Dasar adik geblek!Andai, andai saja ia tahu yang membuat kakaknya menderita adalah sosok yang dari tadi ia sanjung lelaki itu pasti syok brutal. Vasya masih melongo mendengar adiknya yang cepat sekali berubah padahal tempo hari ia melarang Jaden menginjakkan kaki di rumah ini."Tolong, jangan ngawur.""Ini serius kak, lagian dia yang selama ini bantuin kakak, dia yang nyelametin kakak dari Herry."Please tolong tonjok adik saya biar sadar!Rasanya Vasya ingin mengumpat, ia melirik Andri yang tak tahu apa apa dengan tatapan marah. "Ndri!""Hhmm."Santai saja tuh bocah menjawabnya, Vasya yang sudah jengah langsung menghantamnya dengan bantal. Merekapun malah terpantau sedang gebuk gebukan sementara itu Jaden memasuki rumah dan tak sengaja kena bantal yang di lempar Vasya ke arah adiknya."Arghh.""Upss, tak sengaja."Setelah mengatakannya mereka lagi lagi perang bantal kembali. Kakak adik itu tak tahu bahwa Jaden sedang diujung tanduk sekarang, ekspresi lelaki itu tegang dan tanpa bos
"Dari mana kamu? Kenapa teleponmu mati?"Tanpa ada rasa bersalah lelaki itu terus bertanya dengan nada membentak. Jaden sendiri terdiam seribu bahasa, lelaki itu pasrah saja dan akhirnya ia meminta maaf."Jangan seperti tadi, Papa sampai batal terbang ke thailand karena kamu bikin masalah!""Jangan kabur! Kamu punya supir jadi pulang sama supir!"Deg. Vasya tertegun perasaan Jaden bilang bahwa supirnya tak bisa menjemputnya tadi. Jadi Jaden berbohong tapi untuk apa. Apa supaya bisa jalan kaki, serius gak sih?"Tolong jangan bikin papa khawatir, kita bukan orang sembarangan Jaden!"Lelaki muda itu tak menjawab ia hanya terdiam sambil melihat kaki para bodyguardnya."Jangan ulangi!"Jaden hanya bisa mengangguk dan tanpa bosa basi ia langsung pergi dari sana dan anehnya Jaden pergi ke taman bukannya ke dalam rumah. Setelah surutnya emosi om Darma ada seorang wanita yang keluar dari mobil lalu menghibur lelaki itu.Yang Vasya tahu itu adalah ibu Jaden padahal bukan, wanita itu ibu tiri t
Lelaki itu nyengir memamerkan gigi giginya yang rapi. Sepersekian detik Vasya membeku, ia sampai tertegun dengan dirinya sendiri kenapa berlaku demikian. Dan sablengnya kenapa atasannya menyusul dirinya padahal lelaki itu yang menyuruhnya membelikannya makanan."Ini kak pesanannya."Vasya menerimanya, ia mengangguk ke arah pelayan restoran tersebut lalu ia memberikannya kepada Jaden. Lelaki itu menerimanya dengan senyuman yang lagi lagi membuat Vasya termenung."Aku benar benar lapar!"Setelahnya Jaden asik sendiri dengan burger yang ia nanti nantikan, lelaki itu bilang bahwa ia belum sarapan. Vasya menatap mata Jaden yang sedikit membiru itu, dia diam diam ingin menanyakannya tapi ia juga merasa bahwa ia tak perlu tahu."Tak kepo dengan wajahku?"Buru buru Vasya menggeleng, ia menambahkan bahwa wajah Jaden bukan urusannya melainkan urusan Jaden sendiri."Ya benar memang wajah wajahku sendiri mau seberapa penyokpun tak akan ada imbasnya padamu."Benar sekali!Lelaki itu melihat kopi A
"Harusnya Amanda bukan kamu yang akrab dengannya?"Memang urusanmu itu?Jaden tak mengerti bahwa Vasya masuk di hubungan rumit sementara dirinya juga hutang jasa pada Amanda serta Armin. Apakah Vasya akan jujur tentang pertemuan mereka yang di atur oleh Amanda serta kencan kencan yang diam diam membuatnya hidup kembali pasca hilangnya Jaden di hidupnya.Eh, nanti ketahuan dong?Jaden masih saja berbicara, sementara itu Vasya memegangi kepalanya sambil melihat daftar daftar nama di berkas yang harusnya milik Kalan."Sya.. nanti aku antarkan ke bandara ya, dia jam berapa sampai indo?"Yang tadinya kepala Vasya menunduk kini mendongak menatap Jaden sambil meringis, sungguh ia berterima kasih tapi tak perlu sampai segitunya. Ia bisa menghandle masalahnya sendiri.Tanpa melihat atasannya Vasya langsung bergeser begitu saja dari tempat duduknya, ia pura pura melihat jam tangan."Saya duluan ya pak nanti keburu terik."Secepat kilat Vasya langsung berjalan tanpa mau repot menoleh ataupun men
"Tidakkah kamu penasaran kepada orang yang tadi di temui Kalan di tangga?"Vasya mengangguk, ia baru bisa nggeh dan menatap Jaden dengan mata membulat."Berarti ia belum mati?"Jaden menggeleng lalu mengimbuhkan bahwa Herry sama sekali tidak sekarat, lelaki itu malah sekarang ada di kubu Harmanto."Kok bisa tahu?""Ia yang membuat mataku lebam."Vasya menelan ludah, sepersekian detik ia ingin berempati dan membelai luka di mata Jaden tapi ia tak boleh sembarangan memegang lelaki, untung Jaden mengatakannya. Setidaknya ia bisa waras sebelum keblabasan."Jadi tadi malam kamu yang berkelahi?""Karena?"Jaden terdiam seribu bahasa, ia tak mau membuat Vasya merasa bersalah atau bagaimana. Ia sendiri yang tanpa pikir panjang dan akhirnya tercetuslah perang."Pertunangan kami batal.""Siska tak terima atau ayahnya yang kejam?""Dua duanya."Omongan Amanda kembali terngiang di telinga Vasya, sosok Siska benar benar tak ragu untuk berulah. "Lupakan soal survei biar nanti aku yang urus, sekara
Mata Vasya sudah tak bersahabat alih alih turun dan melabrak ia lebih senang jika sekalian membuat permainan. "Pak tancap gas pak!""Baik non."Bapak supir itu langsung wusss membelah jalan yang belum terlalu ramai, Vasya menoleh ke belakang dan mobil itu masih saja berusaha membuntuti.Maunya apa?Kenapa hidup Vasya sedemikian rupa amburadulnya. Tak cukupkah tadi beberapa jam ia bersama Jaden tapi kenapa lelaki itu lagi lagi ingin sekali kepo dengan urusannya. "Lebih cepat lagi pak."Lagi lagi setelah kecepatan di naikkan Jaden juga ikut ikutan menambah kecepatannya. Dia tak mau kalah dan tentu juga tak mau kehilangan jejak."Lagi pak!".Si bapak langsung ugal ugalan di jalan layaknya taksi racing. Mereka masih terus terusan main kejar kejaran hingga Vasya jenggah dan iapun memiliki ide untuk mengecoh Jaden."Belok rute sebelah kanan pak, jalannya muter ke sisinga maharaja dulu lalu baru ke arah tujuan saya.""Siyap non.""Tapi bapak mainnya halus, jangan sampai mobil hitam itu mel
Tebak apa yang terjadi, yup benar ia menyuruh Vasya yang notabene gadis kota berdandan ala ala ukthi. Yang lebih ekstrem lagi lelaki itu hanya bermodalkan menarik gamis syar'i tetangga Vasya yang kebetulan di jemur di depan rumah Vasya."Aku mau menemui orang bukannya mau minal aidin Wal faizin.""Ini sopan Sya.""Ayolah jangan begini, aneh deh.""Sama sekali tidak."Vasya lagi lagi hanya bisa geleng geleng, ia menatap Jaden yang masih saja memegangi gamis bunga bunga hitam itu dengan erat."Sekali kali pake itu gakpapa kan."Big no bagi Vasya, ia lebih memilih ganti bajunya dengan sweter abu abu lalu merampas gamis yang dari tadi Jaden elu elukan."Ini gamis orang bodoh! Bagaimana jika orangnya lihat?"Dengan segera Vasya mengembalikan gamis tadi di pagar depan rumah Vasya. "Lain kali kalau mau maling baju tetangga, jangan ajak saya!."Setelahnya Vasya langsung ngacir begitu saja karena kebetulan abang grabnya sudah ada di depan mata. Lagi lagi Jaden di tinggal, lagi lagi lelaki itu
Benarkah itu Amanda?Vasya menoleh ke arah asal suara dan ia tertegun mendapati sosok itu sudah berada di sini tepat waktu. Armin melihatnya langsung bangkit dan memeluknya sesaat sambil meminta maaf karena ia terlalu merinduhkan seseorang. Terlalu rindu katanya, mau mewek Vasya jadinya."Kok tahu aku disini.""Ya tahu aku sedang mencari Vasya."Jaden bertampan bening itu langsung menjadi pusat perhatian, paras rupawan yang sedang ngos ngosan itu nampak semakin seksi tapi Vasya malah melengos, ia menyembunyikan matanya yang mungkin sudah penuh dengan air. Wajahnya sekarang panas, ia lalu menegak esnya sekali tegak sambil merapal mantra tak jelas di sanubarinya.Tau aja aku kemana pret prett!Segera Jaden ikut terduduk, ia mengambil gelas minuman Vasya yang baru saja gadis itu letakkan. Tanpa ijin lelaki itu langsung menegaknya."Sudah lama disini?"Vasya memutar bola matanya, ia sungguh jengkel setengah mati pada kupret yang satu ini. Kenapa ia bisa melacak keberadaan Vasya lalu merus