Share

ASK-182

Penulis: juskelapa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-26 23:57:28

Sejak dulu sebenarnya Indah tidak terlalu mahir berciuman. Pengalaman berpacarannya sangat minim. Pertama kali mengenal cinta adalah saat ia melihat Panca untuk pertama kali. Sejak itu benaknya selalu terisi oleh sosok pria tampan dan dingin yang membuatnya penasaran.

Pria tampan dan dingin yang dikenalnya itu ternyata memang tidak pernah menghangat untuknya. Pernikahan yang lebih sering terhalang jarak, membuat kemampuan Indah tentang percintaan menjadi amat minim.

Indah tidak biasa mendengar seorang pria mengatakan cinta padanya berkali-kali. Ia juga tidak pernah diperlakukan lebih lembut dari perlakuan papanya dulu. Ia tidak pernah dirayu atau dibujuk. Ia tidak pernah dipuji dan terbiasa menganggap dirinya pantas menerima perlakuan Panca kepadanya.

Ia tidak tahu bagaimana ciuman dan sentuhan yang seharusnya ditujukan pria yang mencintainya. Selama ini ia hanya menerima dan menunggu. Jarang sekali ada terlintas keberanian untuk memulai lebih dulu.

Sampai akhirnya ia bertemu dengan p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (38)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Apa ada sagkut pautnya dgn. mika Eric
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
ya ampun baru aja tenang datang lagi masalah baru, ya begitulah namanya kehidupan gak lepas dari ujian, kok gak yakin ya pak Ari ditabrak secara tidak sengaja
goodnovel comment avatar
mrs.wiraTAMAyuda
mksh njusssss upnya , sehat2 yaaaaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-183

    “Apa lagi ini?” gumam Arsya. Selama sepersekian detik ia terdiam, detik berikutnya ia memandang ke depan dan menyadari kalau mereka sudah hampir tiba di rumah. Tadinya ia memang akan mengantar Indah lebih dulu sebelum kembali lagi ke kantor. “Galih, kita langsung ke rumah sakit yang biasa kita datangi,” pinta Arsya. “Baik, Pak,” sahut Galih, langsung menyalakan lampu sein kanan untuk melakukan putar balik. “Ibu gimana? Apa Ibu udah tahu?” Hal pertama yang dipikir Indah adalah soal Bu Della. Bagaimana ibu mertuanya itu menerima kabar soal kecelakaan suaminya kalau kesehatannya sendiri pun tidak cukup baik. Arsya menggeleng. “Leo ataupun Aldo tidak akan melapor ke siapa pun selain Abang. Mereka hanya akan melakukan perintah Ayah atau Abang.” “Jadi Ibu bakal dikasih tahu nggak? Kalau nggak dikasih tahu kasihan, dikasih tahu juga lebih kasihan. Pasti kepikiran. Yang kecelakaan suaminya,” Indah bergumam bingung seorang diri. “Nanti Abang putuskan setelah melihat keadaan Ayah. Kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-184

    “Apa semuanya baik-baik aja? Maksudku …. Kamu baik-baik aja, Sa?” Harris menepuk-nepuk lengan Arsya dan ikut melongok ke balik dinding kaca sebentar. “Ini benar-benar kecelakaan?” tanya Harris lagi. Arsya mengangkat bahu. “Aku rasa ini adalah kesengajaan yang akan sulit dibuktikan. Mungkin tujuannya memang untuk membuat sakit parah. Bisa disebut juga percobaan yang berbuah kesempurnaan. Pelakunya mau Ayah celaka dan memperkirakan merusak mobil Eropa perlu truk bermuatan luar biasa berat agar mobil bisa remuk. Tapi ternyata Papa malah tidak luka. Jantungnya yang terkena imbas. Si pelaku pasti merasa mendapat durian runtuh. Licin sekali,” gumam Arsya. “Intinya tujuan mereka tetap tercapai, kan? Om Ari Subianto yang bisa dibilang jarang banget sakit, malah langsung nggak sadar.” “Padahal Ayah paling rajin olahraga. Entah gimana cara ngasih tahu Ibu soal Ayah. Aku malah khawatir Ibu yang ikutan sakit.” Arsya meremas pelan tangan Indah di genggamannya. “Kamu nggak usah khawatir.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-185

    “Apa yang aku dengar tadi benar? Kecelakaan Ayah disengaja? Sama seperti kecelakaan Abang di tol sewaktu di Bandung?” Sejak tadi Indah memang tak sabar ingin menyemburkan pertanyaan itu. Namun ia sedikit kecewa karena Arsya tidak langsung menjawab. Dan ia hampir meremas tangan pria itu karena tak sabar. “Itu baru dugaan Abang. Kamu nggak usah pikirin itu karena staf Ayah pasti nggak akan tinggal diam. Yang paling penting kamu tetap jaga kesehatan.” Hal pertama yang dipikirkan Arsya saat itu adalah ia harus mengantarkan Indah pulang dan setelahnya ia akan menemui Bu Della. Tapi sepertinya ikatan antara ia dan Indah semakin kuat. Atau gelombang pikiran mereka yang semakin serupa? “Bukannya Abang harus ngasih kabar ke Ibu? Abang nggak ada niat merahasiakan semuanya dari Ibu, kan? Nggak mungkin soalnya. Ayah itu suaminya. Istri mana yang nggak nyari suaminya. Sekarang pun Ibu mungkin udah ngerasa ada yang beda.” Indah bertanya dan menjawab sendiri. “Semua yang kamu bilang benar,” sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-186

    “Belum bisa, Ras. Nanti kamu juga pasti tahu. Untuk sekarang biarkan Abang dan staf kantor yang mengurus. Kalau semuanya sudah diputuskan, kamu dan Ibu akan segera dijemput buat jenguk Ayah ke RS. Sekarang Abang dan Kak Indah makan siang, ya. Bayi Abang pasti laper.” Arsya melewati Laras dan membawa Indah ke ruang makan.Siang itu Indah dan Arsya duduk bersisian untuk makan siang yang terlambat. Seperti biasa setelah Indah membantu Arsya mengisi piringnya, pria itu juga meletakkan macam-macam lauk ke piring Indah.“Langsung makan,” gumam Laras tak jauh dari meja makan. Arsya tertawa kecil. “Abang dan Kak Indah perlu tenaga,” sahut Arsya santai. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan di kepala Indah yang belum terjawab siang itu. Kalau rasa heran tidak usah ditanya lagi. Ia heran luar biasa. Apa memang seperti itu gaya keluarga kaya menanggapi musibah? Laras masih bisa bersantai menggendong bayinya, Arsya bisa santai mengajaknya makan siang. Sedangkan ibu mertuanya mungkin syok dan perl

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-187

    “Abang baru pulang? Atau semalaman ada di sini? Maaf aku ketiduran. Harusnya aku nungguin Abang. Keadaan Ayah gimana? Kapan operasinya?” Indah mengeluarkan semua hal yang ingin ditanyanya. Bukan hanya karena penasaran, tapi juga sedikit grogi saat Arsya bersikap seperti itu. Jelas itu adalah pengalaman pertama dalam hidupnya. Sepasang lengan Arsya yang kemarin ia bayangkan bertumpu di kedua sisi tubuhnya, pagi itu mengusap pinggul dan pelan-pelan naik ke pinggangnya. Usapan tangan Arsya sangat jelas dan keras. Menyusuri kedua sisi tubuhnya dengan lambat. Sesekali memijatnya dengan gerakan amat sensual. Telapak tangan Arsya yang lebar dan biasa dilihat Indah selalu menari di atas tablet atau memegang pulpen mahal untuk menandatangani berkas, pagi itu menyentuh tepi jubah tidurnya tanpa kehati-hatian. Arsya menyingkap jubah tidur itu tanpa basa-basi. Satu sikap yang hampir tak pernah dinampakkan Arsya pada padanya. “Abang sedikit kalut dan butuh ketenangan. Dan Abang rasa … berada

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-188

    Hampir semua yang terjadi pagi itu lain dari biasanya. Arsya yang sedang menggaulinya pagi itu terlihat amat berbeda. Sepasang mata yang biasa bercinta penuh kehangatan dan gairah, pagi itu berganti dengan sepasang mata nakal dan letupan hasrat. Di meja kerja, Arsya hampir bisa dikatakan menggendong tubuhnya dengan amat leluasa. Arsya mengangkat kakinya cukup tinggi untuk mengendus betis dan menyusuri bagian dalam pahanya dengan kecupan juga sapuan lidah. Indah merasa dirinya hampir gila karena tak tahan dengan gigitan nakal yang dilakukan Arsya beberapa sentimeter saja dari area sensitifnya. Tak lupa juga sentuhan dan usapan keras yang terus dilakukan pria itu pada titik kecil di bawah sana. Pada menit-menit permainan panas itu, Indah sampai lupa kalau salah satu pegawai bisa saja melintas di depan ruangan itu dan mendengar erangan dan pekikannya. Dan sepertinya Arsya tidak keberatan melainkan sangat menikmati segala bunyi-bunyian yang mereka hasilkan. Gesekan teratur penuh gai

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-01
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-189

    Indah melihat ke arah jendela yang tirainya masih tertutup. Arsya benar. Hari masih sangat pagi. Akhirnya ia menerima tawaran menyenangkan itu. Suaminya cukup kaya untuk bisa membayar asisten rumah tangga hingga ia tidak perlu terburu-buru bangun menyiapkan sarapan. Ia bisa memeluk Arsya dan memejamkan mata dengan tenang tanpa khawatir akan terlewat tukang sayur langganan. Dibantu dengan Arsya, Indah kembali melilitkan jubah tidurnya dan berjalan santai dalam dekapan Arsya menuju kamar mereka. Untungnya ruang kerja dan kamar tidur mereka terletak dalam satu garis lurus. “Mari kita baring sama-sama dan menikmati pagi ini dengan berdua-duaan. Mungkin besok-besok Abang akan lebih sibuk. Kita tidur sebentar dan setelah sarapan nanti Abang mau menjelaskan hal sederhana ke Indah.” Arsya melepas pakaian yang sudah hampir semalaman melekat di tubuhnya dan mencampakkannya ke sebuah keranjang besar tinggi di depan pintu kaca kamar mandi. “Menjelaskan apa?” tanya Indah, bangkit dari ranjan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-190

    Kamar tidur Arsya terbilang sangat luas. Bentuknya memanjang ke samping. Sebegitu membuka pintu, seperangkat sofa dan coffee table menyambut. Sebelah kanan langsung berbatasan dengan pintu-pintu kaca yang bisa digeser untuk menuju balkon. Tak jauh dari sofa ada ranjang raksasa yang di sebelah kirinya terdapat meja panjang berisi televisi, mini bar, meja kerja, lalu lemari kaca tinggi tempat beberapa penghargaan Arsya tersusun rapi.Kepala ranjang berbatasan dengan dinding yang berbatasan dengan sebuah ruangan besar lainnya. Pintu menuju ruangan itu ada di kanan kiri nakas dengan dibatasi tiga anak tangga. Di sanalah lemari-lemari raksasa mengelilingi ruangan. Tepat di balik dinding yang berbatasan dengan kepala ranjang tadi, ada bath tub berbentuk mangkuk yang terbuat dari batu pualam asli yang sangat halus. Kamar Arsya sangat luas sampai Indah sangat percaya diri duduk di atas tubuh suaminya dengan gerakan maju mundur yang amat menggoda.Arsya akan sering bepergian dan meninggalkann

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03

Bab terbaru

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-220

    Vino bukan sosok penakut. Tapi ia juga belum pernah bertindak terlalu berani. Detik itu ia berusaha keras menahan diri agar tidak menoleh kebelakang. Ia perlu waktu mencerna dan otak teknisnya yang terbiasa berpikir dengan angka memintanya untuk diam beberapa saat. Ia tidak mau gegabah. Bisa saja ada orang di sekitar sana yang mengenalinya sebagai karyawan SB Industrial Energy.Di antara riuhnya suara orang mengobrol di cafe, Vino menajamkan telinganya untuk mencari beberapa potong kata lain untuk meyakinkan dirinya.“Sore ini harus diusahakan. Lusa wanita itu akan pulang ke Jakarta. Jangan ditunda terlalu lama.” Suara berat seorang wanita kembali berbicara. Membuat Vino menegakkan tubuh seketika.“Bayaranku. Lunasi bayaranku hari ini. Aku nggak mau mengerjakan tugas berat lalu harus mencari kalian ke mana-mana. Aku tau kau pun hanya perantara. Kita di sini cuma kacung, jadi jangan saling menipu.” Balasan suara seorang laki-laki membuat keraguan Vino sirna saat itu.“Aku cuma dikasih

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-219

    Arsya sedang duduk di ruang makan dengan dua tangan memegang ponsel di meja. Sesekali Arsya mengetik dengan sangat cepat lalu menit kemudian memandang ponsel dengan senyum terkulum. Kadang Arsya tertawa kecil, kadang juga menggigit bibir bawahnya seperti sedang gemas pada sesuatu. Pada pesan terakhir yang ia tersenyum sendu. Lalu dengan sangat pelan nyaris berbisik Arsya mengucapkan, “I love you, Mrs. Subianto.” Arsya sangat tenggelam dengan percakapan melalui pesan pendek bersama Indah siang itu. Sampai-sampai Arsya tidak mendengar sepasang langkah kaki mendekatinya. “Hei, kamu pasti enggak dengar aku datang karena asyik banget bales-balesan chat-nya. Pasti lagi ngobrol sama Indah.” Dean menarik satu kursi tepat di seberang Arsya. Arsya tidak dapat menyembunyikan rasa malunya. Ia tertawa tergelak. “Mas Dean tau aja,” ucap Arsya. “Diterusin aja dulu,” kata Dean, ia ikut mengeluarkan ponselnya. “Oh, sudah selesai kok, Mas. Ada yang mau diobrolin, ya?” Arsya meletakkan ponselnya.

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-218

    “Kamu hubungi Markus pakai ponsel kamu.” Eric menunjuk tas kecil di pangkuan Tiara. “Oh, oke…oke.” Tiara cepat-cepat merogoh tasnya mengambil ponsel. Ia paham apa yang diminta Eric darinya. “Om di mana? Oh, iya. Masih di sana? Iya nih aku bilang ke Pak Eric. Ditunggu ya Om. Jangan ke mana-mana. Ke dua orang itu juga bilang jangan ke mana-mana.” Tiara lalu menyudahi telepon dan mengangguk memandang Eric. “Kalau tidak ada perubahan kita langsung ke sana.” Eric menginjak pedal gas semakin dalam dan mobil melesat ke tempat yang belakangan mereka setujui untuk bertemu. Mobil meluncur di jalan raya tidak begitu lama. Tiga puluh menit kemudian mobil sudah berkelok-kelok menuju daerah mendekati teluk laut. “Om Markus pasti di sebelah sana.” Tiara cepat-cepat turun tanpa menunggu Eric. Ia sengaja berjalan mendahului karena jantungnya berdebar saat mendengar Eric serius dengan rencananya. Apakah tidak bisa semua berjalan seperti biasa? Kalau smelter SB Industrial Energy diledakkan, kecelaka

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-217

    Tiara membasahi bibirnya. Pikiran gila yang beberapa hari belakangan menari-nari dalam benaknya seakan terkumpul menjadi satu hari itu. Saat Eric menggunakannya sebagai tempat pelampiasan sesaat, ia bahkan tidak sempat menikmati. Cek tiga ratus juta membuat ia langsung menyanggupi menjadi wanita yang bisa ditiduri Eric kapan pun pria itu mau.Celana jeans biru muda yang membalut pinggul dan pahanya yang terbilang besar. Sejak remaja ia sering dikata-katai bongsor. Ia juga sempat minder dan tak memiliki pacar sampai kuliah. Di tahun akhir jenjang diplomanya, Tiara memiliki pacar untuk pertama kali dan malah kehilangan keperawanannya.Bagi Tiara saat itu, dicintai oleh seorang di luar anggota keluarganya adalah hal yang paling membahagiakan. Meski akhirnya dicampakkan, Tiara tidak cukup belajar. Ia bahkan semakin terobsesi ingin dianggap penting oleh seorang pria, juga ingin dicintai dan dimiliki seutuhnya.Kala itu yang dilihatnya adalah sosok Eric yang baginya sangat tampan. Berkulit

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-216

    Percakapan Eric dan Tiara tempo hari tidak terputus begitu saja. Tiara yang sedikit gila dan mulai jatuh hati pada Eric malah berbinar-binar saat mendengar pengakuan Om-nya. Sayang pengakuan yang disampaikan Tiara pada Eric tidak berbuah manis. Chief Controller itu dipanggil oleh Eric dan diingatkan akan sesuatu yang membuatnya tak berkutik.Eric sedang duduk di balik meja kerja kamar hotelnya saat Tiara kembali datang dengan omnya. Eric mengacungkan sebuah pulpen dan melemparkannya pada Chief Controller.“Berengsek! Kamu kira dengan bilang tidak bersedia melakukan pekerjaan yang kuminta, kamu bisa lolos begitu saja? Kamu lupa apa yang sudah kamu terima? Kenapa baru sekarang kamu teringat bahwa SB Industrial Energy yang menafkahi keluargamu sampai saat ini? Kenapa sewaktu beli mobil baru kamu lupa itu uang dari mana? Uang itu kamu terima karena kamu mau melaporkan bahwa bahan baku sudah habis dan tungku smelter harus berhenti bekerja. Itu saja, Markus! Kerjamu sedikit dan bayarannya m

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-215

    Pada waktu yang sama di Jakarta.“Bu, ada telepon dari Sarah.” Laras berbisik dari balik bahu Bu Della.Bu Della tidak menjawab. Tatapannya tetap tertuju pada sosok Ari Subianto yang baru kembali menempati kamarnya dengan mata terpejam.“Bu, Sarah nunggu Ibu. Biar Ayah diperiksa dokter dulu. Kita ke ruang makan sekarang,” bisik Laras, mengambil alih kursi roda Bu Della dan membawanya keluar kamar.“Pasti ada kekacauan di kantor. Sarah jarang nelepon Ibu kalau bukan karena sesuatu yang penting.” Bu Della memandang Laras yang tidak bereaksi apa pun selain menunjukkan telepon wireless yang sudah di-mute-nya. “Ibu duduk di kursi aja,” sambung Bu Della, berdiri dari kursi roda dan pelan-pelan berpindah ke salah satu kursi makan.“Ngomong dulu,” kata Laras, menunjuk ponsel.Bu Della berdeham pelan. “Halo? Sarah? Kamu jarang menghubungi saya. Biasanya langsung ke Arsya. Kalau nelepon begini malah bikin saya deg-degan. Ada apa? Komisaris itu lagi, ya?”“Maaf sebelumnya kalau saya membuat Ibu

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-214

    Bukan hanya sekali dua kali Tiara menemani para petinggi mencari hiburan; menghabiskan malam untuk bersenang-senang. Beberapa kali ia bahkan menyanyikan beberapa lagu di tempat karaoke bersama para petinggi perusahaan itu. Tiara memang tidak terlalu cantik, tapi Tiara bertubuh sintal berisi yang sangat disukai para lelaki. Ajakan untuk menghabiskan malam bersama pun tak jarang ia terima. Tapi pikiran Tiara tidak pernah berpikir terlalu jauh. Sampai ketika Eric yang mengajaknya seperti saat itu. Efek yang didapatnya dari pengaruh Eric tidak akan main-main. Semua karyawan perusahaan Eric akan segan padanya. Jadi, tanpa pikir panjang Tiara menuju pintu dan menguncinya. Eric membuatnya penasaran. “Bagus…bagus. Ayo, ke sini. Saya mau kita pemanasan dulu. Pasti pernah melakukan begini, kan?” Eric mengitari meja dan duduk di kursi. Ia bicara sambil melepaskan ikat pinggang dan menurunkan resletingnya. “Saya mau kamu blowjob sekarang. Bibir kamu penuh, pasti rasanya enak. Ayo,” pinta Eric s

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-213

    Eric Widjaja mengambil beberapa sifat pria dominan pada umumnya. Ia menyukai persaingan dan tidak peduli apakah persaingan itu sehat atau tidak. Ia ingin menang dan tidak suka harga dirinya diobrak-abrik seperti yang dilakukan Arsya padanya. Egonya menuntut pembalasan. Dalam hal dunia lelaki, Eric Widjaja selalu menghindari segala bentuk ikatan. Ia beranggapan kalau teriak dengan seseorang berarti tidak bisa berkembang. Ia memiliki banyak rencana dan menjalin hubungan serius dengan wanita bukan termasuk di antaranya. Sepeninggal Mika keluar dari ruangannya, Eric mendekati Tiara dan membelai paha gadis itu. Ia menyukai Tiara karena gadis itu pemberani. Tiara tahu apa yang diinginkannya dan bersedia berkorban untuk itu. “Kamu yakin laki-laki di saja tidak ada yang curiga dengan pergerakanmu?” Eric meremas bokong Tiara. “Mereka pasti curiga seperti yang Bapak bilang. Tapi mereka nggak tahu mau mulai menyelidiki saya dari mana. Bukannya Bapak bilang hal itu semakin baik karena kita ja

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-212

    Ada jeda beberapa detik sebelum Arsya mengatakan, “Lanjutkan.” Abdul kemudian berdeham dan kembali memandang laptop. “Baiklah saya lanjutkan. Sebagai informasi bahwa penyadap belum ada dipindahkan dan masih di tempat yang sama. Saya pikir tidak apa-apa dibiarkan saja. Vino bilang penyadap itu bisa kita pakai untuk tujuan lebih baik.” “Oke, selanjutnya,” ucap Arsya dengan tatapan menyapu permukaan meja. Ia juga berpikir akan rapat sambil makan. “Saya sudah membuat surat perintah kembali beroperasional yang akan Bapak tanda tangani untuk smelter.” Vino menyodorkan lembaran kertas yang baru dicetaknya. Arsya mengangguk. “Lalu, apa dugaan penggantian pegawai wanita di sini?” tanya Arsya. “Dugaan paling buruk adalah untuk melihat pergerakan kita di sini. Memastikan bahwa kita bergerak sesuai dengan perkiraan mereka. Seperti rencana proyek Eric Widjaja yang kamu ceritakan kemarin. Harusnya mulai dari sekarang kita mulai memikirkan apa rencana mereka selanjutnya untuk menghambat kamu,”

DMCA.com Protection Status