Gadis bodoh itu pasti mencuri polpennya!Makanya ia bisa kenal sekali dengannya.Mulut Vasya tersenyum getir, ia mencoba menyembunyikan perasaan yang kini menderanya. Kenapa sebenarnya dengan Jaden dan semua ceritanya, kenapa mereka mengusik Vasya. Gadis itu terdiam dan masih memandangi Jaden yang terus terusan menceritakan sosok Ranita.Ini Fix no debat Ranita itu pasti copet yang suka maling polpen di saat jam istirahat. Bener kan saking pronya dari polpen hilang lalu hati juga perlahan ikut ikutan di curinya.Ranita cinta pertama Jaden."So sad ya cinta pertama kamu"Lelaki itu tertegun sebentar tapi ia diam saja tak berani menjawab padahal Vasya sudah berbicara lantang agar lelaki itu mengatakan yang sebenarnya."Bukan, dia pacar Armin terdahulu.""Alaaah alesan deh, Kenapa kamu fasih sekali seolah mengenalnya kalau ia adalah pacar Armin?"Jaden diam lagi, ia melirik Vasya sebentar. Vasya sendiri bersandar sambil memejamkan mata. Pikirannya tak tenang dan hatinya berkecamuk entah
Vasya mengendus dirinya sendiri tapi ia wangi kok, sudah mandi pula lha terus atasan kampretnya itu kenapa. Dan kemudian Jaden bertanya lagi, lagi lagi otaknya berputar lagi untuk menjawabnya."Kamu sembunyiin semua ini dari orang dekat kamu?"Apaan lagi nih drama, kenapa klimaksnya begini. Vasya jengah, ia pening sekali. Sekarang Jaden mengcengkram lengannya sekali lagi dan kekeh meminta jawaban. Kenapa ia kepo sekali harusnya ia mengurusi Siska saja bukannya disini."Syaaaaaa jawab!"Mendengarnya Vasya hanya bisa mengerjapkan matanya, ia benar benar abcde rasanya."Andri sampai tak tahu hubungan kamu?"Eh,Matilah sudah!"Memang kak Vasya ada hubungan apa dengan Armin?"Jaden mengerjapkan matanya, ia menatap Andri dengan serius seolah meneliti bahwa lelaki itu mungkin bercanda."Armin dari dulu menyukai kak Amanda kan kak."Vasya langsung cegukan mendengar celotehan adiknya yang tak tahu situasi tersebut dan lalu senyum mengerikan Jaden muncul begitu saja.Great!Troll sudah kembali
"Memangnya siapa legenda yang suka membully kakakku?"Andri menoleh ke arah Jaden yang sedang fokus menyetir. Lelaki itu menatap Jaden penuh emosi."Kenapa memandangiku seperti itu?""Kak Jaden pasti tahu kalian kan satu sekolah?"Buru buru Jaden menggeleng, ia tak tahu maksut membully karena ia bukan pembully."Kalau di pikir pikir lagi kakak selalu pulang dengan berderai air mata dan kadang badannya putih semua.""Putih?""Iya, macam di bully di lempari tepung."Jaden tertegun, ia tak tahu kalau Vasya di bully oleh seseorang. Andri bercerita lagi kalau kadang bukan tepung, lumpur pernah, telur juga pernah. Jaden mendengarkan dengan seksama."Awalnya kukira kakak ulangtahun tapi bukan karena kejadian itu sering terjadi.""Sering?""Ya hampir seminggu 3 kali kalau tidak salah."Jaden berpikir lagi, kenapa ia bisa tak tahu hal demikian terjadi pada Vasya. Perasaan mereka selalu pulang bersama. Perasaan Jaden menjadi tak karuan, ia menginjak pedal gas berharap segera menemui Vasya dan m
Bukan terbang karena saking takutnya, ia terbang karena ia menyadari sosok itu adalah orang yang hendak ia selamatkan. Mereka berdua mengerjabkan matanya melihat wanita yang tadinya mereka tinggal dalam keadaan baik sekarang macam gelandangan dengan rambut morat marit."K-kkak Vasya bukan?"Sosok yang mulutnya mengerucut hanya bisa mengangguk lemah sambil ngedumel tak karuan. Jaden dan Andripun saling padang, ternyata mereka sudah menemukan sang biang keroknya dan seketika lega mendengar keluhan Vasya.Jaden langsung berhambur memeluk Vasya hingga gadis itu kehabisan nafas dan makin ngedumel tak karuan."Lepasin!"Setelah melepasnya Vasya terlihat memincingkan matanya tapi belum surut emosinya."Kakak ngapain disini?""Ngejar tukang sate sialan yang malah ngajak perang tadi, dasar tukang sate budeg!"Jaden dan Andri saling pandang lagi, mereka melongok kresek plastik transparan yang Vasya bawa. Dan mereka serempak mengangguk mengerti."Tukang sate kurang ajar, sudah di bilang mau beli
Dasar adik geblek!Andai, andai saja ia tahu yang membuat kakaknya menderita adalah sosok yang dari tadi ia sanjung lelaki itu pasti syok brutal. Vasya masih melongo mendengar adiknya yang cepat sekali berubah padahal tempo hari ia melarang Jaden menginjakkan kaki di rumah ini."Tolong, jangan ngawur.""Ini serius kak, lagian dia yang selama ini bantuin kakak, dia yang nyelametin kakak dari Herry."Please tolong tonjok adik saya biar sadar!Rasanya Vasya ingin mengumpat, ia melirik Andri yang tak tahu apa apa dengan tatapan marah. "Ndri!""Hhmm."Santai saja tuh bocah menjawabnya, Vasya yang sudah jengah langsung menghantamnya dengan bantal. Merekapun malah terpantau sedang gebuk gebukan sementara itu Jaden memasuki rumah dan tak sengaja kena bantal yang di lempar Vasya ke arah adiknya."Arghh.""Upss, tak sengaja."Setelah mengatakannya mereka lagi lagi perang bantal kembali. Kakak adik itu tak tahu bahwa Jaden sedang diujung tanduk sekarang, ekspresi lelaki itu tegang dan tanpa bos
"Dari mana kamu? Kenapa teleponmu mati?"Tanpa ada rasa bersalah lelaki itu terus bertanya dengan nada membentak. Jaden sendiri terdiam seribu bahasa, lelaki itu pasrah saja dan akhirnya ia meminta maaf."Jangan seperti tadi, Papa sampai batal terbang ke thailand karena kamu bikin masalah!""Jangan kabur! Kamu punya supir jadi pulang sama supir!"Deg. Vasya tertegun perasaan Jaden bilang bahwa supirnya tak bisa menjemputnya tadi. Jadi Jaden berbohong tapi untuk apa. Apa supaya bisa jalan kaki, serius gak sih?"Tolong jangan bikin papa khawatir, kita bukan orang sembarangan Jaden!"Lelaki muda itu tak menjawab ia hanya terdiam sambil melihat kaki para bodyguardnya."Jangan ulangi!"Jaden hanya bisa mengangguk dan tanpa bosa basi ia langsung pergi dari sana dan anehnya Jaden pergi ke taman bukannya ke dalam rumah. Setelah surutnya emosi om Darma ada seorang wanita yang keluar dari mobil lalu menghibur lelaki itu.Yang Vasya tahu itu adalah ibu Jaden padahal bukan, wanita itu ibu tiri t
Lelaki itu nyengir memamerkan gigi giginya yang rapi. Sepersekian detik Vasya membeku, ia sampai tertegun dengan dirinya sendiri kenapa berlaku demikian. Dan sablengnya kenapa atasannya menyusul dirinya padahal lelaki itu yang menyuruhnya membelikannya makanan."Ini kak pesanannya."Vasya menerimanya, ia mengangguk ke arah pelayan restoran tersebut lalu ia memberikannya kepada Jaden. Lelaki itu menerimanya dengan senyuman yang lagi lagi membuat Vasya termenung."Aku benar benar lapar!"Setelahnya Jaden asik sendiri dengan burger yang ia nanti nantikan, lelaki itu bilang bahwa ia belum sarapan. Vasya menatap mata Jaden yang sedikit membiru itu, dia diam diam ingin menanyakannya tapi ia juga merasa bahwa ia tak perlu tahu."Tak kepo dengan wajahku?"Buru buru Vasya menggeleng, ia menambahkan bahwa wajah Jaden bukan urusannya melainkan urusan Jaden sendiri."Ya benar memang wajah wajahku sendiri mau seberapa penyokpun tak akan ada imbasnya padamu."Benar sekali!Lelaki itu melihat kopi A
"Harusnya Amanda bukan kamu yang akrab dengannya?"Memang urusanmu itu?Jaden tak mengerti bahwa Vasya masuk di hubungan rumit sementara dirinya juga hutang jasa pada Amanda serta Armin. Apakah Vasya akan jujur tentang pertemuan mereka yang di atur oleh Amanda serta kencan kencan yang diam diam membuatnya hidup kembali pasca hilangnya Jaden di hidupnya.Eh, nanti ketahuan dong?Jaden masih saja berbicara, sementara itu Vasya memegangi kepalanya sambil melihat daftar daftar nama di berkas yang harusnya milik Kalan."Sya.. nanti aku antarkan ke bandara ya, dia jam berapa sampai indo?"Yang tadinya kepala Vasya menunduk kini mendongak menatap Jaden sambil meringis, sungguh ia berterima kasih tapi tak perlu sampai segitunya. Ia bisa menghandle masalahnya sendiri.Tanpa melihat atasannya Vasya langsung bergeser begitu saja dari tempat duduknya, ia pura pura melihat jam tangan."Saya duluan ya pak nanti keburu terik."Secepat kilat Vasya langsung berjalan tanpa mau repot menoleh ataupun men