Wajah Yasmin yang awalnya menghadap ke televisi menoleh ke arah suara Susan. Dia merasa kecewa dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu?""Saya mendengarnya tadi. Tuan Daniel berjalan ke ruang kerja," jawab Susan.Yasmin diam saja, lalu dia lanjut menghadap ke suara televisi. Dia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa."Nyonya, seharusnya itu hanya telepon biasa. Tuan Daniel paling peduli pada Anda," kata Susan."Aku nggak peduli. Kamu keluar saja."Susan merasa reaksi Yasmin aneh, tapi seharusnya itu hanya topeng. Dalam hati, Yasmin pasti sedih.Wanita mana pun tidak bisa menerima suaminya mempunyai wanita lain di luar. Selain itu, wanita ini adalah mantan tunangan Daniel.Itu sangat sensitif.Yasmin mendengar suara langkah kaki yang ringan itu berdiri di depan pintu kamar tidur utama. Dia memalingkan mukanya dari televisi, lalu melihat ke arah balkon.Matahari di luar sangat terik, tapi itu tidak ada kaitannya dengannya ....Apa dia hanya cocok dengan kegelapan?Yasmin tidak ingin mengaku
Susan memberikan Yasmin tongkatnya.Yasmin mengingat di mana letak kamar mandi, jadi dia berjalan ke sana dengan bantuan tongkatnya.Lalu, dia memasuki kamar mandi.Susan berdiri di samping sarang burung. Dia berpikir kalau dari awal dia mengetahuinya, dia tidak perlu menaruh obat ketika dia menaiki tangga.Membuatnya panik saja.Sekarang hanya ada dia dan Yasmin. Walaupun Susan menaruh obat di depan muka Yasmin, Yasmin juga tidak bisa melihat.Dia sudah lebih berpengalaman selanjutnya."Nyonya, apa Anda sudah selesai? Sarang burungnya sudah dingin," kata Susan.Yasmin membuka pintu kamar mandi. Dia mengulurkan tongkatnya sebelum dia berjalan keluar dari kamar mandi.Dia sedang memegang handuk mandi.Susan berkata, "Nyonya, Anda sedang memegang handuk mandi. Apa tisu yang Anda cari?""Nggak, aku tahu ini handuk mandi."Susan tidak tahu untuk apa Yasmin memerlukan handuk mandi, tapi dia tidak begitu memikirkannya. Setelah Yasmin duduk, Susan memberinya sarang burung dan berkata, "Nyonya
"Apa kamu nggak minum sarang burung?""Ada," bohong Yasmin dengan ekspresi datar."Apa kamu mengangkat telepon sendiri?" tanya Daniel."Iya," jawab Yasmin. "Aku nggak apa-apa. Kamu sibuk saja."Kalau Daniel bisa kembali, dia tidak akan menelepon dan langsung muncul di depannya."Dilarang menutup telepon," kata Daniel dengan tegas."Ada apa lagi?" tanya Yasmin."Nggak ada.""Aku mau makan." Yasmin langsung mematikan telepon.Saat ini Daniel sedang berada di ruangan istirahat di sebelah ruang konferensi yang terpisah oleh kaca. Hanya di dalam ruangan istirahat bisa melihat situasi di ruang konferensi, sedangkan ruang konferensi tidak dapat melihat ke dalam ruangan istirahat. Kedap suaranya juga sangat bagus.Para eksekutif senior melihat Daniel kembali duduk dengan ekspresi masam. Hal itu membuat mereka takut untuk bernapas.Yasmin baru saja meletakkan ponselnya ketika anak-anak datang. "Mama!""Mama!""Mama!"Mereka melompat ke pelukan Yasmin. Mereka memanjat sofa, lalu memanjat punggun
Mereka menuntun Yasmin berjalan-jalan di luar Taman Royal.Julius melihat ada batu kecil di depan, jadi dia buru-buru mengambil batu tersebut, lalu membuangnya ke semak-semak di sebelah.Julian menunjuk pembantu sambil berkata dengan galak, "Woi! Bagaimana kalian? Kenapa bisa ada batu di jalan? Bagaimana kalau Mama tersandung? Apa kalian sudah nggak mau bekerja?!""Maaf, Tuan Muda Julian. Lain kali kami akan lebih hati-hati." Pembantu itu membungkuk ketakutan. Dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya.Yasmin mengusap kepala Julian. "Nggak apa-apa. Ayo lanjut jalan."Anak-anak lanjut membawa Yasmin jalan-jalan. Mereka melindungi Yasmin dan melihat jalan dengan hati-hati.Seulas senyuman lembut tersungging di bibir Yasmin. Walaupun mereka hanya berusia dua tahun, dia tetap merasa aman bersama mereka.Mereka seperti tiga ekor anjing yang menggonggong dengan menggemaskan.Tony datang dengan tergesa-gesa. "Nyonya, jalan di depan sudah kami bersihkan. Maafkan kami karena sudah mengabaika
Daniel membelai kepala Julia sebelum menurunkannya. "Pergi main sana.""Oke. Karena ada Papa yang menjaga Mama, kami pun tenang." Setelah anak-anak mengatakan itu, mereka pergi bermain sepak bola.Mereka berlari mengejar bola dan terlihat sangat gembira.Yasmin mendengar suara anak-anak bermain, tapi dia tidak bisa mengabaikan suasana canggung di antaranya dengan Daniel saat ini.Tidak ada yang berbicara. Namun, Yasmin dapat merasakan tatapan tajam Daniel."Apa ada yang ingin kamu katakan padaku?""Apa?" Sikap Yasmin sangat dingin."Kenapa kamu mematikan teleponku." Daniel meletakkan tangannya di tepi meja, lalu dia mencengkeramnya sedikit.Itu sangat pelan, tapi Yasmin mendengarnya."Aku bertanya apa ada yang lain lagi, tapi kamu bilang nggak. Kalau begitu, nggak usah menghabiskan pulsa," kata Yasmin."Hemat sekali, hm?" Daniel mengambil makanan di meja, lalu memakannya dengan ekspresi masam. "Dimsum hari ini sama dengan yang kemarin. Apa kokinya sudah nggak mau bekerja?"Pembantu yan
Ponsel Yasmin sudah hilang, jadi nomor ponselnya dicetak ulang.Karena itu, Mike tahu kalau itu Yasmin."Ini aku. Mike, bagaimana dengan pabrik?" tanya Yasmin."Peralatan sudah diuji. Teknisinya adalah orang kita dan ada juga yang dikirim Tuan Evan. Untuk sementara semuanya sangat lancar," jelas Mike.Yasmin berkata, "Joshua adalah orang Daniel. Kerjakan apa-apa sendiri, ya."Mike merasa nada Yasmin berbeda dari sebelumnya. "Bu Yasmin?"Yasmin tidak menyembunyikannya dari Mike. "Ingatanku sudah pulih.""Baguslah! Tapi, apa Tuan Daniel akan melakukan sesuatu pada perusahaan?""Nggak. Aku cuman nggak senang," ucap Yasmin."Baik."Saat Susan mendengar ingatannya sudah pulih, dia langsung berhenti.Yasmin tidak bisa melihat, tapi ingatannya sudah pulih?Kalau begitu, apa Susan sudah melakukan sesuatu yang mencurigakan di depan Yasmin?Seharusnya tidak. Kalau tidak, kenapa Yasmin menganggapnya penting dan hanya membiarkannya mengantar sarang burung?Lebih baik Susan jangan menakuti dirinya
Tak lama kemudian, telinga Yasmin mendengar suara sepatu hak tinggi. Langkah kaki itu bahkan terdengar arogan.Hanya dengan membayangkannya, gambar itu sudah muncul di benak Yasmin.Irene selalu memiliki aura yang luar biasa, apalagi ketika dia bermain piano. Pantas saja dia dapat menarik perhatian Daniel.Pria lain juga menyukainya.Setelah sepatu hak tinggi itu tiba di depan Yasmin, Irene malah diam saja."Bukankah kamu datang untuk menertawakanku? Kenapa kamu diam saja?" tanya Yasmin."Nggak. Aku hanya mengasihanimu," ucap Irene."Kenapa? Karena aku buta? Iya, sih. Seharusnya kamu mengasihaniku. Tinggal di rumah besar seperti istana yang mempunyai ratusan kamar. Mempunyai makanan dan pakaian hanya dengan mengangkat tanganku. Aku juga mempunyai anak kembar tiga yang lincah dan menggemaskan. Aku benar-benar merasa nggak nyaman," ujar Yasmin.Ekspresi Irene menjadi sangat masam.Namun, dia segera mengubah ekspresinya. Bagaimanapun juga, selama dia membuat Yasmin merasa terancam sedikit
Susan berkata, "Benar. Nyonya meminta saya memanggil Nona Irene."Irene mengakui, "Daniel, maafkan aku nggak mendengarkanmu dan bersikeras ingin datang ke sini. Aku tahu kamu sedang pergi, baru aku sengaja datang untuk menghindarimu ...."Saat Yasmin mendengar itu, dia langsung memahami maksud Irene. Karena hubungannya dengan Daniel, makanya dia menghindar agar tidak ada yang mencurigai mereka."Pulang sana," kata Daniel dengan sinis.Ketika Yasmin mendengar apa yang dikatakan Daniel, dia langsung menghentikan Irene, "Nggak boleh! Dia nggak boleh pergi! Kamu harus memberiku keadilan! Irene telah membunuh ayahku, jadi dia harus dihukum!"Lalu, dia melangkah maju untuk menangkap Irene. Dia tidak bisa membiarkan Irene pergi!Namun, karena dia tidak bisa melihat dan berjalan dengan terburu-buru, kaki kanannya tersandung kaki kirinya. "Aa!"Yasmin hampir jatuh!"Nyonya!" seru Susan dengan terkejut.Setelah itu, Daniel berlari untuk menangkap Yasmin yang hampir mencium tanah.Yasmin meraih l
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati