Vasya mengendus dirinya sendiri tapi ia wangi kok, sudah mandi pula lha terus atasan kampretnya itu kenapa. Dan kemudian Jaden bertanya lagi, lagi lagi otaknya berputar lagi untuk menjawabnya."Kamu sembunyiin semua ini dari orang dekat kamu?"Apaan lagi nih drama, kenapa klimaksnya begini. Vasya jengah, ia pening sekali. Sekarang Jaden mengcengkram lengannya sekali lagi dan kekeh meminta jawaban. Kenapa ia kepo sekali harusnya ia mengurusi Siska saja bukannya disini."Syaaaaaa jawab!"Mendengarnya Vasya hanya bisa mengerjapkan matanya, ia benar benar abcde rasanya."Andri sampai tak tahu hubungan kamu?"Eh,Matilah sudah!"Memang kak Vasya ada hubungan apa dengan Armin?"Jaden mengerjapkan matanya, ia menatap Andri dengan serius seolah meneliti bahwa lelaki itu mungkin bercanda."Armin dari dulu menyukai kak Amanda kan kak."Vasya langsung cegukan mendengar celotehan adiknya yang tak tahu situasi tersebut dan lalu senyum mengerikan Jaden muncul begitu saja.Great!Troll sudah kembali
"Memangnya siapa legenda yang suka membully kakakku?"Andri menoleh ke arah Jaden yang sedang fokus menyetir. Lelaki itu menatap Jaden penuh emosi."Kenapa memandangiku seperti itu?""Kak Jaden pasti tahu kalian kan satu sekolah?"Buru buru Jaden menggeleng, ia tak tahu maksut membully karena ia bukan pembully."Kalau di pikir pikir lagi kakak selalu pulang dengan berderai air mata dan kadang badannya putih semua.""Putih?""Iya, macam di bully di lempari tepung."Jaden tertegun, ia tak tahu kalau Vasya di bully oleh seseorang. Andri bercerita lagi kalau kadang bukan tepung, lumpur pernah, telur juga pernah. Jaden mendengarkan dengan seksama."Awalnya kukira kakak ulangtahun tapi bukan karena kejadian itu sering terjadi.""Sering?""Ya hampir seminggu 3 kali kalau tidak salah."Jaden berpikir lagi, kenapa ia bisa tak tahu hal demikian terjadi pada Vasya. Perasaan mereka selalu pulang bersama. Perasaan Jaden menjadi tak karuan, ia menginjak pedal gas berharap segera menemui Vasya dan m
Bukan terbang karena saking takutnya, ia terbang karena ia menyadari sosok itu adalah orang yang hendak ia selamatkan. Mereka berdua mengerjabkan matanya melihat wanita yang tadinya mereka tinggal dalam keadaan baik sekarang macam gelandangan dengan rambut morat marit."K-kkak Vasya bukan?"Sosok yang mulutnya mengerucut hanya bisa mengangguk lemah sambil ngedumel tak karuan. Jaden dan Andripun saling padang, ternyata mereka sudah menemukan sang biang keroknya dan seketika lega mendengar keluhan Vasya.Jaden langsung berhambur memeluk Vasya hingga gadis itu kehabisan nafas dan makin ngedumel tak karuan."Lepasin!"Setelah melepasnya Vasya terlihat memincingkan matanya tapi belum surut emosinya."Kakak ngapain disini?""Ngejar tukang sate sialan yang malah ngajak perang tadi, dasar tukang sate budeg!"Jaden dan Andri saling pandang lagi, mereka melongok kresek plastik transparan yang Vasya bawa. Dan mereka serempak mengangguk mengerti."Tukang sate kurang ajar, sudah di bilang mau beli
Dasar adik geblek!Andai, andai saja ia tahu yang membuat kakaknya menderita adalah sosok yang dari tadi ia sanjung lelaki itu pasti syok brutal. Vasya masih melongo mendengar adiknya yang cepat sekali berubah padahal tempo hari ia melarang Jaden menginjakkan kaki di rumah ini."Tolong, jangan ngawur.""Ini serius kak, lagian dia yang selama ini bantuin kakak, dia yang nyelametin kakak dari Herry."Please tolong tonjok adik saya biar sadar!Rasanya Vasya ingin mengumpat, ia melirik Andri yang tak tahu apa apa dengan tatapan marah. "Ndri!""Hhmm."Santai saja tuh bocah menjawabnya, Vasya yang sudah jengah langsung menghantamnya dengan bantal. Merekapun malah terpantau sedang gebuk gebukan sementara itu Jaden memasuki rumah dan tak sengaja kena bantal yang di lempar Vasya ke arah adiknya."Arghh.""Upss, tak sengaja."Setelah mengatakannya mereka lagi lagi perang bantal kembali. Kakak adik itu tak tahu bahwa Jaden sedang diujung tanduk sekarang, ekspresi lelaki itu tegang dan tanpa bos
"Dari mana kamu? Kenapa teleponmu mati?"Tanpa ada rasa bersalah lelaki itu terus bertanya dengan nada membentak. Jaden sendiri terdiam seribu bahasa, lelaki itu pasrah saja dan akhirnya ia meminta maaf."Jangan seperti tadi, Papa sampai batal terbang ke thailand karena kamu bikin masalah!""Jangan kabur! Kamu punya supir jadi pulang sama supir!"Deg. Vasya tertegun perasaan Jaden bilang bahwa supirnya tak bisa menjemputnya tadi. Jadi Jaden berbohong tapi untuk apa. Apa supaya bisa jalan kaki, serius gak sih?"Tolong jangan bikin papa khawatir, kita bukan orang sembarangan Jaden!"Lelaki muda itu tak menjawab ia hanya terdiam sambil melihat kaki para bodyguardnya."Jangan ulangi!"Jaden hanya bisa mengangguk dan tanpa bosa basi ia langsung pergi dari sana dan anehnya Jaden pergi ke taman bukannya ke dalam rumah. Setelah surutnya emosi om Darma ada seorang wanita yang keluar dari mobil lalu menghibur lelaki itu.Yang Vasya tahu itu adalah ibu Jaden padahal bukan, wanita itu ibu tiri t
Lelaki itu nyengir memamerkan gigi giginya yang rapi. Sepersekian detik Vasya membeku, ia sampai tertegun dengan dirinya sendiri kenapa berlaku demikian. Dan sablengnya kenapa atasannya menyusul dirinya padahal lelaki itu yang menyuruhnya membelikannya makanan."Ini kak pesanannya."Vasya menerimanya, ia mengangguk ke arah pelayan restoran tersebut lalu ia memberikannya kepada Jaden. Lelaki itu menerimanya dengan senyuman yang lagi lagi membuat Vasya termenung."Aku benar benar lapar!"Setelahnya Jaden asik sendiri dengan burger yang ia nanti nantikan, lelaki itu bilang bahwa ia belum sarapan. Vasya menatap mata Jaden yang sedikit membiru itu, dia diam diam ingin menanyakannya tapi ia juga merasa bahwa ia tak perlu tahu."Tak kepo dengan wajahku?"Buru buru Vasya menggeleng, ia menambahkan bahwa wajah Jaden bukan urusannya melainkan urusan Jaden sendiri."Ya benar memang wajah wajahku sendiri mau seberapa penyokpun tak akan ada imbasnya padamu."Benar sekali!Lelaki itu melihat kopi A
"Harusnya Amanda bukan kamu yang akrab dengannya?"Memang urusanmu itu?Jaden tak mengerti bahwa Vasya masuk di hubungan rumit sementara dirinya juga hutang jasa pada Amanda serta Armin. Apakah Vasya akan jujur tentang pertemuan mereka yang di atur oleh Amanda serta kencan kencan yang diam diam membuatnya hidup kembali pasca hilangnya Jaden di hidupnya.Eh, nanti ketahuan dong?Jaden masih saja berbicara, sementara itu Vasya memegangi kepalanya sambil melihat daftar daftar nama di berkas yang harusnya milik Kalan."Sya.. nanti aku antarkan ke bandara ya, dia jam berapa sampai indo?"Yang tadinya kepala Vasya menunduk kini mendongak menatap Jaden sambil meringis, sungguh ia berterima kasih tapi tak perlu sampai segitunya. Ia bisa menghandle masalahnya sendiri.Tanpa melihat atasannya Vasya langsung bergeser begitu saja dari tempat duduknya, ia pura pura melihat jam tangan."Saya duluan ya pak nanti keburu terik."Secepat kilat Vasya langsung berjalan tanpa mau repot menoleh ataupun men
"Tidakkah kamu penasaran kepada orang yang tadi di temui Kalan di tangga?"Vasya mengangguk, ia baru bisa nggeh dan menatap Jaden dengan mata membulat."Berarti ia belum mati?"Jaden menggeleng lalu mengimbuhkan bahwa Herry sama sekali tidak sekarat, lelaki itu malah sekarang ada di kubu Harmanto."Kok bisa tahu?""Ia yang membuat mataku lebam."Vasya menelan ludah, sepersekian detik ia ingin berempati dan membelai luka di mata Jaden tapi ia tak boleh sembarangan memegang lelaki, untung Jaden mengatakannya. Setidaknya ia bisa waras sebelum keblabasan."Jadi tadi malam kamu yang berkelahi?""Karena?"Jaden terdiam seribu bahasa, ia tak mau membuat Vasya merasa bersalah atau bagaimana. Ia sendiri yang tanpa pikir panjang dan akhirnya tercetuslah perang."Pertunangan kami batal.""Siska tak terima atau ayahnya yang kejam?""Dua duanya."Omongan Amanda kembali terngiang di telinga Vasya, sosok Siska benar benar tak ragu untuk berulah. "Lupakan soal survei biar nanti aku yang urus, sekara
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar