Selesai mandi, Yasmin digendong ke atas tempat tidur.Pria di atas tubuhnya tidak langsung pergi.Setelah mencium Yasmin, Daniel berkata, "Aku pergi mandi dan akan segera kembali."Tempat tidur bergerak sedikit, lalu Daniel pergi ke kamar mandi.Yasmin berbaring di tempat tidur dan bergeming. Dia mendengar suara air mengalir dari kamar mandi.Dia ingin cepat tidur. Dengan begitu, dia tidak perlu merasakan ketidaknyamanan seranjang dengan Daniel.Akan tetapi, Yasmin makin terbangun ketika benaknya makin gelisah. Setelah Daniel selesai mandi, Yasmin belum tidur.Sebelahnya tenggelam sedikit, lalu ada tubuh yang hangat mendekat.Sebuah tangan memeluk Yasmin.Yasmin mengulurkan tangannya untuk mendorong dada Daniel. Kulit yang padat itu terasa panas.Yasmin menolak, "Daniel, nggak usah tidur seperti ini."Melihat Yasmin bersikeras, Daniel pun tidak memaksanya.Setelah Daniel melepaskan tangannya, Yasmin berbaring membelakanginya."Daniel, setelah mataku sembuh, aku tetap akan pergi."Raut
Wajah Yasmin yang awalnya menghadap ke televisi menoleh ke arah suara Susan. Dia merasa kecewa dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu?""Saya mendengarnya tadi. Tuan Daniel berjalan ke ruang kerja," jawab Susan.Yasmin diam saja, lalu dia lanjut menghadap ke suara televisi. Dia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa."Nyonya, seharusnya itu hanya telepon biasa. Tuan Daniel paling peduli pada Anda," kata Susan."Aku nggak peduli. Kamu keluar saja."Susan merasa reaksi Yasmin aneh, tapi seharusnya itu hanya topeng. Dalam hati, Yasmin pasti sedih.Wanita mana pun tidak bisa menerima suaminya mempunyai wanita lain di luar. Selain itu, wanita ini adalah mantan tunangan Daniel.Itu sangat sensitif.Yasmin mendengar suara langkah kaki yang ringan itu berdiri di depan pintu kamar tidur utama. Dia memalingkan mukanya dari televisi, lalu melihat ke arah balkon.Matahari di luar sangat terik, tapi itu tidak ada kaitannya dengannya ....Apa dia hanya cocok dengan kegelapan?Yasmin tidak ingin mengaku
Susan memberikan Yasmin tongkatnya.Yasmin mengingat di mana letak kamar mandi, jadi dia berjalan ke sana dengan bantuan tongkatnya.Lalu, dia memasuki kamar mandi.Susan berdiri di samping sarang burung. Dia berpikir kalau dari awal dia mengetahuinya, dia tidak perlu menaruh obat ketika dia menaiki tangga.Membuatnya panik saja.Sekarang hanya ada dia dan Yasmin. Walaupun Susan menaruh obat di depan muka Yasmin, Yasmin juga tidak bisa melihat.Dia sudah lebih berpengalaman selanjutnya."Nyonya, apa Anda sudah selesai? Sarang burungnya sudah dingin," kata Susan.Yasmin membuka pintu kamar mandi. Dia mengulurkan tongkatnya sebelum dia berjalan keluar dari kamar mandi.Dia sedang memegang handuk mandi.Susan berkata, "Nyonya, Anda sedang memegang handuk mandi. Apa tisu yang Anda cari?""Nggak, aku tahu ini handuk mandi."Susan tidak tahu untuk apa Yasmin memerlukan handuk mandi, tapi dia tidak begitu memikirkannya. Setelah Yasmin duduk, Susan memberinya sarang burung dan berkata, "Nyonya
"Apa kamu nggak minum sarang burung?""Ada," bohong Yasmin dengan ekspresi datar."Apa kamu mengangkat telepon sendiri?" tanya Daniel."Iya," jawab Yasmin. "Aku nggak apa-apa. Kamu sibuk saja."Kalau Daniel bisa kembali, dia tidak akan menelepon dan langsung muncul di depannya."Dilarang menutup telepon," kata Daniel dengan tegas."Ada apa lagi?" tanya Yasmin."Nggak ada.""Aku mau makan." Yasmin langsung mematikan telepon.Saat ini Daniel sedang berada di ruangan istirahat di sebelah ruang konferensi yang terpisah oleh kaca. Hanya di dalam ruangan istirahat bisa melihat situasi di ruang konferensi, sedangkan ruang konferensi tidak dapat melihat ke dalam ruangan istirahat. Kedap suaranya juga sangat bagus.Para eksekutif senior melihat Daniel kembali duduk dengan ekspresi masam. Hal itu membuat mereka takut untuk bernapas.Yasmin baru saja meletakkan ponselnya ketika anak-anak datang. "Mama!""Mama!""Mama!"Mereka melompat ke pelukan Yasmin. Mereka memanjat sofa, lalu memanjat punggun
Mereka menuntun Yasmin berjalan-jalan di luar Taman Royal.Julius melihat ada batu kecil di depan, jadi dia buru-buru mengambil batu tersebut, lalu membuangnya ke semak-semak di sebelah.Julian menunjuk pembantu sambil berkata dengan galak, "Woi! Bagaimana kalian? Kenapa bisa ada batu di jalan? Bagaimana kalau Mama tersandung? Apa kalian sudah nggak mau bekerja?!""Maaf, Tuan Muda Julian. Lain kali kami akan lebih hati-hati." Pembantu itu membungkuk ketakutan. Dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya.Yasmin mengusap kepala Julian. "Nggak apa-apa. Ayo lanjut jalan."Anak-anak lanjut membawa Yasmin jalan-jalan. Mereka melindungi Yasmin dan melihat jalan dengan hati-hati.Seulas senyuman lembut tersungging di bibir Yasmin. Walaupun mereka hanya berusia dua tahun, dia tetap merasa aman bersama mereka.Mereka seperti tiga ekor anjing yang menggonggong dengan menggemaskan.Tony datang dengan tergesa-gesa. "Nyonya, jalan di depan sudah kami bersihkan. Maafkan kami karena sudah mengabaika
Daniel membelai kepala Julia sebelum menurunkannya. "Pergi main sana.""Oke. Karena ada Papa yang menjaga Mama, kami pun tenang." Setelah anak-anak mengatakan itu, mereka pergi bermain sepak bola.Mereka berlari mengejar bola dan terlihat sangat gembira.Yasmin mendengar suara anak-anak bermain, tapi dia tidak bisa mengabaikan suasana canggung di antaranya dengan Daniel saat ini.Tidak ada yang berbicara. Namun, Yasmin dapat merasakan tatapan tajam Daniel."Apa ada yang ingin kamu katakan padaku?""Apa?" Sikap Yasmin sangat dingin."Kenapa kamu mematikan teleponku." Daniel meletakkan tangannya di tepi meja, lalu dia mencengkeramnya sedikit.Itu sangat pelan, tapi Yasmin mendengarnya."Aku bertanya apa ada yang lain lagi, tapi kamu bilang nggak. Kalau begitu, nggak usah menghabiskan pulsa," kata Yasmin."Hemat sekali, hm?" Daniel mengambil makanan di meja, lalu memakannya dengan ekspresi masam. "Dimsum hari ini sama dengan yang kemarin. Apa kokinya sudah nggak mau bekerja?"Pembantu yan
Ponsel Yasmin sudah hilang, jadi nomor ponselnya dicetak ulang.Karena itu, Mike tahu kalau itu Yasmin."Ini aku. Mike, bagaimana dengan pabrik?" tanya Yasmin."Peralatan sudah diuji. Teknisinya adalah orang kita dan ada juga yang dikirim Tuan Evan. Untuk sementara semuanya sangat lancar," jelas Mike.Yasmin berkata, "Joshua adalah orang Daniel. Kerjakan apa-apa sendiri, ya."Mike merasa nada Yasmin berbeda dari sebelumnya. "Bu Yasmin?"Yasmin tidak menyembunyikannya dari Mike. "Ingatanku sudah pulih.""Baguslah! Tapi, apa Tuan Daniel akan melakukan sesuatu pada perusahaan?""Nggak. Aku cuman nggak senang," ucap Yasmin."Baik."Saat Susan mendengar ingatannya sudah pulih, dia langsung berhenti.Yasmin tidak bisa melihat, tapi ingatannya sudah pulih?Kalau begitu, apa Susan sudah melakukan sesuatu yang mencurigakan di depan Yasmin?Seharusnya tidak. Kalau tidak, kenapa Yasmin menganggapnya penting dan hanya membiarkannya mengantar sarang burung?Lebih baik Susan jangan menakuti dirinya
Tak lama kemudian, telinga Yasmin mendengar suara sepatu hak tinggi. Langkah kaki itu bahkan terdengar arogan.Hanya dengan membayangkannya, gambar itu sudah muncul di benak Yasmin.Irene selalu memiliki aura yang luar biasa, apalagi ketika dia bermain piano. Pantas saja dia dapat menarik perhatian Daniel.Pria lain juga menyukainya.Setelah sepatu hak tinggi itu tiba di depan Yasmin, Irene malah diam saja."Bukankah kamu datang untuk menertawakanku? Kenapa kamu diam saja?" tanya Yasmin."Nggak. Aku hanya mengasihanimu," ucap Irene."Kenapa? Karena aku buta? Iya, sih. Seharusnya kamu mengasihaniku. Tinggal di rumah besar seperti istana yang mempunyai ratusan kamar. Mempunyai makanan dan pakaian hanya dengan mengangkat tanganku. Aku juga mempunyai anak kembar tiga yang lincah dan menggemaskan. Aku benar-benar merasa nggak nyaman," ujar Yasmin.Ekspresi Irene menjadi sangat masam.Namun, dia segera mengubah ekspresinya. Bagaimanapun juga, selama dia membuat Yasmin merasa terancam sedikit
Yasmin menatap Susan. "Aku barusan mau masuk. Kamu sedang bertugas?""Iya. Setelah Tuan Daniel keluar dari ruang kerja, dia kembali ke kamar," kata Susan."Jam berapa dia kembali ke kamar?" Yasmin membuka pintu kamar, lalu melangkah masuk."Jam delapan."Yasmin berpikir berarti Daniel sudah menunggu satu jam lebih.Yasmin memberanikan diri dan masuk.Susan melihat pintu ditutup, kemudian rasa hormat di sorot matanya menghilang.Dia bisa melihat kalau hubungan Daniel dan Yasmin sedang tidak baik.Kalau tidak, kenapa Yasmin berdiri di depan pintu begitu lama dan tidak masuk? Dia juga terlihat gugup.Setelah Yasmin memasuki kamar tidur, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa dan telah mengenakan piama. Jelas kalau Daniel sudah selesai mandi.Satu tangan memegang kening dan kedua matanya terpejam. Daniel seolah-olah tidak tahu kalau Yasmin sudah masuk kamar.Yasmin berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang."Daniel membuka mata dan menunjukkan matanya yang jernih. Dia tidak terlihat mengant
Sekujur tubuh Daniel penuh dengan aura menyeramkan. "Jadi, kamu ingin mencari pria lain?""Aku sudah menjawabmu, nggak." Yasmin merasa pria ini sangat posesif sehingga sudah tidak bisa ditolong. Pada saat ini, suasana berubah menjadi makin mengerikan. "Aku sudah bilang aku nggak sengaja berpapasan dengannya di rumah sakit. Apa yang harus kulakukan baru kamu memercayaiku?"Daniel menatap Yasmin lekat-lekat.Yasmin bahkan merasa bulu kuduknya berdiri.Daniel tidak menjadi tenang karena penjelasannya. Aura mengerikannya masih menyebar ke sekeliling.Saat Yasmin merasa jantungnya berdetak dengan cepat dan hampir kehabisan oksigen, dia mendengar suara sinis Daniel berkata, "Pergi temani anak-anak bermain bola."Setelah Yasmin mendengar itu, bulu matanya bergetar dan tubuhnya menjadi rileks.Kemudian, tangannya dipegang yang membuat Yasmin terkejut dan tanpa sadar ingin menariknya.Namun, dia tidak berhasil.Daniel sangat kuat. Ketika dia memegang tangan Yasmin, selama dia tidak ingin melepa
Julius sudah memakannya, tapi dia tidak pergi dan lanjut berdiri di sana. Kemudian, dia bertanya, "Mama, apa terjadi sesuatu di sekolah Papi?"Yasmin tercengang. Setelah Julius bertanya itu, Julian juga berjalan mendekat. Tiga pasang mata tertuju pada Yasmin dan menunggunya menjawab.Meskipun mereka baru berusia dua tahun, mereka dapat bermain laptop dan ponsel. Selain itu, mereka pintar dan dapat mengetahuinya dengan mudah."Sedang ada sedikit masalah, tapi Pak Raymond akan menanganinya. Kalian nggak perlu khawatir." Yasmin tidak menyembunyikannya dari mereka. Karena ada masalah, maka mereka harus berkomunikasi."Internet mengatakan masalahnya sangat serius. Keracunan makanan, 'kan? Apa ada yang meninggal?" tanya Julian."Di sana ada banyak kakak-kakak yang kami kenal ...." Julia tampak cemas."Mama sudah pergi ke rumah sakit hari ini. Dokter bilang kondisi mereka sudah stabil," kata Yasmin."Apa Papi baik-baik saja?" tanya Julius."Ya," jawab Yasmin."Bagaimana kamu bisa tahu?" Suara
"Aku sudah menonton video kecelakaan mobilnya. Itu sebuah kecelakaan.""Baik, itu kecelakaan. Kalau begitu, aku mau bertanya padamu lagi. Bagaimana dengan keracunan makanan di sekolah?" tanya Irene. Melihat Yasmin diam saja, ekspresi Irene pun menjadi licik. "Ada beberapa hal yang kamu nggak tahu, tapi aku tahu. Bisa jadi ... ini ada hubungannya dengan Daniel?""Nggak mungkin!" Yasmin langsung membantah. "Daniel nggak mungkin melakukan itu.""Kenapa nggak mungkin? Dia adalah kekasih lamamu dan Daniel nggak menyukainya!" hasut Irene. "Selain itu, situasi di internet makin intens sekarang. Aku nggak percaya nggak ada yang menghasut mereka.""Orang-orang zaman sekarang suka menjatuhkan orang," kata Yasmin dengan ekspresi sinis.Irene tertawa. "Kamu benar-benar polos. Kalau kamu bersikeras ingin berpikir seperti itu, boleh juga, sih. Sepertinya kamu bersikeras yakin kalau nggak ada apa-apa di antaraku dan Daniel. Pada akhirnya, kamu melihat kami berciuman."Yasmin berdiri di sana dengan ta
"Aku datang untuk mencari direktur rumah sakit," kata Raymond."Apa kamu sudah tahu bagaimana anak-anak bisa keracunan makanan?" tanya Yasmin."Katanya sayuran yang dikirim tercemar. Itu adalah kecelakaan," kata Raymond.Raymond tidak menyembunyikannya dan tidak bisa menyembunyikannya karena masalah ini sudah tersebar di internet.Yasmin menatap Raymond yang terlihat kuyu setelah mereka tidak bertemu selama beberapa hari. Yasmin tahu kalau Raymond sedang mengkhawatirkan masalah ini.Lengan Raymond masih dibalut kain kasa, tapi sudah tidak menggantung dengan lehernya."Bagaimana dengan tanganmu?" tanya Yasmin."Baik-baik saja," kata Raymond. Saat Raymond melihat wajah cemas Yasmin, dia menenangkannya, "Nggak perlu khawatir. Aku bisa menyelesaikan masalah ini."Yasmin juga tidak tahu bagaimana dia bisa membantu Raymond."Setelah kamu pulang kemarin, Daniel nggak melakukan apa-apa padamu, 'kan?" tanya Raymond."Nggak." Yasmin menggelengkan kepalanya. Raymond sendiri sedang memiliki setump
Setelah Yasmin kembali ke kantor, dia membaca berbagai komentar di internet.Akademi Pinokio, rumah sakit, tidak ada yang selamat. Mereka semua dikutuk dengan kasar dan dicap sebagai "pengusaha berhati busuk".Apa dia perlu menelepon Raymond untuk bertanya bagaimana situasinya?Setelah Yasmin memikirkannya sejenak, dia mengurungkan niat.Walaupun dia menelepon Raymond, bantuan apa yang bisa diberikannya?Kalau nanti dia ketahuan oleh Daniel, itu hanya akan makin kacau.Sore hari, Yasmin akan pergi ke rumah sakit bersama manajer penjualan untuk mendiskusikan kerja sama dan kontrak.Saat perjalanan pulang, kebetulan mereka melewati rumah sakit yang terkena masalah itu."Ayo pergi ke rumah sakit itu untuk melihat-lihat," kata Yasmin."Sekarang? Menurutku, mereka sedang nggak niat." Manajer penjualan mempertimbangkannya sejenak. "Selain itu, kalau kita terlihat oleh orang lain, itu akan merugikan perusahaan.""Kita nggak boleh mundur karena sesuatu terjadi pada orang lain. Mari kita mencar
Beberapa menit kemudian, Yasmin turun. Dia melihat mobil Rolls Royce sedang parkir di alun-alun.Sebenarnya dilarang memarkir mobil di alun-alun.Namun, Daniel bersikeras ingin menghentikan mobil di sana.Maka itu, siapa pun yang masuk atau keluar gedung akan memperhatikan mobil Rolls Royce itu yang mewakili kekuatan.Yasmin merasa dia seperti orang jahat ketika dia naik mobil.Setelah Yasmin masuk ke dalam mobil, dia memprotes, "Bisakah kamu nggak menghentikan mobil di sini? Semua orang jadi tahu kamu datang untuk menjemputku."Aura berat langsung memenuhi ruang dalam mobil.Ekspresi Yasmin pun menjadi tegang, terutama saat matanya bertemu dengan mata gelap Daniel, dia mengira dia sudah salah bicara."Kamu takut siapa yang melihatmu?"Yasmin segera berpikir, lalu membalas, "Nggak, aku takut orang cemburu padaku."Tatapan mata Daniel menggelap sedikit. "Kemari."Tangan Yasmin ditarik, lalu dia langsung duduk di atas pangkuan Daniel. Yasmin merasa sedikit tertekan karena jaraknya dengan
Lauren tiba-tiba mengingat Evan yang langsung pergi dari perusahaan kemarin sore dan telepon masuk semalam. Lauren menatap Evan dengan serius dan bertanya, "Apa yang sudah kamu lakukan?""Apa?""Kemarin sore kamu jelas-jelas datang ke perusahaan, tapi kamu langsung pergi. Kamu pergi ke mana?""Ada urusan mendadak.""Apa itu nggak ada hubungannya dengan perusahaan?"Evan meraih tangan Lauren, kemudian menariknya sehingga Lauren duduk di atas pahanya. Evan mengangkat alisnya. "Kenapa kamu sangat sensi? Kamu seperti tubuhmu. Sayang, apa kamu tahu betapa aku menyukai tubuhmu?""Aku mau kembali bekerja." Seharusnya Lauren tidak bertanya. Apa Evan benaran akan memberitahunya kalau dia melakukan sesuatu?"Bukankah kamu bekerja untukku?" Evan tidak ingin melepaskannya."Kamu perlu bekerja, 'kan?" tanya Lauren.Evan melihat dokumen di atas meja yang perlu dibaca dan ditandatangani. Ekspresinya pun berubah. Dia menepuk pantat Lauren sebelum menarik kembali tangannya dengan enggan. "Saat aku perg
Saat ini ada sedikit celah terbuka di tengah tirai jendela dan cahaya dari luar pun masuk.Lauren tidak membalikkan tubuhnya dan menolehkan kepalanya karena dia tahu Evan tidak berada di atas tempat tidur. Kalau tidak, pinggangnya akan dipeluk Evan.Dia menatap cahaya itu selama lima menit sebelum dia bangun dengan lelah.Setelah menekan tombol di samping tempat tidur, tirai jendela terbuka dan menunjukkan lapisan kain kasa saja.Seluruh kamar menjadi terang, tapi itu tidak menyilaukan mata.Lauren turun dari tempat tidur. Dia menyeret tubuhnya yang pegal ke ruang ganti.Dia bisa berusaha pergi ke perusahaan tepat waktu pada hari pertama, kedua dan ketiga.Namun, setelah hari keempat, dia tidak bisa bangun.Karena dia kelelahan.Ibaratnya dia kerja lembur terus menerus. Tubuhnya tidak mungkin bisa bersemangat melulu.Dia membongkar bajunya. Ketika dia mendengar suara di luar, dia membuka botol obat dengan cepat, kemudian memakan pil di dalam.Agar tidak tertangkap basah oleh Evan, seka