Share

ASK-167

Author: juskelapa
last update Last Updated: 2024-05-03 23:39:37

Indah menajamkan ingatannya soal Mika. Tidak mungkin dia salah orang. Wanita yang omongannya selalu ceplas-ceplos dan terakhir kali bertemu di kediaman keluarga Subianto.

Mika yang mendorong stroller bayi ke kolam renang? Perempuan yang ia rasa punya angry issue dan naksir Arsya dari dulu?

Indah masih berjalan pelan sambil menunggu Mika menghilang ke dalam lift. Setelah memastikan hal itu, Indah bergegas ke depan lift untuk melihat lantai yang dituju Mika.

Lantai lima? Lantai lima cuma ada PT. Pelita Sentosa. Mau ke mana Mika? Apa Mika memang kerja di sana? Apa ini yang dimaksud Mika kemarin? Pindah ke Indonesia karena mendapat tawaran pekerjaan?

Banyak pertanyaan muncul di kepala Indah. Ada rasa takut saat pintu lift kemudian terbuka dan kakinya melangkah ke dalam.

Bagaimana kalau Mika mengenali dan mengulitinya di depan direksi perusahaan itu. Hari itu ia memang mau berpamitan. Tapi tetap saja tidak nyaman bertemu Mika di sana. Tapi … apa yang dilakukan Mika di perusahaan Eric?
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (43)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Hadeeuh bahaya ini buat indah yah ??? Indah jgn tetap disitu nanti kamu jadi sasarannya
goodnovel comment avatar
Ratnasih asih
in...itu yg kamu pegang in...ayoo cepet pergi in
goodnovel comment avatar
Anies
ternyata ada double Up dari kak jus.. mskasih kak setelah sekian lama akhirnya datang juga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-168

    Indah membutuhkan waktu beberapa detik untuk mencerna semua apa yang baru saja diucapkan oleh Mika. Ternyata wanita yang disebut-sebut supel dan berhati baik sudah menjelma menjadi sosok berbeda sekembalinya ke tanah air. Tapi kenapa semua bisa sangat kebetulan seperti itu. Kalau Mika mengatakan ia baru-baru ini kembali ke tanah air, apa itu berarti sebelumnya ia memang tidak mengenal Zhang Ma? Genggamannya semakin terasa basah. Indah mundur dua langkah dari pintu ruangan yang sedikit terbuka. Susah payah ia menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Saat sedang mempertimbangkan untuk langsung meninggalkan tempat itu dengan sebuntalan berisi hasil kerja Mika di Halmahera, Indah menemukan kesadarannya. SB Industrial Energy bisa menjadi tertuduh dan Arsya bisa dipenjara kalau ia langsung membawa semua kertas itu. CCTV ada di mana-mana. Sepenggal kesadaran membuat Indah kembali bertindak hati-hati dan mengatur perencanaan pelan-pelan. Kalau bisa, tidak perlu seorang pun tahu

    Last Updated : 2024-05-05
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-169

    Saking gugupnya, Indah merasa bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Gemetar di tangannya semakin kentara dengan selembar kertas yang bagian ujungnya mulai basah karena keringat. “A-ku belum selesai. Sedikit lagi ini ….” Indah meratakan satu set dokumen terakhir yang akan distaples. Sudut matanya melihat proses penyalinan data tersisa satu persen lagi. “Ayo, cepat … please …,” bisik Indah. Di bawah meja, kaki Indah sudah bergoyang tak henti sejak tadi. Seumur hidup, itu adalah saat paling menggugupkan buat dia. Suara Mika yang semakin mendekat membuat tangannya yang gemetar menyentuh mouse komputer dan menyentak-nyentaknya. “Via, mana Via?” jerit Mika. Bersamaan dengan suara Mika yang semakin memggelegar dan munculnya wanita itu di pintu, Indah melepas flashdisk dan menggenggamnya dengan tangan kiri. Genggamannya sangat erat sampai ia merasa kelima kuku menekan telapak tangannya hingga sakit. “Mana Via?” tanya Mika yang memandang pegawai pria di depannya. “Via menyerahkan peker

    Last Updated : 2024-05-06
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-170

    Peristiwa pagi di PT. Pelita Sentosa sebenarnya tidak lama. Namun Indah merasa dirinya sudah menghabiskan seharian penuh di perusahaan itu. Walau tampilannya sangat tenang dan dandannya rapi seperti tidak terjadi apa-apa, Indah harus menenangkan dirinya di toilet lantai dasar. Duduk di closet yang tertutup, Indah mengatur napas seraya mencoba menghubungi Arsya. “Halo, Abang?” “Indah di mana? Sudah selesai? Galih masih menunggu. Kamu keluar dan tunggu di teras semenit. Galih pasti segera muncul.” Indah menarik napas lega karena ternyata ia tak butuh waktu lama menghubungi Arsya. Dan ternyata apa yang disampaikan pria itu benar, Galih sang ajudan yang merangkap supir muncul sebegitu Indah keluar gedung. “Tidak ada terjadi apa-apa, Bu? Bu Indah baik-baik aja?” Galih langsung bertanya saat Indah baru saja menghempaskan tubuh di jok belakang. “Kenapa nanyanya gitu, Pak Galih? Memangnya Pak Arsya ada ngomong apa?” Indah melihat raut waspada di wajah Galih. “Kayaknya Pak Galih udah

    Last Updated : 2024-05-13
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-171

    Perintah Arsya barusan malah membuat Indah semakin tegang dan berkurang rasa percaya dirinya. “Aku nggak tahu apa yang kusampaikan ini bakal penting atau enggak. Tapi mengingat apa yang dilakukan Mika dengan stroller bayi Laras, aku jadi mulai menghubung-hubungkan meski nggak tahu....” “Kamu gugup. Indah duduk ke sini,” ajak Arsya, menggandeng tangan Indah ke salah satu sofa sementara Sarah mendekati pintu dan menguncinya. “Kita bisa bicara?” kata Sarah, duduk di seberang Indah dengan sikap tubuh condong. “Saya yakin apa pun yang Bu Indah sampaikan akan sama pentingnya.” Sarah mengulas senyum menenangkan. Indah menarik napas. “Abang, sekali lagi aku nggak tahu ini bakal berguna atau enggak. Aku juga nggak tahu kalau … maksudnya bisa aja aku salah dengar. Bisa aja ini semua nggak seperti yang aku pikirkan. Aku takut kalau hal yang aku sampaikan malah membuat Abang gegabah atau semacamnya.” Arsya menggenggam tangan Indah dan menyelipkan segumpal rambut ke belakang telinga istr

    Last Updated : 2024-05-13
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-172

    “Ngapain ke rumah sakit jiwa?” Indah melepaskan pegangan tangannya.“Abang mau lihat perkembangan Riri secara langsung. Memang bukan suatu keharusan tapi Abang harus memastikan semuanya sebagai bentuk tanggung jawab. Abang nggak sendirian ke sana. Sama Mas Dean, kok. Kamu nggak usah khawatir.” Walau tersenyum, Arsya sempat melirik Sarah yang menggulir tabletnya sedikit tergesa. Ia tahu kalau sekretaris profesionalnya itu segera mengecek beberapa hal terkait smelter mereka.“Ngapain ke sana? Bukannya semua udah beres? Udah selesai, kan? Apa ada masalah lagi?” Indah masih menahan tangan Arsya seakan pria itu bisa meninggalkannya sewaktu-waktu.Arsya menggeleng. “Hari ini Abang ke sana untuk memastikan bahwa semuanya sudah selesai. Selama ini Abang hanya menerima laporan dari pegawai Mas Dean tanpa melihat langsung. Tingkat halusinasi Riri lebih parah dari sebelumnya, tapi di sisi lain Riri menjadi lebih tenang.”“Kalau gitu aku ikut,” ucap Indah, menyambar tas tangannya.“Kamu tahu ruma

    Last Updated : 2024-05-16
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-173

    Arsya kembali menggenggam tangan Indah dan mengecupnya. Ia mengabaikan seorang pria yang tengah menatapnya dengan wajah cemberut.“Maaf harus membuat Mas Dean menunggu,” ucap Arsya lalu tergelak. “Enggak apa-apa. Pulang ke rumah jam segini cuma untuk nyubit pipi istriku, mungkin aku bakal disambit tongkat mamaku. Bu Amalia paling gelisah kalau lihat anaknya di rumah tanpa alasan jelas di hari Senin sampai Jumat. Katanya aku nggak boleh malas-malasan. Anakku banyak,” ujar Dean meringis. Arsya ikut meringis dengan sepasang lesung pipinya. “Mamanya Mas Dean nggak salah.” Kedua pria itu kemudian tertawa tertahan di depan pintu ruang rawat.“Aku masuk sekarang, Sa. Istri kamu nggak perlu takut, santai aja. Kalian masuk sepuluh menit lagi.” Dean mengangguk kemudian mendorong pintu.Arsya masih menggenggam tangan Indah, ia berdiri rapat ke pintu untuk mendengar percakapan dari dalam yang pasti akan disengaja Dean agar ia ikut mendengar.“Yang pertama terima kasih untuk Pak Dokter dan tim y

    Last Updated : 2024-05-17
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-174

    Riri terkesiap. “Aku cuma perlu bicara dengan Arsya,” ulang Riri dengan suara lemah. Setengah kekuatannya sudah hilang karena ditatap tajam pria bermata sipit di depannya. “Aku nggak tertarik dengan penawaran itu.”“Penawaran ini tidak akan saya ulangi lagi sebegitu kaki saya melangkah keluar ruangan ini. Anda belum sembuh, Saudari Riri. Pak Arsya meminta saya menawarkan banyak kebaikan buat Anda yang harusnya Anda syukuri. Andai kamu ketemunya laki-laki seperti saya, mungkin kamu sudah saya jebloskan ke penjara tidak peduli kamu sakit jiwa atau tidak. Saya akan memastikan kamu minimal sepuluh tahun di penjara dan keluar sewaktu kamu menjadi wanita tua. Bagaimana? Mau mendengar saya?” Dean meletakkan amplop di ranjang. Mata Riri tak lepas menatap amplop itu.Pelan-pelan Riri mau mendekati ranjang dan tangannya terulur mengambil amplop.“Apa kamu tidak mau hidup normal seperti Indah? Kalau bukan Arsya, kamu pasti bisa menemukan pria lain yang lebih baik. Tetap di sini sampai kamu benar

    Last Updated : 2024-05-17
  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-175

    Arsya tak pernah menganggap bahwa bermesraan dengan pasangan lebih penting dari urusan menyangkut perusahaannya. Bertahun-tahun dipilih memimpin SB Industrial Energy serta di tahun berjalan itu pula menjalin hubungan dengan Fanny, tak pernah sekali pun ia mendahulukan wanita itu jika menyangkut urusan perusahaan.Sekali pun ia dan Fanny tengah bermesraan intens, satu pesan pendek yang masuk ke ponselnya dan meminta untuk hadir segera, maka soal Fanny harus dilupakan. Arsya memejamkan mata kembali mengecup bahu Indah yang lebih hangat dibanding telapak tangannya karena sejak tadi tertutup blazer. Arsya mengusap bahu itu dan telunjuknya terselip untuk mengait tali tipis dalaman blazer yang terbuat dari sutera halus. Ia mengusap bahu halus seputih susu dengan telapak tangannya. Aroma parfum Indah sudah memenuhi hidungnya sejak tadi.Pernikahan itu ternyata amat berbeda dari yang ia bayangkan. Saat Fanny menodongnya dengan pernikahan, bayangan bermacam hal rumit datang menyerbu pikiranny

    Last Updated : 2024-05-18

Latest chapter

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-220

    Vino bukan sosok penakut. Tapi ia juga belum pernah bertindak terlalu berani. Detik itu ia berusaha keras menahan diri agar tidak menoleh kebelakang. Ia perlu waktu mencerna dan otak teknisnya yang terbiasa berpikir dengan angka memintanya untuk diam beberapa saat. Ia tidak mau gegabah. Bisa saja ada orang di sekitar sana yang mengenalinya sebagai karyawan SB Industrial Energy.Di antara riuhnya suara orang mengobrol di cafe, Vino menajamkan telinganya untuk mencari beberapa potong kata lain untuk meyakinkan dirinya.“Sore ini harus diusahakan. Lusa wanita itu akan pulang ke Jakarta. Jangan ditunda terlalu lama.” Suara berat seorang wanita kembali berbicara. Membuat Vino menegakkan tubuh seketika.“Bayaranku. Lunasi bayaranku hari ini. Aku nggak mau mengerjakan tugas berat lalu harus mencari kalian ke mana-mana. Aku tau kau pun hanya perantara. Kita di sini cuma kacung, jadi jangan saling menipu.” Balasan suara seorang laki-laki membuat keraguan Vino sirna saat itu.“Aku cuma dikasih

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-219

    Arsya sedang duduk di ruang makan dengan dua tangan memegang ponsel di meja. Sesekali Arsya mengetik dengan sangat cepat lalu menit kemudian memandang ponsel dengan senyum terkulum. Kadang Arsya tertawa kecil, kadang juga menggigit bibir bawahnya seperti sedang gemas pada sesuatu. Pada pesan terakhir yang ia tersenyum sendu. Lalu dengan sangat pelan nyaris berbisik Arsya mengucapkan, “I love you, Mrs. Subianto.” Arsya sangat tenggelam dengan percakapan melalui pesan pendek bersama Indah siang itu. Sampai-sampai Arsya tidak mendengar sepasang langkah kaki mendekatinya. “Hei, kamu pasti enggak dengar aku datang karena asyik banget bales-balesan chat-nya. Pasti lagi ngobrol sama Indah.” Dean menarik satu kursi tepat di seberang Arsya. Arsya tidak dapat menyembunyikan rasa malunya. Ia tertawa tergelak. “Mas Dean tau aja,” ucap Arsya. “Diterusin aja dulu,” kata Dean, ia ikut mengeluarkan ponselnya. “Oh, sudah selesai kok, Mas. Ada yang mau diobrolin, ya?” Arsya meletakkan ponselnya.

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-218

    “Kamu hubungi Markus pakai ponsel kamu.” Eric menunjuk tas kecil di pangkuan Tiara. “Oh, oke…oke.” Tiara cepat-cepat merogoh tasnya mengambil ponsel. Ia paham apa yang diminta Eric darinya. “Om di mana? Oh, iya. Masih di sana? Iya nih aku bilang ke Pak Eric. Ditunggu ya Om. Jangan ke mana-mana. Ke dua orang itu juga bilang jangan ke mana-mana.” Tiara lalu menyudahi telepon dan mengangguk memandang Eric. “Kalau tidak ada perubahan kita langsung ke sana.” Eric menginjak pedal gas semakin dalam dan mobil melesat ke tempat yang belakangan mereka setujui untuk bertemu. Mobil meluncur di jalan raya tidak begitu lama. Tiga puluh menit kemudian mobil sudah berkelok-kelok menuju daerah mendekati teluk laut. “Om Markus pasti di sebelah sana.” Tiara cepat-cepat turun tanpa menunggu Eric. Ia sengaja berjalan mendahului karena jantungnya berdebar saat mendengar Eric serius dengan rencananya. Apakah tidak bisa semua berjalan seperti biasa? Kalau smelter SB Industrial Energy diledakkan, kecelaka

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-217

    Tiara membasahi bibirnya. Pikiran gila yang beberapa hari belakangan menari-nari dalam benaknya seakan terkumpul menjadi satu hari itu. Saat Eric menggunakannya sebagai tempat pelampiasan sesaat, ia bahkan tidak sempat menikmati. Cek tiga ratus juta membuat ia langsung menyanggupi menjadi wanita yang bisa ditiduri Eric kapan pun pria itu mau.Celana jeans biru muda yang membalut pinggul dan pahanya yang terbilang besar. Sejak remaja ia sering dikata-katai bongsor. Ia juga sempat minder dan tak memiliki pacar sampai kuliah. Di tahun akhir jenjang diplomanya, Tiara memiliki pacar untuk pertama kali dan malah kehilangan keperawanannya.Bagi Tiara saat itu, dicintai oleh seorang di luar anggota keluarganya adalah hal yang paling membahagiakan. Meski akhirnya dicampakkan, Tiara tidak cukup belajar. Ia bahkan semakin terobsesi ingin dianggap penting oleh seorang pria, juga ingin dicintai dan dimiliki seutuhnya.Kala itu yang dilihatnya adalah sosok Eric yang baginya sangat tampan. Berkulit

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-216

    Percakapan Eric dan Tiara tempo hari tidak terputus begitu saja. Tiara yang sedikit gila dan mulai jatuh hati pada Eric malah berbinar-binar saat mendengar pengakuan Om-nya. Sayang pengakuan yang disampaikan Tiara pada Eric tidak berbuah manis. Chief Controller itu dipanggil oleh Eric dan diingatkan akan sesuatu yang membuatnya tak berkutik.Eric sedang duduk di balik meja kerja kamar hotelnya saat Tiara kembali datang dengan omnya. Eric mengacungkan sebuah pulpen dan melemparkannya pada Chief Controller.“Berengsek! Kamu kira dengan bilang tidak bersedia melakukan pekerjaan yang kuminta, kamu bisa lolos begitu saja? Kamu lupa apa yang sudah kamu terima? Kenapa baru sekarang kamu teringat bahwa SB Industrial Energy yang menafkahi keluargamu sampai saat ini? Kenapa sewaktu beli mobil baru kamu lupa itu uang dari mana? Uang itu kamu terima karena kamu mau melaporkan bahwa bahan baku sudah habis dan tungku smelter harus berhenti bekerja. Itu saja, Markus! Kerjamu sedikit dan bayarannya m

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-215

    Pada waktu yang sama di Jakarta.“Bu, ada telepon dari Sarah.” Laras berbisik dari balik bahu Bu Della.Bu Della tidak menjawab. Tatapannya tetap tertuju pada sosok Ari Subianto yang baru kembali menempati kamarnya dengan mata terpejam.“Bu, Sarah nunggu Ibu. Biar Ayah diperiksa dokter dulu. Kita ke ruang makan sekarang,” bisik Laras, mengambil alih kursi roda Bu Della dan membawanya keluar kamar.“Pasti ada kekacauan di kantor. Sarah jarang nelepon Ibu kalau bukan karena sesuatu yang penting.” Bu Della memandang Laras yang tidak bereaksi apa pun selain menunjukkan telepon wireless yang sudah di-mute-nya. “Ibu duduk di kursi aja,” sambung Bu Della, berdiri dari kursi roda dan pelan-pelan berpindah ke salah satu kursi makan.“Ngomong dulu,” kata Laras, menunjuk ponsel.Bu Della berdeham pelan. “Halo? Sarah? Kamu jarang menghubungi saya. Biasanya langsung ke Arsya. Kalau nelepon begini malah bikin saya deg-degan. Ada apa? Komisaris itu lagi, ya?”“Maaf sebelumnya kalau saya membuat Ibu

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-214

    Bukan hanya sekali dua kali Tiara menemani para petinggi mencari hiburan; menghabiskan malam untuk bersenang-senang. Beberapa kali ia bahkan menyanyikan beberapa lagu di tempat karaoke bersama para petinggi perusahaan itu. Tiara memang tidak terlalu cantik, tapi Tiara bertubuh sintal berisi yang sangat disukai para lelaki. Ajakan untuk menghabiskan malam bersama pun tak jarang ia terima. Tapi pikiran Tiara tidak pernah berpikir terlalu jauh. Sampai ketika Eric yang mengajaknya seperti saat itu. Efek yang didapatnya dari pengaruh Eric tidak akan main-main. Semua karyawan perusahaan Eric akan segan padanya. Jadi, tanpa pikir panjang Tiara menuju pintu dan menguncinya. Eric membuatnya penasaran. “Bagus…bagus. Ayo, ke sini. Saya mau kita pemanasan dulu. Pasti pernah melakukan begini, kan?” Eric mengitari meja dan duduk di kursi. Ia bicara sambil melepaskan ikat pinggang dan menurunkan resletingnya. “Saya mau kamu blowjob sekarang. Bibir kamu penuh, pasti rasanya enak. Ayo,” pinta Eric s

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-213

    Eric Widjaja mengambil beberapa sifat pria dominan pada umumnya. Ia menyukai persaingan dan tidak peduli apakah persaingan itu sehat atau tidak. Ia ingin menang dan tidak suka harga dirinya diobrak-abrik seperti yang dilakukan Arsya padanya. Egonya menuntut pembalasan. Dalam hal dunia lelaki, Eric Widjaja selalu menghindari segala bentuk ikatan. Ia beranggapan kalau teriak dengan seseorang berarti tidak bisa berkembang. Ia memiliki banyak rencana dan menjalin hubungan serius dengan wanita bukan termasuk di antaranya. Sepeninggal Mika keluar dari ruangannya, Eric mendekati Tiara dan membelai paha gadis itu. Ia menyukai Tiara karena gadis itu pemberani. Tiara tahu apa yang diinginkannya dan bersedia berkorban untuk itu. “Kamu yakin laki-laki di saja tidak ada yang curiga dengan pergerakanmu?” Eric meremas bokong Tiara. “Mereka pasti curiga seperti yang Bapak bilang. Tapi mereka nggak tahu mau mulai menyelidiki saya dari mana. Bukannya Bapak bilang hal itu semakin baik karena kita ja

  • Atasanku, Suami Keduaku   ASK-212

    Ada jeda beberapa detik sebelum Arsya mengatakan, “Lanjutkan.” Abdul kemudian berdeham dan kembali memandang laptop. “Baiklah saya lanjutkan. Sebagai informasi bahwa penyadap belum ada dipindahkan dan masih di tempat yang sama. Saya pikir tidak apa-apa dibiarkan saja. Vino bilang penyadap itu bisa kita pakai untuk tujuan lebih baik.” “Oke, selanjutnya,” ucap Arsya dengan tatapan menyapu permukaan meja. Ia juga berpikir akan rapat sambil makan. “Saya sudah membuat surat perintah kembali beroperasional yang akan Bapak tanda tangani untuk smelter.” Vino menyodorkan lembaran kertas yang baru dicetaknya. Arsya mengangguk. “Lalu, apa dugaan penggantian pegawai wanita di sini?” tanya Arsya. “Dugaan paling buruk adalah untuk melihat pergerakan kita di sini. Memastikan bahwa kita bergerak sesuai dengan perkiraan mereka. Seperti rencana proyek Eric Widjaja yang kamu ceritakan kemarin. Harusnya mulai dari sekarang kita mulai memikirkan apa rencana mereka selanjutnya untuk menghambat kamu,”

DMCA.com Protection Status