"Agar impactnya ngena! Biar semua orang tahu aku bukan orang lemah seperti dulu"Jaden hanya terdiam sambil mendorong kursi roda Vasya makin menjauh ke arah samping bangunan."Sya..""Hmmmm""Dari siapa tahu akun Siska?"Pertanyaan yang bagus tapi sungguh Vasya tak mau menjawabnya."Tahu sendiri""Benarkah?"Vasya mengangguk supaya terlihat betulan tapi bukan Jaden namanya kalau bisa segampang itu di kibulin."Kamu bukan tipe orang yang menyukai sosial media, bahkan facebookmu saja jarang sekali kamu buka"Iya lagi!Kok dia bisa tahu.Vasya melirik Jaden sebentar, lelaki yang gantengnya mirip dewa yunani itu amat sangat membuatnya berdebar sekarang. Ia masih ingat seperti apa Vasya, lelaki itu mengenal Vasya."Aku tak sengaja melihat postingannya Siska"Masih hening.Nampaknya Jaden sedang berpikir keras tapi Vasya juga tak mau begitu menginterupsi apa yang sedang Jaden pikirkan."Syaa...""Hmmm""Sudah pernal tinggal di luar negeri?"Vasya menggeleng, bahkan liburan yang 1 atau 2 har
Mana ada kecelakaan yang membuatnya di keroyok bodyguard kecuali ia yang membuat kecelakaan itu terjadi. Benar kemarin malam tentu saja ia tak bisa keluar dari rumah Siska dengan keadaan sehat walafiat. Bahkan banyak lebam di wajahnya tapi ia menutupinya dengan concelear."Kecelakaan apa?"Jaden menggeleng, ia bilang bahwa Vasya tak perlu khawatir. "Lebam begini takkan membunuhku Sya" Vasya mendengarnya hanya bisa memerhatikan mimik wajah Jaden berulang kali, ia tahu bahwa Jaden menyembunyikan sesuatu yang serius. Yang Vasya takutkan adalah Siska. Ia takut Jaden masih saja kena batunya."Kamu berkelahi?"Dengan tenang Jaden menggeleng, ia berusaha membuat Vasya percaya padahal Vasya orang yang susah di percaya. Gadis itu memiliki insting yang bagus jadi percuma saja mengoceh untuk menutupi semuanya."Itu bukan ulah Siska kan?" Vasya sedikit ngeri dengan Siska yang bilang dengan sadis jika ia akan melakukan apapun demi mendapatkan Jaden. "Bukan"Vasya masih ragu dengan omongan Jade
"Vino mustahil di cari" "Dia pasti masih ada di sekitar sini, tak mungkin curut macam Vino ada di luar negeri" "Kalaupun ia disini pasti keluarga Amanda sudah membereskannya" Benarkah nyatanya ia dibiarkan sebelumnya meraja lela dan membawa kabur putri mereka. "Sudahlah" "Setidaknya aku ingin melihat Armin menangis kembali!" Hening. "Yakin?" Vasya menoleh ke arah Jaden, ia benar benar serius mengatakannya. Pokoknya intinya ia hanya ingin membalaskan dendam dengan rapi. Tak perlu skenario lain, mereka bertiga sudah dari dulu saling menusuk jadi bukan hal baru jika Vino di datangkan kembali untuk memancing ikan betinanya. Dan boomm, Armin bisa saja langsung bunuh diri jika itu terjadi kembali. Lelaki itu pasti akan sangat hancur hatinya. "Yakin?" "Bisa temukan Vino?"Jaden menggeleng pelan, ia sebenarnya bisa tapi melihat Vasya di selimuti dendam begini membuatnya bergindik ngeri. Baru kali ini ia dengar Vasya ingin balas dendam padahal dengan pembullyan yang ia alami bertahu
Perkataan Jaden barusan langsung membuat Vasya naik pitam. Hubungannya apa, apakah bisa perkataanya barusan membuatnya selamat. Bukannya malah menambah masalah baru ya. "Kamu tak perlu malu ataupun minder dan merasa sebagai boneka tolol" Justru Vasya yang tolol jika ia bersedia menikah dengan Jaden. Justru ia yang benar benar gila kalau itu sampai terjadi. "Hanya itu yang bisa kita lakukan" Vasya menggeleng. Dia masih waras, kenapa ia harus menikah dengan Jaden. Apakah ia masih belum puas dengan luka yang selama ini ia coba tutup rapat rapat. "Hanya menikah bukan hal yang sulit" Tetap Vasya menggeleng. Dia menggengam tangannya hendak meneriaki lelaki itu tapi ia masih berusaha sabar. Ia masih berusaha menahan amarahnya sebelum ia benar benar mencincang Jaden dengan ribuan kata kata kotor yang pernah ia dengar."Menikah bukan dengan orang sembarangan!""Kamu pikir aku sembarang begitu?""Stop!"Bukannya menyelesaikan masalah malah Jaden hendak memulai masalah baru yang tak masuk
Suara sosok yang memanggilnya suamiku merupakan suara yang membuatnya traumatic. Sungguh parasnya bukan cantik tapi amat sangat buruk rupa. Semua yang ada di sana nampak menyeramkan, membuat Herry hanya bisa mundur perlahan, mencoba untuk berusaha menghindar. "Ini tidak nyata!" Tapi kenyataannya ia memang hendak dikroyok sosok sosok yang sudah lama tidak mendapat makan. Sosok yang mengerikan, yang mungkin ratu itu semakin mendekat. Lambat laun sosok itu berubah menjadi wanita cantik yang amat sangat alus nan lembut. "Kenapa saya disini?" Sosok itu tersenyum, ia membelai wajah Herry dengan lembut lalu mengatakan maksutnya. "Cah ganteng, sini saja ya sama saya" Herry menggeleng, ia sangat menyesal tiba tiba karena telah memasuki hutan yang katanya terlarang oleh masyarakat."Maafkan saya, lepaskan saya!"Ratu itu tersenyum manis sambil menggeleng, ia tak menimpali sama sekali dan scene kemudian berubah. Herry tak lagi ada di suatu ruangan, ia sekarang sudah ada di sebuah pendopo b
Terpampang dengan jelas beberapa berita tentang kepemilikan perusahaan yang berubah. Menurut berita perusahaan Vasya ganti CEO, dan CEO yang baru adalah pemuda tampan lulusan Universitas luar negeri.Tapi Vasya belum tahu siapa orangnya. Lalu kemudian pesan dari Viola datang bertubi tubi seolah meneror Vasya dengan berbagai pertanyaan."Separah itukah suasana kantor?"Jaden mendongak menatap Vasya yang kini sedang membaca berita kembali, ia sama sekali belum membuka teror dari Viola."Yep, banyak yang berubah""Terus kamu juga ikut berubah?"Anehnya Jaden tersenyum ramah. Sinyal di otak Vasya menangkap ada yang janggal disini."Ini bukan hari libur kan, kok kamu bisa ada disini, jangan jangan kamu dipecat oleh Siska?"Hening.Jaden terlihat agak syok mendengarnya sementara Vasya menatap Jaden dengan tatapan serius."Kamu dipecat?"Jaden menggeleng, ia tak di pecat dan posisinya aman. Siska takkan mampu bertindak demikian dikarenakan posisi ayahnya sekarang sedang terancam bangkrut. Te
Job jadi bodyguard mendadak masih terasa wow bagi Vasya, Ia benar benar merasa sangat kurang pantas, Hanya karena ia bisa memelintir pergelangan tangan Herry bukan berarti ia sakti."Jadi bodyguard?""Hah?"Vasyapun hah dan mereka hah hoh hah hoh ria. Lalu kemudian Jaden mengatakan hal lain."Bukan itu""Lalu?""Disisiku kalau bisa ya menghasilkan keturunan untukku"Oh Demit!"Tak bisa aku indigo""Tak apa mungkin besok kalau kamu indigo, anakku jadi bisa memprediksi mana saham yang akan sukses di masa depan"Omongan Jaden mulai ngawur kembali, Harusnya Vasya tanggap dan jeli bukannya malah berpikir jadi bodyguard segala."Tak sulit Sya bertahan di sampingku"Gundulmu!Rasanya Vasya terus terusan emosi jiwa, ia benar benar tak habis pikir dengan Jaden. Kenapa hal itu lagi yang laki laki itu bahas."Cari pasangan lain, aku hanya akan berkerja jika jadi desainer produk seperti biasanya"Hening.Mungkin Jaden masih tersakiti mendengar penolakan Vasya yang terus menerus tanpa memikirkan b
Tanggal apa?Seketika Vasya tersedak ketika ia sedang minum es kotak pemberian mamanya, ia melotot ke arah kedua manusia yang sekarang sedang mencocokkan tanggal entah tanggal untuk apa. "Tanggal apa ma?" "Ini lo nak Jaden mau datang ke rumah buat meminang kamu" "Dan mama setuju?" "Ya dong!" Tuh kan! Tak bisa kalau Vasya tak tantrum, ia harus sekali ngamuk biar mamanya sadar. "Sya umur kamu ini lo sudah siap menikah" "Ya ma tapi bukan Jaden juga ma, dia atasan aku sekarang. Apa kata karyawan lain" Vasya masih mencoba ngeles, ia berusaha agar ibunya berkata bahwa semuanya batal. "Nanti kalau ada yang gosipin Vasya langsung kamu tegur ya Den" "Hah? Mama!!!" "Vasya bukan anak kecil ma""Lhaya makanya kalau bukan anak kecil jangan impulsif begitu, lihat dong Jaden sudah berusaha seeffort ini buat kamu"Anak perempuan yang sedang tantrum itu hanya bisa menghembuskan nafas nelangsa, ia benci sebenci bencinya perasaan macam ini. Sebenarnya apa yang Jaden cekoki pada ibunya Vasya