"Tidakkah kamu penasaran kepada orang yang tadi di temui Kalan di tangga?"Vasya mengangguk, ia baru bisa nggeh dan menatap Jaden dengan mata membulat."Berarti ia belum mati?"Jaden menggeleng lalu mengimbuhkan bahwa Herry sama sekali tidak sekarat, lelaki itu malah sekarang ada di kubu Harmanto."Kok bisa tahu?""Ia yang membuat mataku lebam."Vasya menelan ludah, sepersekian detik ia ingin berempati dan membelai luka di mata Jaden tapi ia tak boleh sembarangan memegang lelaki, untung Jaden mengatakannya. Setidaknya ia bisa waras sebelum keblabasan."Jadi tadi malam kamu yang berkelahi?""Karena?"Jaden terdiam seribu bahasa, ia tak mau membuat Vasya merasa bersalah atau bagaimana. Ia sendiri yang tanpa pikir panjang dan akhirnya tercetuslah perang."Pertunangan kami batal.""Siska tak terima atau ayahnya yang kejam?""Dua duanya."Omongan Amanda kembali terngiang di telinga Vasya, sosok Siska benar benar tak ragu untuk berulah. "Lupakan soal survei biar nanti aku yang urus, sekara
Mata Vasya sudah tak bersahabat alih alih turun dan melabrak ia lebih senang jika sekalian membuat permainan. "Pak tancap gas pak!""Baik non."Bapak supir itu langsung wusss membelah jalan yang belum terlalu ramai, Vasya menoleh ke belakang dan mobil itu masih saja berusaha membuntuti.Maunya apa?Kenapa hidup Vasya sedemikian rupa amburadulnya. Tak cukupkah tadi beberapa jam ia bersama Jaden tapi kenapa lelaki itu lagi lagi ingin sekali kepo dengan urusannya. "Lebih cepat lagi pak."Lagi lagi setelah kecepatan di naikkan Jaden juga ikut ikutan menambah kecepatannya. Dia tak mau kalah dan tentu juga tak mau kehilangan jejak."Lagi pak!".Si bapak langsung ugal ugalan di jalan layaknya taksi racing. Mereka masih terus terusan main kejar kejaran hingga Vasya jenggah dan iapun memiliki ide untuk mengecoh Jaden."Belok rute sebelah kanan pak, jalannya muter ke sisinga maharaja dulu lalu baru ke arah tujuan saya.""Siyap non.""Tapi bapak mainnya halus, jangan sampai mobil hitam itu mel
Tebak apa yang terjadi, yup benar ia menyuruh Vasya yang notabene gadis kota berdandan ala ala ukthi. Yang lebih ekstrem lagi lelaki itu hanya bermodalkan menarik gamis syar'i tetangga Vasya yang kebetulan di jemur di depan rumah Vasya."Aku mau menemui orang bukannya mau minal aidin Wal faizin.""Ini sopan Sya.""Ayolah jangan begini, aneh deh.""Sama sekali tidak."Vasya lagi lagi hanya bisa geleng geleng, ia menatap Jaden yang masih saja memegangi gamis bunga bunga hitam itu dengan erat."Sekali kali pake itu gakpapa kan."Big no bagi Vasya, ia lebih memilih ganti bajunya dengan sweter abu abu lalu merampas gamis yang dari tadi Jaden elu elukan."Ini gamis orang bodoh! Bagaimana jika orangnya lihat?"Dengan segera Vasya mengembalikan gamis tadi di pagar depan rumah Vasya. "Lain kali kalau mau maling baju tetangga, jangan ajak saya!."Setelahnya Vasya langsung ngacir begitu saja karena kebetulan abang grabnya sudah ada di depan mata. Lagi lagi Jaden di tinggal, lagi lagi lelaki itu
Benarkah itu Amanda?Vasya menoleh ke arah asal suara dan ia tertegun mendapati sosok itu sudah berada di sini tepat waktu. Armin melihatnya langsung bangkit dan memeluknya sesaat sambil meminta maaf karena ia terlalu merinduhkan seseorang. Terlalu rindu katanya, mau mewek Vasya jadinya."Kok tahu aku disini.""Ya tahu aku sedang mencari Vasya."Jaden bertampan bening itu langsung menjadi pusat perhatian, paras rupawan yang sedang ngos ngosan itu nampak semakin seksi tapi Vasya malah melengos, ia menyembunyikan matanya yang mungkin sudah penuh dengan air. Wajahnya sekarang panas, ia lalu menegak esnya sekali tegak sambil merapal mantra tak jelas di sanubarinya.Tau aja aku kemana pret prett!Segera Jaden ikut terduduk, ia mengambil gelas minuman Vasya yang baru saja gadis itu letakkan. Tanpa ijin lelaki itu langsung menegaknya."Sudah lama disini?"Vasya memutar bola matanya, ia sungguh jengkel setengah mati pada kupret yang satu ini. Kenapa ia bisa melacak keberadaan Vasya lalu merus
"Ngaku aja kamu memang penyebab Ranita bunuh diri!"Armin memejamkan matanya jengah, ia seperti sudah berulang kali berurusan dengan scene macam ini."Tolong jangan memikirkan bagaimana melempar rasa bersalahmu pada orang lain.""Apa?!""Jangan mengambil spekulasi sendiri, mentang mentang dia di kabarkan denganku bukan berarti semua itu benar dan aku penyebab utamanya."Jaden masih memincingkan matanya sementara Vasya kecewa dengan dialog yang membahas gadis mati di masa SMP mereka. Kenapa Jaden bisa membahas gadis mati itu disini, didepan Vasya lagi. Lelaki itu waras kan."Bangsat!"Hening.Bagusnya Armin tak terpancing, lelaki itu bisa sekejap kembali tenang, ia mendongak menatap Jaden yang mukanya masih memerah."Ngomong ngomong ngapain kamu mencari Vasya?""Bukan urusan kamu!"Jaden melengos, lelaki itu menoleh ke arah Vasya yang terdiam seribu bahasa. Gadis malang itu terpaku sambil menata perasaannya sendiri. Entah kenapa ia sakit sekali, ya iyalah orang yang ia sukai malah memb
"Manda!"Kini Vasya dengan berani meraih lengan Amanda, ia mengcengkram kuat kuat sambil memelototi gadis sundal tersebut."Jangan disini!""Memang kenapa?"Amanda yang sudah kelewat berani itu langsung melepas cengkraman Vasya, ia melirik Vasya dengan Jaden sekilas lalu beralih memandang Armin yang raut wajahnya menahan malu. Bagaimana tidak, semua orang sedang merekam kejadian unik ini dan kelihatannya ada yang live juga."Eh, Armin sudah aku bilang kan kemarin. Pokoknya hubungan kita batal, bilang begitu ke papamu!"Gadis sableng ini benar benar menolak menjadi mantu pengusaha batubara.Kepala Vasya pening, ia melihat Armin yang terlihat hancur juga Amanda yang kehilangan kewarasannya. Manda masih gencar memberi umpan negatif sementara itu sang lelaki diam saja."Kita sudah selesai dan aku sudah bahagia dengan pilihanku sendiri."Vasya membekap mulutnya sendiri, ia berkaca kaca melihat adegan yang sebenarnya ia nantikan dari dulu tapi kenapa ia sedih. Kenapa hatinya mengasihani kis
"Dari dulu kamu merencanakan semua ini begitu?"Tanpa rasa bersalah Amanda menyahuti, dia bilang dari awal memang ia yang menyuruh Vasya untuk datang saat kencan buta. "Jadi dari awal?"Ekspresi kesakitan Armin tampak nyata dan itu membuat Vasya menangis, gadis itu terpaksa melengos demi menyembunyikan air matanya yang malah terlihat oleh Jaden. Dan tentu perasaan Jaden ikut porak poranda bukan, lelaki itu ingin menangis karena terlalu perih melihat Vasya begini.Tapi ia harus tetap gentle, pokoknya ia harus bisa seperti pangeran berkuda putih seperti muse yang kerap kali di tuliskan di lagunya Taylor Swift. Gadis pick me lagi lagi berbicara."Iya, sejak awal aku tak menyukaimu Armin. Kamu yang terlalu penurut bukan tipeku sama sekali."Mungkin kalau Vasya baik baik saja ia akan menepuk jidatnya mendengar omongan sahabatnya tapi kali ini ia malah menangis sedih. Ia tak tega dengan Armin. Tapi aneh bukan harusnya yang begini itu Amanda, uniknya gadis sundal itu sungguh baik baik saja.
Benar timbang memikirkan masalah yang membuatnya kacau ia lebih tertarik untuk membahas hal lain. "Yang bagian mana?""Gadis bernama Ranita.""Oh itu.""Dia siapa?"Jaden membenarkan posisi duduknya kemudian lelaki itu menjawab bahwa Renata dengan dia memiliki hubungan tapi bukan hubungan kekasih, tentu saja Vasya tak percaya. Gadis itu tersenyum mengejek."Yakin?""Iya."Bohong!Kalau tak ada hubungannya ngapain tadi di bawa bawa, mana pake emosi segala. Kan sudah jelas Ranita itu siapa bukan."Jadi dia tak ada hubungannya?"Lagi lagi Jaden menggeleng. Sepertinya lelaki itu tak mau membahas ini sekarang. Vasya sendiri menghembuskan nafasnya jera."Bagaimana bisa mimpi tempo hari jadi kenyataan.""Mimpi apa?""Aku pernah bermimpi menggantikan posisi Amanda."Hening."Kebetulan, jangan di pikirkan."Walau Jaden bilang begitu Vasya tetap saja kepikiran, ia tetap memerhatikan jalanan dengan mata sendu."Sya Andri mau di belikan apa?"Hening."Syaa!!!"Sang empunya nama hanya menoleh ses
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar