca, Yasmin mengeluh, "Kenapa kamu harus memperlakukanku seperti ini? Aku nggak melakukan kejahatan apa pun! Walaupun kamu ingin menyiksaku, usahamu sudah cukup, 'kan? Sebenarnya kapan kamu baru akan melepaskanku?! Aku hanya ingin pergi. Makin jauh, makin baik!"Makin banyak Yasmin berbicara, dia makin tidak bisa mengontrol emosinya.Air mata mengalir di pipinya. Dia merasa sedih dan tak berdaya.Dia tidak bisa melihat ekspresi Daniel dengan jelas karena matanya yang berkaca-kaca.Daniel mengernyit, kemudian dia langsung menarik kerah baju Yasmin."Ugh!" Yasmin kesakitan karena lehernya tercekik. Air mata menodai wajahnya yang cantik. Dia terlihat sangat kasihan."Apa kamu sedang bertingkah denganku? Hm?"Yasmin yang sedang menangis tercengang. Dia seolah-olah tidak bisa memahami isi pikiran Daniel.Daniel memperingati, "Aku mengizinkanmu berti
"Kenapa kamu banyak bertanya? Lanjut awasi dia."Setelah panggilan dimatikan, Susan tampak tidak senang. "Apaan, sih? Nanti setelah aku menjadi Nyonya Guntur, aku mau melihat apa kamu masih berani memerintahku?"Yasmin sedang bekerja dengan serius di kantor ketika dia mendengar suara ketukan pintu.Intan masuk, lalu berkata, "Bu Yasmin, apa Anda ingin memakan kue?"Yasmin mengangkat kepalanya, lalu dia melihat ada jus, kue dan aneka kacang-kacangan kesukaannya.Dia langsung tahu kalau itu bukan kue yang dibeli di luar."Kamu yang membuatnya?" tanya Yasmin."Bukan. Orang dari Taman Royal yang mengantarnya. Mereka bilang mereka langsung mengantarnya setelah ini selesai dibuat." Intan berkata, "Tuan Daniel sangat baik pada Anda. Ketika makanan ini dibawa ke sini, resepsionis sangat iri."Yasmin mengalihkan pandangannya dan lanjut melihat laptop di depannya.Intan merasa sedikit canggung melihat Yasmin tidak membalasnya dan bahkan menunjukkan sedikit pun ekspresi, jadi dia berinisiatif kel
Yasmin tidak menyangka reaksi Daniel akan sebesar ini."Kemari. Buat aku tenang." Daniel duduk di tempat tidur, lalu memiringkan kepala sambil menatap Yasmin.Yasmin mengerti apa maksud Daniel. Wajahnya pun memucat. "Nggak bisa ....""Kenapa nggak bisa? Apa alasannya?""Dokter Helen sudah bilang aku harus beristirahat selama seminggu," kata Yasmin."Lima hari sudah berlalu. Itu sudah cukup."Yasmin menggelengkan kepalanya dengan panik sambil melangkah mundur. "Nggak bisa. Aku nggak sanggup ....""Kamu nggak sanggup atau nggak mau?""Tung ... tunggu beberapa hari lagi, ya?""Sekarang! Sini!"Yasmin sudah mau gila. Kenapa Daniel harus begini kejam?Apa Daniel tidak tahu kalau lukanya belum sembuh?Dulu Daniel masih bisa bertahan, sekarang dia sudah tidak bisa bertahan sama sekali. Kenapa?Apakah perbuatan Yasmin sudah membuatnya marah? Namun, itu hanya hal sepele!"Apa kamu nggak mendengarku?""Kamu tenangkan dirimu sendiri! Aku nggak mau!" Yasmin tidak hanya tidak menuruti Daniel, melai
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan