Vasya mulai bercerita bahwa ia pertama kali dijebak di ruang olahraga, saat ia mengambil bola geng Mita langsung membuntutinya lalu menguncinya dari luar. Dan itu terjadi hingga pulang sekolah. "Aku sudah meminta tolong tapi tak ada yang lewat waktu itu" "Kamu dikunci seharian?" Vasya akhirnya menggeleng, ia diselamatkan satpam sekolah kala itu. Andri yang mendengar langsung melirik tajam ke arah Jaden, ia sungguh kecewa dengan pangeran yang katanya selalu ada tapi nyatanya ia bahkan tak tahu kalau kakaknya sedang menderita sendirian. "Mereka makin parah setelah itu, yang tadinya aku tak tahu yang mengunciku siapa jadi tau lambat laun saat mereka mulai frontal melakukan kekerasan fisik" "Apa lagi yang mereka lakukan?" Elika yang jelas kepo langsung pasang badan serta telinga, menurutnya ia perlu mendengar pengalaman menakjubkan begini, menurutnya Vasya perlu berbicara dengan lantang hingga ia tak malu lagi dan malah menjadikannya sebagai motivasi. "Sering memukul kepala,
Sundal itu sedang berbicara apa sebenarnya, kenapa membagongkan sekali. Sudah plin plan dan sekarang malah bilang bahwa memang yang terbaik hanya Armin, Helo kamu kemana saja selama ini. Kenapa sampai tak sadar padahal sudah serumit ini. "Jaden orang yang baik" Ini apalagi, bukannya dulu Amanda gencar membuat Vasya lupa akan Jaden, gadis itu kerap mengatur kencannya dengan Armin agar Vasya bisa melupakan Jaden yang kabur begitu saja ke luar negeri. "Dia pasti akan selalu ada" Entah kenapa Vasya malas meladeni Amanda, ia sangat tidak semangat untuk sekedar mencaci maki karena iapun sudah kehabisan tenaga akibat termehek mehek tadi. "Langsung ke pointnya!" Mendengar suara Vasya yang kasar, Amanda terdiam. Gadis itu mengira bahwa Vasya memang benar benar membencinya. Vasya tak benci Amanda 100% justru yang harusnya benci Amanda itu si Armin yang sekarang malah kembali bucin, pake di lindungi segala. Eh ya Vasya sampai lupa kalau Amanda melarikan diri karena kasus, harusnya ia bisa
"Agar impactnya ngena! Biar semua orang tahu aku bukan orang lemah seperti dulu"Jaden hanya terdiam sambil mendorong kursi roda Vasya makin menjauh ke arah samping bangunan."Sya..""Hmmmm""Dari siapa tahu akun Siska?"Pertanyaan yang bagus tapi sungguh Vasya tak mau menjawabnya."Tahu sendiri""Benarkah?"Vasya mengangguk supaya terlihat betulan tapi bukan Jaden namanya kalau bisa segampang itu di kibulin."Kamu bukan tipe orang yang menyukai sosial media, bahkan facebookmu saja jarang sekali kamu buka"Iya lagi!Kok dia bisa tahu.Vasya melirik Jaden sebentar, lelaki yang gantengnya mirip dewa yunani itu amat sangat membuatnya berdebar sekarang. Ia masih ingat seperti apa Vasya, lelaki itu mengenal Vasya."Aku tak sengaja melihat postingannya Siska"Masih hening.Nampaknya Jaden sedang berpikir keras tapi Vasya juga tak mau begitu menginterupsi apa yang sedang Jaden pikirkan."Syaa...""Hmmm""Sudah pernal tinggal di luar negeri?"Vasya menggeleng, bahkan liburan yang 1 atau 2 har
Mana ada kecelakaan yang membuatnya di keroyok bodyguard kecuali ia yang membuat kecelakaan itu terjadi. Benar kemarin malam tentu saja ia tak bisa keluar dari rumah Siska dengan keadaan sehat walafiat. Bahkan banyak lebam di wajahnya tapi ia menutupinya dengan concelear."Kecelakaan apa?"Jaden menggeleng, ia bilang bahwa Vasya tak perlu khawatir. "Lebam begini takkan membunuhku Sya" Vasya mendengarnya hanya bisa memerhatikan mimik wajah Jaden berulang kali, ia tahu bahwa Jaden menyembunyikan sesuatu yang serius. Yang Vasya takutkan adalah Siska. Ia takut Jaden masih saja kena batunya."Kamu berkelahi?"Dengan tenang Jaden menggeleng, ia berusaha membuat Vasya percaya padahal Vasya orang yang susah di percaya. Gadis itu memiliki insting yang bagus jadi percuma saja mengoceh untuk menutupi semuanya."Itu bukan ulah Siska kan?" Vasya sedikit ngeri dengan Siska yang bilang dengan sadis jika ia akan melakukan apapun demi mendapatkan Jaden. "Bukan"Vasya masih ragu dengan omongan Jade
"Vino mustahil di cari" "Dia pasti masih ada di sekitar sini, tak mungkin curut macam Vino ada di luar negeri" "Kalaupun ia disini pasti keluarga Amanda sudah membereskannya" Benarkah nyatanya ia dibiarkan sebelumnya meraja lela dan membawa kabur putri mereka. "Sudahlah" "Setidaknya aku ingin melihat Armin menangis kembali!" Hening. "Yakin?" Vasya menoleh ke arah Jaden, ia benar benar serius mengatakannya. Pokoknya intinya ia hanya ingin membalaskan dendam dengan rapi. Tak perlu skenario lain, mereka bertiga sudah dari dulu saling menusuk jadi bukan hal baru jika Vino di datangkan kembali untuk memancing ikan betinanya. Dan boomm, Armin bisa saja langsung bunuh diri jika itu terjadi kembali. Lelaki itu pasti akan sangat hancur hatinya. "Yakin?" "Bisa temukan Vino?"Jaden menggeleng pelan, ia sebenarnya bisa tapi melihat Vasya di selimuti dendam begini membuatnya bergindik ngeri. Baru kali ini ia dengar Vasya ingin balas dendam padahal dengan pembullyan yang ia alami bertahu
Perkataan Jaden barusan langsung membuat Vasya naik pitam. Hubungannya apa, apakah bisa perkataanya barusan membuatnya selamat. Bukannya malah menambah masalah baru ya. "Kamu tak perlu malu ataupun minder dan merasa sebagai boneka tolol" Justru Vasya yang tolol jika ia bersedia menikah dengan Jaden. Justru ia yang benar benar gila kalau itu sampai terjadi. "Hanya itu yang bisa kita lakukan" Vasya menggeleng. Dia masih waras, kenapa ia harus menikah dengan Jaden. Apakah ia masih belum puas dengan luka yang selama ini ia coba tutup rapat rapat. "Hanya menikah bukan hal yang sulit" Tetap Vasya menggeleng. Dia menggengam tangannya hendak meneriaki lelaki itu tapi ia masih berusaha sabar. Ia masih berusaha menahan amarahnya sebelum ia benar benar mencincang Jaden dengan ribuan kata kata kotor yang pernah ia dengar."Menikah bukan dengan orang sembarangan!""Kamu pikir aku sembarang begitu?""Stop!"Bukannya menyelesaikan masalah malah Jaden hendak memulai masalah baru yang tak masuk
Suara sosok yang memanggilnya suamiku merupakan suara yang membuatnya traumatic. Sungguh parasnya bukan cantik tapi amat sangat buruk rupa. Semua yang ada di sana nampak menyeramkan, membuat Herry hanya bisa mundur perlahan, mencoba untuk berusaha menghindar. "Ini tidak nyata!" Tapi kenyataannya ia memang hendak dikroyok sosok sosok yang sudah lama tidak mendapat makan. Sosok yang mengerikan, yang mungkin ratu itu semakin mendekat. Lambat laun sosok itu berubah menjadi wanita cantik yang amat sangat alus nan lembut. "Kenapa saya disini?" Sosok itu tersenyum, ia membelai wajah Herry dengan lembut lalu mengatakan maksutnya. "Cah ganteng, sini saja ya sama saya" Herry menggeleng, ia sangat menyesal tiba tiba karena telah memasuki hutan yang katanya terlarang oleh masyarakat."Maafkan saya, lepaskan saya!"Ratu itu tersenyum manis sambil menggeleng, ia tak menimpali sama sekali dan scene kemudian berubah. Herry tak lagi ada di suatu ruangan, ia sekarang sudah ada di sebuah pendopo b
Terpampang dengan jelas beberapa berita tentang kepemilikan perusahaan yang berubah. Menurut berita perusahaan Vasya ganti CEO, dan CEO yang baru adalah pemuda tampan lulusan Universitas luar negeri.Tapi Vasya belum tahu siapa orangnya. Lalu kemudian pesan dari Viola datang bertubi tubi seolah meneror Vasya dengan berbagai pertanyaan."Separah itukah suasana kantor?"Jaden mendongak menatap Vasya yang kini sedang membaca berita kembali, ia sama sekali belum membuka teror dari Viola."Yep, banyak yang berubah""Terus kamu juga ikut berubah?"Anehnya Jaden tersenyum ramah. Sinyal di otak Vasya menangkap ada yang janggal disini."Ini bukan hari libur kan, kok kamu bisa ada disini, jangan jangan kamu dipecat oleh Siska?"Hening.Jaden terlihat agak syok mendengarnya sementara Vasya menatap Jaden dengan tatapan serius."Kamu dipecat?"Jaden menggeleng, ia tak di pecat dan posisinya aman. Siska takkan mampu bertindak demikian dikarenakan posisi ayahnya sekarang sedang terancam bangkrut. Te