Share

BAB 70

Penulis: Ziajung
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-03 10:42:06

Aldimas menghela napas, lalu berjalan masuk. Ia berdiri tepat di depan Layla, sebelum dengan lembut merembut ponsel itu dari tangannya. Ia membawa kepala Layla ke dalam pelukannya.

“Jangan lihat lagi. Aku yang akan menanganinya,” ucap Aldimas kemudian.

Layla hanya mengangguk. Sepertinya, ia masih setengah sadar karena kata-kata yang dilihatnya pagi ini. Ia masih linglung, pikirannya setengah kosong bahkan saat berdiri dari kasur.

“Mau ke mana?” tanya Aldimas begitu Layla beranjak dari kasur.

“Kerja....”

“Gak mau cuti dulu?”

Layla menggeleng lemah. “Aku gak apa-apa....”

Aldimas tidak menahannya lagi ketika Layla berjalan ke arah kamar mandi. Namun, begitu sampai di depan wastafel, Layla tidak bisa menahan dirinya lagi. Air matanya mengalir deras, bersamaan dengan sesak yang terus menghimpit dadanya. Seluruh tubuhnya gemetaran. Ini adalah perasaan takut yang tidak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 71

    Walaupun Mike memang menyebalkan, tapi ia tidak pernah benar-benar membentak dan marah kepada Layla. Ini adalah pertama kalinya Layla melihat Mike semarah ini. Jantungnya langsung berdebar keras, membuat seluruh tubuhnya kaku. Bibir Layla bergetar, ingin menjawab, tetapi tidak bisa.“A-aku... aku....”Mike menghela napas sambil mengusap wajahnya dengan kasar. “Ayo, duduk dulu.”Entah siapa yang tuan rumah di sini, tapi justru Mike yang membawa Layla duduk di sofa. Tangannya menggenggam tangan wanita itu, mengusapnya pelan. Layla tahu, pria itu pasti sedang berusaha menenangkannya.“Udah dong, jangan nangis. Aku kan cuma nanya,” ucap Mike.“Tapi, kamu bentak aku....”“Kamu bahkan pernah pukulin aku, tapi aku biasa aja.”Layla mendengus. Bahkan dalam keadaan seperti ini, Mike masih saja bisa bercanda. Ia pun m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 72

    Tidak seperti biasanya, tidak ada senyuman di wajah pria itu. Wajah Satria tampak dingin dan kaku, dan terus menatap lurus ke arah Layla. Kakinya melangkah, menimbulkan suara yang terasa membekukan atmosfer di sana.Layla mengerutkan dahi. Ada apa dengannya hari ini?“Aku mau bicara,” ucap Satria datar.Layla tampak bingung, tapi mempersilakan Satria masuk juga. “Masuk dulu, kita ngobrol di dalam aja.”Satria tidak menjawab saat Layla membukakan pintu untuknya. “Kamu abis dari kantor?” tanya Layla berbasa-basi sambil melangkah masuk.“Aku tadi ke sekolah, tapi mereka bilang kamu izin. Jadi, aku langsung ke sini.”“Oh, gitu—““Kamu udah tau siapa aku sebenarnya, kan?” sebelum Layla sempat menawari duduk, pria itu sudah memotong ucapannya dengan pertanyaan.Layla berbalik badan. &l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 72 - Rated

    Ciuman Aldimas tidak terputus meskipun mereka sudah berada di dalam kamar. Ia melempar Layla ke atas kasur, hingga ciuman itu lepas sejenak. Hal itu dimanfaatkan Aldimas untuk melepaskan blazer dan kaus turtle-neck hitam yang dikenakannya. Ia juga melepas kacamata dan membuangnya sembarangan, sambil matanya itu tidak terlepas dari Layla yang tampak tak berdaya di bawah tubuhnya.Gerakannya sangat terburu-buru. Kapan terakhir kali mereka melakukannya? Entahlah, tapi dorongan itu lebih besar sekarang. Rasanya Aldimas tidak pernah puas dengan tubuh Layla, meskipun wanita itu masih berpakaian lengkap sekarang.Aldimas kembali merendahkan tubuhnya dan menangkap bibir Layla lagi. Ciumannya memang dalam dan sedikit tidak sabaran, tapi ia menuangkan kelembutan di sana. Layla juga sepertinya sudah terbiasa dengan ciuman Aldimas, dan bisa menyeimbanginya dengan mudah. Tanpa diminta, ia membuka mulutnya, membiarkan lidah Aldimas membelit lidahnya dan mengabsen setiap giginya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 73

    Langit di luar mulai terlihat terang, dan jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah enam pagi. Layla masih tertidur lelap berbalut selimut di pelukan Aldimas. Sedangkan pria itu sudah terbangun sedari tadi, sibuk memandangi wajah istrinya sambil sesekali menciumi pipi wanita itu.Aldimas menggenggam tangan Layla dan memainkan jari-jarinya. Rambut ikal wanita itu membingkai pipinya yang sedikit berisi itu. Matanya yang bulat, dengan bulu mata yang tidak begitu lentik. Layla memang tidak mancung, tapi hidungnya terlihat manis. Dan bibirnya... yang selalu ingin Aldimas kecup setiap kali mengoceh panjang lebar. Pasti rasanya menyenangkan jika melihat semua kecantikan Layla dalam bentuk mini.Ia kembali teringat dengan pikirannya tadi malam saat melihat Layla dalam keadaan polos di bawah kuasanya.Anak.Haruskah ia mengatakannya itu sekarang?Tapi... bagaimana kalau Layla terlibat bahaya gara-gara keinginan bodohnya ini?Atau

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 74

    Kalau kemarin Layla masih memiliki sedikit motivasi untuk berangkat kerja, hari ini sirna sudah. Ia terbaring seperti orang lumpuh di kasur. Ia sama sekali tidak mau keluar kamar dan bertemu Aldimas.Asam lambung dan migainnya semakin parah. Ia bahkan memaksakan diri untuk meminum obat meskipun belum makan apa pun pagi itu. Aldimas hanya mengiriminya pesan singkat, bahwa ia sudah menyiapkan bubur di atas meja makan. Namun tentu saja, Layla mengabaikan itu.Setelah kembali dari kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, Layla kembali ke atas kasur. Tepat saat itu, ponselnya berdering tanda panggilan masuk dari mamanya. Ocehan panjang penuh kekhawatiran langsung dituangkan wanita paruh baya itu, sedangkan Layla masih diam mendengarkan.“Gimana keadaan kamu sekarang, Sayang? Mike bilang kemarin kamu muntah-muntah. Asam lambung kamu naik lagi? Mimisan gak? Sudah minum obat?”&ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 75

    Layla refleks menendang meja di depannya sampai kotak itu pun terjatuh. Isi kotak pun berserakan ke luar, membuat Layla bisa melihat jelas apa yang ada di dalam sana sekarang. Sebuah boneka beruang kecil berbulu putih itu terkotori dengan darah segar—entah darah apa itu. Sebuah kertas kecil tertempel di bentuk hati yang dipegang beruang itu—yang biasanya tertulis ‘I Love You’.Kamu Akan Mati.Bau anyirnya memenuhi rongga dada Layla, membuat wanita itu buru-buru berdiri dari sofa. Langkahnya terburu-buru menuju kamar mandi, bahkan beberapa kali Layla hampir terpeleset. Ia memuntahkan isi perutnya di wastafel kamar mandi..Mas Aldi... Mas Aldi mengirimkan itu? Tidak mungkin.Layla mengangkat kepala, menatap cermin yang ada di depannya. Wajahnya sudah sepucat mayat, dengan bola mata bergetar. Semakin hari, kondisi tubuhnya semakin buruk. Asam lambungnya selalu kambuh, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 76

    “Lihat kamu tenang-tenang begini, kayaknya kamu belum dapat kabar yang baru, ya?” ucap Yunita sambil melangkah masuk.Aldimas yang ada di belakangnya pun mengerutkan dahi.Tanpa dipersilakan, Yunita langsung duduk di sofa dan menyilangkan kakinya. Sedangkan Aldimas masih berdiri di sana. Ia menunggu Yunita menjelaskan apa maksud ucapannya tadi.Yunita sepertinya kesenangan melihat ekspresi Aldimas yang seperti itu. Senyumnya tidak pudar, malah semakin merekah. Dengan satu gerakan, ia mengeluarkan sebuah amplop dari tas merah mahalnya.“Open it,” katanya.“Apa itu?” Aldimas tidak langsung mengambilnya. Ia menatap amplop di atas meja itu penu sangsi.“Kalau kamu penasaran, kenapa gak lihat sendiri?” tantang Yunita.Aldimas sekali lagi menatap amplop dan Yunita bergantian. Senyum penuh kepercayaan diri itu pada ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 77

    Aldimas kira, soal Layla dan Yunita adalah hal terburuk di hari itu, tapi ternyata tidak. Lima belas menit setelah Yunita meninggalkan kamar hotelnya, sebuah telepon darurat dari kantor pusat datang. Ia meminta Aldimas untuk segera pulang dan menghadiri rapat direksi darurat yang diadakan malam itu juga.Dengan terpaksa, ia meminta Anggita untuk memesankannya tiket pesawat tercepat. Untuk sementara, sisa pekerjaan ia limpahkan kepada Anggita. Begitu sampai di bandara, sebuah mobil sudah menunggunya, siap mengantarkan Aldimas ke kantor. Benar saja, seluruh dewan direksi sudah berkumpul di ruang rapat yang besar itu, termasuk ibu tirinya dan Norman—orang kepercayaan Opa Hardian.“Saya tidak tahu apa yang membuat saya dikecualikan dalam pemberitahuan rapat ini sebelumnya,” ucap Aldimas sambil berjalan menuju kursinya.Brak!Sang ibu tiri langsung melemparkan foto-foto ke depan meja Aldimas. Tanpa dijelaskan, Aldimas sepertinya tahu foto apa itu.“Aku gak kaget saat dapat kabar istrimu la

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07

Bab terbaru

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   Epilog

    Kaki Aldimas terus bergerak gelisah, sementara tangannya saling bertaut. Rumah keluarga Darmawan yang memang berada di luar kota, terasa lebih sejuk daripada rumah Aldimas. Namun tetap saja, itu tidak bisa menghentikan laju keringat dingin yang mulai membasahi punggungnya.Aldimas tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Ia gugup, tapi juga kesal. Bukan karena apa-apa, tapi karena pria yang duduk menyilangkan kaki di depannya, dan memandangnya dengan senyum menyebalkan.“Sayang,” Aldimas berbisik kepada Layla yang baru kembali setelah memanggil Nenek dari kamar. “Kok, Mike bisa ada di sini.”Layla meringis dengan wajah bersalah. “Mama yang nyuruh, kebetulan juga dia lagi balik ke Indo.”Aldimas pun hanya menghela napas. Awalnya, ia kira akan jauh lebih sulit menakhlukan sang nenek dibanding mamanya Layla. Namun, yang terjadi malah kebalikannya. Mama Layla jauh lebih protektif dan seolah tidak ingin Layla k

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 93

    Layla awalnya cukup terkejut sampai tidak bisa berbuat apa pun ketika Aldimas mendorongnya masuk. Namun, bibir Aldimas terasa begitu nyata di atas bibirnya. Layla terbuai dan mulai memejamkan mata, beriringan dengan air mata yang meleleh di pipinya.Rindu yang mereka tahan berbulan-bulan akhirnya meluap tak terbendung. Mereka hanya takut saling dibenci, takut saling menyakiti, hingga saling menahan diri. Ketika salah satunya berani mendobrak, maka tidak ada lagi yang bisa melarang mereka.Aldimas melepaskan ciumannya, lalu menyatukan dahi mereka. Napas keduanya memburu, tapi dada mereka terasa penuh. Ibu jari Aldimas mengusap pipi Layla yang basah. Melihat bibir wanita itu bergetar, Aldimas merasa kembali sesak.“Maaf...,” bisik Aldimas.Layla menggeleng. Lalu, tanpa diduga Aldimas, wanita itu langsung memeluknya. Ia melingkarkan kedua lengannya di leher Aldimas, dan menenggelamkan isak tangisnya di dada

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 92

    “Kamu bisa lepas sepatunya sekarang, udah gak ada orang.”Wanita itu menoleh setelah Aldimas mengucapkan itu, membuat dia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Namun sayangnya, lift hotel ini semua berupa kaca, membuat Aldimas tetap bisa melihat sosok itu walaupun sudah mengalihkan pandangan.Aldimas memang bukan pria yang baik. Ketika Layla meminta untuk diberikan waktu, ia tidak sesabar itu. Aldimas diam-diam selalu mengawasi wanitanya, menyewa beberapa orang, bahkan sampai membayar mahal Mike hanya untuk sebuah foto. Namun, Aldimas tetap tidak ingin mendekat sebelum Layla yang memutuskan. Ia hanya menunggu dengan cara pengecut seperti itu.Jadi, bukanlah kebetulan sepenuhnya. Aldimas sudah tahu kalau Layla akan kembali ke ibu kota untuk menghadiri pernikahan temannya. Aldimas sendiri juga tamu undangan dari pihak pria. Hanya saja, ucapan Layla tadi benar-benar di luar kendalinya.Anehnya lagi, Layla menjadi sangat penurut sekarang. Padahal Aldimas sudah membayangkan geru

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 91

    Resepsi pernikahan Poppy diadakan di sebuah ballroom utama hotel mewah. Layla tidak sempat mengikuti upacara pemberkatannya, jadi sebisa mungkin menghadiri resepsi dari awal. Poppy tampak cantik dengan wedding dress berwarna biru langit, dengan efek bunga sakura tiga dimensi.Wanita itu melambai kepada Layla ketika melewati karpet merah yang disediakan. Ia tampak terharu karena Layla bisa datang ke acara pernikahannya. Jujur saja, sampai kemarin pun Layla masih ragu haruskah ia kembali ke kota ini atau tidak. Poppy pun sempat mewanti-wantinya, dan tidak memaksa jika Layla memang tidak bisa. Namun pada akhirnya, Layla bisa memantapkan hati.Ia tidak menyesal datang ke sini. Melihat Poppy tersenyum bahagia, dan digandeng oleh seorang pria gagah terasa sangat mengharukan. Layla memang pernah menikah, tapi pasti rasanya berbeda dengan Poppy. Saat itu, acara pernikahan mereka hanya sebatas formalitas, dan senyum yang Layla tunjukkan hanyalah topeng.Setelah menyapa Poppy, Layla bergabung d

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 90

    Tujuh bulan kemudian.Breaking news! Farah Yulia ditetapkan sebagai tersangka!...setelah dua kali persidangan, Farah Yulia ditetapkan sebagai salah satu tersangka penggelapan dana MD Group dan penculikan cucu menantu Almarhum Hardian Mandrawoto. Dia ditetapkan bersama sekreatris Hardian Mandrawoto, Norman Gumelar....Layla menghela napas panjang begitu membaca sederet kalimat pada berita itu. Ia tidak menyangka kalau waktunya cukup singkat untuk bisa membongkar semuanya. Bagaimanapun, Layla tahu kalau Farah bukan orang sembarangan. Ia pasti akan melakukan apa saja agar lolos dari tuduhan itu.Namun ternyata, Aldimas sangat bekerja keras sampai bisa menyelesaikan semuanya kurang dari setahun. Kasus penggelapan dana di MD Group yang menjadi ‘kanker’ di perusahaan itu pun terselesaikan dengan baik. Baik

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 89

    Pesan Layla tidak Aldimas balas sampai pagi hari, tapi pria itu tetap datang ke rumah sakit sambil membawa barang-barang Layla. Aldimas sadar, ia tidak bisa terus menghindari Layla. Terakhir kali ia terus menghindar, semua berakhir buruk. Makanya, Aldimas tidak mau mengulangnya.Satu tangan Aldimas membawa tas besar berisi baju dan beberapa hal yang mungkin dibutuhkan Layla, sedangkan satunya lagi membawa kantung berisi bubur ayam depan kompleks. Setidaknya ia ingin menunjukkan sedikit perhatiannya kepada Layla dan mertuanya.Dari luar kamar ini, terdengar suara orang mengobrol di dalam kamar Layla. Aldimas juga samar-samar mendengar suara pria—mungkin Mike. Ia pun menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu ruang rawat itu.“Masuk,” suara mama Layla terdengar dari dalam.Mereka sama-sama menoleh ke arah Aldimas yang baru masuk. Seperti dugaannya, ada Mike juga di sana. Hanya pria

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 88

    Tidak!Bukan seperti itu!Aldimas sudah siap dengan segala makian, tapi tidak siap dengan kalimat dingin yang menyebut nama Layla seperti itu.Tidak ada yang boleh membawa Layla peri darinya.“Tapi, Nek—““Saya kecewa sama kamu, Aldimas,” potong nenek Layla sebelum Aldimas membuat pembelaan. “Saya percayakan cucu kesayangan saya sama kamu, tapi... kamu malah membuat dia dalam bahaya. Kurang ajar!”Aldimas terdiam. Neneknya benar, Aldimas yang menghancurkan Layla. Aldimas yang membawa Layla dalam kekacauan ini.“Mike, cepat bawa kami masuk.” Seolah tidak mau berbicara lebih panjang dengan Aldimas, nenek Layla segera menyuruh Mike mendorong kursi rodanya kembali.“Aldimas.”Kepala Aldimas pun beralih kepada mamanya Layla yang memanggil. Namun, begitu bersitatap dengan pandangannya y

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 87

    Aldimas mencoba untuk tersenyum, tapi air matanya tidak bisa berbohong. Sentuhan Layla membuatnya semakin merasa bersalah. Ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena melukai wanita selembut ini.Tangan Aldimas menggenggam tangan Layla yang masih berada di pipinya. Kepalanya kembali tertunduk, tak berani menatap wanita itu. “Maaf... Maafkan Mas, Layla....”“Sst.. gak apa-apa, Mas. Aku udah gak apa-apa kok.” Ibu jari Layla mengusap pipi Aldimas dengan lembut.“Maaf Mas gak bisa jagain kalian....”“Mas.”“Maaf, gara-gara Mas, kita harus kehilangan dia.”Untuk kali ini, ucapan Aldimas berhasil membuat Layla terdiam. Alis wanita itu berkerut. Apa ada yang mati gara-gara penyelamatan itu? Apa yang Aldimas maksud adalah Norman? Namun... kenapa pria itu terlihat sangat terpuruk, bila yang mati benar musuhnya?“Dia?” Layla tidak tahan untuk bertanya.

  • Atas Nama Kontrak Pernikahan   BAB 86

    Roda brankar rumah sakit yang berderak di lantai seperti mars kematian untuk Aldimas. Setelah melihat Layla ambruk tadi, ia buru-buru menghampirinya. Ia sudah tidak peduli apa yang terjadi dengan Norman di sana—mau dia mati, berguling di lantai, atau ditembak memababi buta sekalipun. Prioritasnya hanya Layla.Wanita itu terlihat sangat kepayahan. Seluruh tubuhnya gemetaran dan matanya terpejam. Sesaat, Aldimas menduga kalau dirinya terlambat. Sampai akhirnya Layla membuka mata dan menangis ke arahnya.Aldimas pun segera memeluk tubuh mungil wanita itu, menggumamkan beribu maaf kepadanya. Napas Layla yang lemah terdengar mulai tenang. Ya, Aldimas kira dirinya dan Layla akan segera pulang dengan selamat ke rumah dan berpelukan sampai esok hari di kasur yang empuk. Namun, rintihan Layla menghentikannya.“Sakit....”Pada saat itulah Aldimas menyadari ada yang salah. Bukan di k

DMCA.com Protection Status