Mata Vasya sudah tak bersahabat alih alih turun dan melabrak ia lebih senang jika sekalian membuat permainan. "Pak tancap gas pak!""Baik non."Bapak supir itu langsung wusss membelah jalan yang belum terlalu ramai, Vasya menoleh ke belakang dan mobil itu masih saja berusaha membuntuti.Maunya apa?Kenapa hidup Vasya sedemikian rupa amburadulnya. Tak cukupkah tadi beberapa jam ia bersama Jaden tapi kenapa lelaki itu lagi lagi ingin sekali kepo dengan urusannya. "Lebih cepat lagi pak."Lagi lagi setelah kecepatan di naikkan Jaden juga ikut ikutan menambah kecepatannya. Dia tak mau kalah dan tentu juga tak mau kehilangan jejak."Lagi pak!".Si bapak langsung ugal ugalan di jalan layaknya taksi racing. Mereka masih terus terusan main kejar kejaran hingga Vasya jenggah dan iapun memiliki ide untuk mengecoh Jaden."Belok rute sebelah kanan pak, jalannya muter ke sisinga maharaja dulu lalu baru ke arah tujuan saya.""Siyap non.""Tapi bapak mainnya halus, jangan sampai mobil hitam itu mel
Tebak apa yang terjadi, yup benar ia menyuruh Vasya yang notabene gadis kota berdandan ala ala ukthi. Yang lebih ekstrem lagi lelaki itu hanya bermodalkan menarik gamis syar'i tetangga Vasya yang kebetulan di jemur di depan rumah Vasya."Aku mau menemui orang bukannya mau minal aidin Wal faizin.""Ini sopan Sya.""Ayolah jangan begini, aneh deh.""Sama sekali tidak."Vasya lagi lagi hanya bisa geleng geleng, ia menatap Jaden yang masih saja memegangi gamis bunga bunga hitam itu dengan erat."Sekali kali pake itu gakpapa kan."Big no bagi Vasya, ia lebih memilih ganti bajunya dengan sweter abu abu lalu merampas gamis yang dari tadi Jaden elu elukan."Ini gamis orang bodoh! Bagaimana jika orangnya lihat?"Dengan segera Vasya mengembalikan gamis tadi di pagar depan rumah Vasya. "Lain kali kalau mau maling baju tetangga, jangan ajak saya!."Setelahnya Vasya langsung ngacir begitu saja karena kebetulan abang grabnya sudah ada di depan mata. Lagi lagi Jaden di tinggal, lagi lagi lelaki itu
Benarkah itu Amanda?Vasya menoleh ke arah asal suara dan ia tertegun mendapati sosok itu sudah berada di sini tepat waktu. Armin melihatnya langsung bangkit dan memeluknya sesaat sambil meminta maaf karena ia terlalu merinduhkan seseorang. Terlalu rindu katanya, mau mewek Vasya jadinya."Kok tahu aku disini.""Ya tahu aku sedang mencari Vasya."Jaden bertampan bening itu langsung menjadi pusat perhatian, paras rupawan yang sedang ngos ngosan itu nampak semakin seksi tapi Vasya malah melengos, ia menyembunyikan matanya yang mungkin sudah penuh dengan air. Wajahnya sekarang panas, ia lalu menegak esnya sekali tegak sambil merapal mantra tak jelas di sanubarinya.Tau aja aku kemana pret prett!Segera Jaden ikut terduduk, ia mengambil gelas minuman Vasya yang baru saja gadis itu letakkan. Tanpa ijin lelaki itu langsung menegaknya."Sudah lama disini?"Vasya memutar bola matanya, ia sungguh jengkel setengah mati pada kupret yang satu ini. Kenapa ia bisa melacak keberadaan Vasya lalu merus
"Ngaku aja kamu memang penyebab Ranita bunuh diri!"Armin memejamkan matanya jengah, ia seperti sudah berulang kali berurusan dengan scene macam ini."Tolong jangan memikirkan bagaimana melempar rasa bersalahmu pada orang lain.""Apa?!""Jangan mengambil spekulasi sendiri, mentang mentang dia di kabarkan denganku bukan berarti semua itu benar dan aku penyebab utamanya."Jaden masih memincingkan matanya sementara Vasya kecewa dengan dialog yang membahas gadis mati di masa SMP mereka. Kenapa Jaden bisa membahas gadis mati itu disini, didepan Vasya lagi. Lelaki itu waras kan."Bangsat!"Hening.Bagusnya Armin tak terpancing, lelaki itu bisa sekejap kembali tenang, ia mendongak menatap Jaden yang mukanya masih memerah."Ngomong ngomong ngapain kamu mencari Vasya?""Bukan urusan kamu!"Jaden melengos, lelaki itu menoleh ke arah Vasya yang terdiam seribu bahasa. Gadis malang itu terpaku sambil menata perasaannya sendiri. Entah kenapa ia sakit sekali, ya iyalah orang yang ia sukai malah memb
"Manda!"Kini Vasya dengan berani meraih lengan Amanda, ia mengcengkram kuat kuat sambil memelototi gadis sundal tersebut."Jangan disini!""Memang kenapa?"Amanda yang sudah kelewat berani itu langsung melepas cengkraman Vasya, ia melirik Vasya dengan Jaden sekilas lalu beralih memandang Armin yang raut wajahnya menahan malu. Bagaimana tidak, semua orang sedang merekam kejadian unik ini dan kelihatannya ada yang live juga."Eh, Armin sudah aku bilang kan kemarin. Pokoknya hubungan kita batal, bilang begitu ke papamu!"Gadis sableng ini benar benar menolak menjadi mantu pengusaha batubara.Kepala Vasya pening, ia melihat Armin yang terlihat hancur juga Amanda yang kehilangan kewarasannya. Manda masih gencar memberi umpan negatif sementara itu sang lelaki diam saja."Kita sudah selesai dan aku sudah bahagia dengan pilihanku sendiri."Vasya membekap mulutnya sendiri, ia berkaca kaca melihat adegan yang sebenarnya ia nantikan dari dulu tapi kenapa ia sedih. Kenapa hatinya mengasihani kis
"Dari dulu kamu merencanakan semua ini begitu?"Tanpa rasa bersalah Amanda menyahuti, dia bilang dari awal memang ia yang menyuruh Vasya untuk datang saat kencan buta. "Jadi dari awal?"Ekspresi kesakitan Armin tampak nyata dan itu membuat Vasya menangis, gadis itu terpaksa melengos demi menyembunyikan air matanya yang malah terlihat oleh Jaden. Dan tentu perasaan Jaden ikut porak poranda bukan, lelaki itu ingin menangis karena terlalu perih melihat Vasya begini.Tapi ia harus tetap gentle, pokoknya ia harus bisa seperti pangeran berkuda putih seperti muse yang kerap kali di tuliskan di lagunya Taylor Swift. Gadis pick me lagi lagi berbicara."Iya, sejak awal aku tak menyukaimu Armin. Kamu yang terlalu penurut bukan tipeku sama sekali."Mungkin kalau Vasya baik baik saja ia akan menepuk jidatnya mendengar omongan sahabatnya tapi kali ini ia malah menangis sedih. Ia tak tega dengan Armin. Tapi aneh bukan harusnya yang begini itu Amanda, uniknya gadis sundal itu sungguh baik baik saja.
Benar timbang memikirkan masalah yang membuatnya kacau ia lebih tertarik untuk membahas hal lain. "Yang bagian mana?""Gadis bernama Ranita.""Oh itu.""Dia siapa?"Jaden membenarkan posisi duduknya kemudian lelaki itu menjawab bahwa Renata dengan dia memiliki hubungan tapi bukan hubungan kekasih, tentu saja Vasya tak percaya. Gadis itu tersenyum mengejek."Yakin?""Iya."Bohong!Kalau tak ada hubungannya ngapain tadi di bawa bawa, mana pake emosi segala. Kan sudah jelas Ranita itu siapa bukan."Jadi dia tak ada hubungannya?"Lagi lagi Jaden menggeleng. Sepertinya lelaki itu tak mau membahas ini sekarang. Vasya sendiri menghembuskan nafasnya jera."Bagaimana bisa mimpi tempo hari jadi kenyataan.""Mimpi apa?""Aku pernah bermimpi menggantikan posisi Amanda."Hening."Kebetulan, jangan di pikirkan."Walau Jaden bilang begitu Vasya tetap saja kepikiran, ia tetap memerhatikan jalanan dengan mata sendu."Sya Andri mau di belikan apa?"Hening."Syaa!!!"Sang empunya nama hanya menoleh ses
"Jangan bercanda deh pak.""Serius ngapain bawa logistik banyak banyak."Nih orang tak tau pasti ya kan dia saja belum setahun menjabat di perusahaan."Medannya yang buat jalan santai itu ngejegeg pak jadi hampir 90°. Bayangin sesusah apa dan tinggi sekali.""Lhaya makanya bawa yang penting penting saja."Jaden masih berkicau tentang apa yang harus Vasya bawa. Lagi lagi memang Jaden ini orang awam, ia sama sekali tak tau medan seperti apa yang akan mereka temui besok."Air mineral yang paling butuh pak kalau 1 liter takkan cukup.""Lha kan pasti di sediain perusahaan to."Vasya melengos, ia bahkan lupa kalau perusahaan sebaik itu. Seingatnya di kasih minum perusaan saat sampai di garis finish. Sebelumnya berkilo kilo meter dia jalan tak ada mananger yang memberikan minuman gratis."Besok jangan kaget anda.""Oke, siapa takut."Vasya bukan nakut nakutin pak!Nadanya sudah seperti yang paling berani saja padahal kalau Vasya sendiri tak begitu pas pertama kalinya. Vasya takut setengah ma