Share

Keping 69a

Penulis: Puspitalagi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 09:57:24

(Langit Biru)

Dia akan mencintaiku.

Dia akan jatuh cinta padaku.

Gadis kecil dengan rambut dikuncir dua yang suka menangis keras-keras memekakkan isi telinga penduduk desa. Gadis kecil yang suka sekali menepuk kedua pipinya dengan bedak putih yang tebal, khas sekali anak-anak di desa.

Aku sering menggendongnya, ketika ia baru berumur dua atau tiga tahun. Saat berumur lima tahun, dia sudah agak rewel dan suka sekali mengoceh. Omongannya selalu banyak dan sangat lucu. Setiap kali aku merasa kesal, marah, dan setumpuk energi buruk yang kudapatkan dari rumah—tepatnya dari Papa. Aku mendatanginya. Dia yang bisa membuatku tertawa.

Kadang, aku menggodanya. Dia begitu lucu, dengan pipi chubby dan tubuh montok. Tubuh gemuk yang biasa dimiliki balita seusianya.

Kakaknya—Senopati selalu mengajakku bermain. Menjauhkanku dari belitan tuntutan Papa. Mungkin, Papa merasa aku bisa menjadi cerdas dan tangguh dengan hardikannya. Namun, entah kenapa ia suka sekali membuatku kesal dan marah. Nyaris saja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 69b

    Oh tidak. Aku merasa sedikit berdebar dan rasa takut untuk dicurigai atau ditolak membuatku memasang wajah seperti biasa. Wajah dingin dan datar.Tak diduga, dia malah mengambil bebekku, tanpa sadar. Dia menghabiskannya seraya menelpon ibunya. Sepertinya, mereka akan mengunjungi pertunangan atau pernikahan saudaranya. Aku tidak tahu.Lalu, dengan hati-hati aku menegurnya.Dia kaget. Dia melihatku. Aku merasa jantungku ditikam. Aku mengingatnya, kenapa dia tidak ingat padaku?Apa dia sudah melupakanku? Kami terlibat basa-basi kecil. Lalu keheningan membuatku harus menyibukkan diri. Aku tidak ingin cepat-cepat pergi dari sana. Jadi, aku berlama-lama di sana. Duduk di samping mejanya. Tampaknya ia gelisah. Namun, aku masih ingin bersamanya.Hingga kemudian aku pamit.Mama menelponku, dia ingin menjodohkanku dengan gadis kecilku.Aku terkesiap. Aku tentu saja senang.Namun, pertemuan kedua kami tidak begitu sukses. Dia masih melupakanku. Dia malah bersikap tak sopan padaku. Aku begitu ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 70a

    Aku menatap punggungnya dengan sedih. Dialah hidupku, yang kini sudah berpaling jauh dariku. Aku sudah menjadi lelaki kesepian sejak dia pergi dari rumah ini. Aku hanya termangu. Menatapi daun jendela yang menghitam perlahan disimbahi hujan sore dan pagi hari.Biasanya dia selalu bersemangat untuk merawat rumah ini. Pada tiap inchi-nya, jadi aku pun demikian. Rumah ini adalah istana kami. Dahulu.Sungguh pahit ketika mengatakan, 'Dahulu'.Seolah, aku adalah lelaki bajingan yang hanya disimbahi dan dipeluk kenangan begitu saja. Tanpa menyisakan apapun di dunia nyata ini.Aku tahu, dia akan pergi. Ketika daun pintu itu dibukanya, dan ternyata ia begitu kecewa padaku.Apakah aku salah?Baiklah, aku mungkin salah berkencan dengan perempuan lain. Namun, lelaki adalah tempatnya kesalahan. Berapa banyak laki-laki yang jatuh dalam kekhilafan, aku salah satunya. Aku memang begitu.Lelaki juga akan selalu menjadi bocah. Lelaki tidak akan pernah dewasa. Apabila dia salah, mungkin akan diulanginy

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 70b

    Argo Wijaya Lelaki yang pantas dicintainya. Dia adalah istriku. Seharusnya, dia tidak pergi dan menemui Biru. Pecundang keparat yang aneh itu.Saat dahulu, aku masih bersama Melani. Aku seringkali menertawakan kebodohan Biru. Aku heran bisa bersahabat dengan lelaki yang katanya pintar dan kaya, tapi begitu bodoh dan seringkali dibohongi istrinya.Kenapa mereka ini?Sungguh aneh.Aku menghukum Biru, yang mencoba membangkitkan kenangannya bersama istriku, Anjani. Aku memamerkan padanya gawaiku, agar ia tahu aku pun memiliki istri sama dengan dirinya. Namun, ia malah ingin mencoba mendekati Anjani dengan alasan klise, teman kecil.Baiklah. Lalu, semua terjadi.Itu adalah risiko yang diambilnya, ketika hendak mengusik rumah tanggaku bersama Anjani. Lagi pula, Melani bosan dengan kesibukannya yang menggunung. Sudah kubilang kan?Dia tidak akan pernah tahu bagaimana memperlakukan perempuan.Dia akan tetap menjadi laki-laki aneh. Sama seperti sekarang ini. Selamanya.OOOPagi yang tua.Suda

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 71a

    MelaniKota ini bukanlah tujuanku, sebenarnya. Saat aku menikah dengannya dahulu, aku tahu ia membenci kata-kata royal (bangsawan), kerajaan, atau sejenisnya. Seolah, ia adalah aktivis pergerakan yang membenci kaum setengah dewa ini.Aku mengunjungi kota ini, karena aku ingin membuktikan kalau aku bisa ke sini lebih dahulu. Mungkin aku bisa bernyanyi dengan narasi patah hati, seraya berbelanja di area pertokoan Harrods. Mungkin, kalau beruntung aku bisa bertemu dengan Zayn Malik bahkan Gigi Hadid. Bisa jadi, aku bertemu dengan Kate Middleton.Tapi, nyatanya uangku tak sebanyak saat aku masih bersamanya. Aku harus bekerja, uang dari Papa mana cukup memenuhi kantong sosialita? Kadang, terbersit rasa menyesal, kenapa aku dahulu harus jatuh ke pelukan Argo.Kenapa? Apa karena rayuannya begitu maut?Bisa jadi. Dia begitu lihai merayuku, tidak seperti Biru yang terasa kaku dan tampak sulit membuka diri. Aku harus sering menggigiti sepi. Berteman dengan beberapa teman di kota asing, rasanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 71b

    Melani Langit tampak mendung dan gelap ketika sore menjelang. Aku berjalan di sisi bahu Belvedere Road. Udara semakin dingin menusuk. Aku memakai sweater dan jaket wol serta kaos rajut di dalamnya. Tetap saja, udara terasa sangat dingin. Padahal, ini musim gugur. Kabut tipis terbang melintang menghalangi pandangan.Aku terus saja berjalan dengan sepatu boot tebal, yang memang didesain khusus untuk menghadapi musim seperti ini. Kurapatkan mantel dengan perasaan gigil tak menentu, aku memang sedang menyiksa diri. Aku membenci nasib dan takdir yang sedang kujalani.Kenapa aku dahulu harus berselingkuh dengan orang seperti Argo? Dia memang sungguh ganteng, pesonanya mirip-mirip aktor Hugh Grant, ia memang senakal aktor Hollywood itu. Kemudian, aku terperangkap dan terjerat rayuannya.Saat itu aku begitu bosan. Sangat bosan, dan Biru tampak sekali sibuk.Ia memang suami yang baik. Tapi, aku butuh dimanja. Ketika itu, hanya Argo yang bisa memanjakanku. Ia merayuku, dan aku melambung seting

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 72a

    Anjani RahmaKeesokan paginya, aku terbangun. Terbangun dengan wajah jelek dan rambut awut-awutan. Tapi, aku tidak ingin Biru tahu wajahku jelek begini gara-gara semalam kami begadang hingga dini hari. Duh, rasanya. Rasanya bagaimana ya?Ehem. Ya, rasanya seperti pengantin baru, karena kami ini memang pengantin baru, begitu lho. Jadi, selagi aku masih belum mendengar azan, dan di luar sana suara-suara pujian bersahutan aku ke meja rias, merapikan diriku. Menepuk sedikit bedak, dan sedikit lipstick. Kenapa aku jadi ingin berdandan di saat menjelang Subuh begini?Jangan katakan kalau aku sudah jatuh cinta setengah mati pada Biru. Tapi, bagaimana aku tidak cinta padanya? Pesonanya sampai ke tulang sum-sumku. Maksudku, hatiku rasanya tersedot untuk selalu memikirkannya.Aku tersenyum-senyum riang. Menatap wajahku di cermin. Lalu, kudengar Biru mengigau, mungkin ia mau bangun atau ia terjaga sebentar. Aku menoleh, dan segera bergabung ke atas ranjang yang besar, empuk, dan serba putih. Bet

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 72b

    Anjani RahmaTernyata, pagi itu aku tidak jadi menempel Biru ke JMTV, dia memberiku surat cuti, izin mengurus pernikahan dan tetek bengeknya. Aku hanya tertawa kecil, dan hatiku merasa riang ketika ia memberikan informasi tentang EO pesta.Aku menelpon Lupita agar menemaniku ke istana kue, dia berkata akan segera menyusulku ke sana. Tapi, aku sudah sampai lebih dahulu. EO yang kami sewa mengatakan ini adalah istana kue terbaik di Surabaya. Betul saja, karena ini desain tokonya mirip istana betulan, dan kue-kue yang terpajang di dalam kaca itu lebih nampak seperti barisan berlian.Aku tersenyum. Sebenarnya, aku agak malas ke toko kue. Aku takut khilaf. Ya, siapa yang tidak tergoda dengan aneka rupa kue-kue manis yang cantik dan menggiurkan?Melongok ke etalase toko, membuat liurku menetes. Aku merasa sangat-sangat lapar, padahal aku bertekad untuk diet. Setidaknya, agar baju pengantin yang kupakai kelak tampak indah melambai-lambai.Sebenarnya, aku tidak keberatan kalau Biru tidak meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 73a

    Anjani Rahma Kebiasaan buruk kaum pekerja urban, selain jadi dendeng kalau berangkat ke kantor, adalah acara menggosip di kafetaria kantor yang sudah mirip dengan arisan ibu-ibu PKK di sebuah perumahan. Ini seperti semacam kebiasaan menular yang nggak bisa dilunturkan walaupun mendatangkan training motivator dari Jepang.Di sebelah barat, tengah, atau utara kafetaria yang cukup lebar itu—akan banyak penghuninya bergerumbul menggosip dan menggibahi atasan masing-masing. Begitulah, sesama dendeng haruslah saling bertenggang rasa agar tetap bisa bertahan di tengah kerasnya persaingan di tempat kerja.Begitu halnya dengan divisiku—Aneh Tapi Langka—yang nyentrik dengan banyak orang-orang unik itu. Jadi, seharian setelah aku berputar-putar dengan Lupita untuk mencari desain kue pengantin paling ideal yang bisa ditampilkan kelak di Plaza Athena, aku menyambangi kantor.Aku hanya ingin ketemu teman-temanku. Ingin sekali, tapi rasanya aku tidak mungkin mengenakan baju ala selebgram seperti se

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21

Bab terbaru

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 84b

    Anjani RahmaSangat menawan dengan jas putih sempurna. Dengan bunga kecil di saku atas jasnya. Rambutnya tampak berkilau ditimpa sinar lampu, aku mengingat rambut itu. Mirip rambut aktor Jepang. Dulu, saat aku kecil, aku merasa ia penjelmaan tokoh manga.Ketika aku sudah mendekat padanya. Aku mengenali wangi parfum kesukaannya. Ketika pandangan kami bertemu, beberapa detik waktu membeku. Seolah ada yang lepas begitu saja dari dalam diriku. Seperti gumpalan kertas yang menggelinding. Ada kelegaan dan rasa nyaman.Tentu saja, kami akan selalu bersama-sama, iya kan?Kami akan baik-baik saja.Aku tersenyum, ia pun demikian. Lalu, ia membimbingku.Aku menyerahkan buket bungaku pada Lupita. Jemari Biru meremas tanganku lembut. Aku menatapnya, seperti sedang kecanduan sesuatu.Jani, ingat ini di hall masih banyak orang."Mas.""Sst, jangan ngobrol dulu, Jani. Ini masih jalan.""Eh, iya.""Kamu cantik."Aku tersipu-sipu, dan seketika itu semua orang di dalam hall terasa lenyap.Baiklah, aku h

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 84a

    Anjani RahmaTentu saja aku terperangah. Itu aku. Iya, itu aku.Perempuan dalam balutan kebaya dengan ekor dua meter itu, aku. Nyaris saja aku lupa bagaimana wajahku. Ya, bagaimana sih. Ini seperti tampilan artis begitu. Tampaknya terlalu cantik dan glamour. Namun, begitulah aku sekarang.Sebentar lagi, aku akan turun di hall utama Plaza Athena. Ada ribuan pasang mata yang akan mengamati gerak gerikku. Tentu saja mungkin ada yang penasaran karyawan seperti apa yang bisa memikat bos CEO-nya. Apakah kejadian itu ada di alam nyata, tidak sekadar dalam cerita-cerita fiksi ala platform?Setidaknya, tadi sudah hampir satu jam aku berada di suite mempelai perempuan. Menyiapkan diri untuk tampil sebaik mungkin di malam bersejarah ini.Aku menelan ludah canggung.Rasa-rasanya mustahil rencanaku berhasil, tapi sejauh ini kurasa cukup lancar. Aku masih belum membayangkan bagaimana reaksi Biru, karena kata Ibu tidak boleh bertemu dulu dengan mempelai laki—biar nggak sial. Padahal, kata Ibu juga i

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 83b

    Anjani Rahma "Sabar, Jani. Nanti giliranmu keluar, kita menunggu aba-aba dari sekretaris EO ya," Ibu seperti mengerti pikiranku.Semua ini terasa begitu glamour, memang ini bukan gayaku. Namun, ini adalah lifestyle relasi Biru dan budaya di kalangan mereka. Jadi, menurutku tidak mengapa. Hal yang masih kupikirkan adalah adanya pesan dari Mbak Wati, yang sedang menunggu Pak Menkes di halaman kantor Gubernur.Well, iya. Aku masih minta bantuan divisi Aneh Tapi Nyata, kan mereka juga sahabat sejati. Ada juga tim dari acara Talk Show Kesehatan yang sudah bersiap di rooftop yang disulap seperti studio tertutup yang sangat lux, agar kalau Pak Menkes datang. Saat acara berlangsung angin besar tidak mengganggu."Keluarga Biru sudah datang, Nduk," Ibu tersenyum begitu manis.Aku merasa kaget, "Siapa saja Bu?""Lho ya keluarga Biru, semua anggota keluarganya.""Papa juga?""Ya harus to. Kan ini putra kesayangan Dokter Mada."Kesayangan. Ya, semoga saja deh Bu. Aku sedikit nyengir, namun hatiku

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 83a

    Anjani RahmaBaik. Baiklah. Aku tidak boleh panik.Rencana ini akan berhasil, namun sebenarnya aku cemas juga."Jani, aku rasa rencana itu terlalu berani," bisik Lupita di telingaku.Aku sedang menggenggam gawai, dan jemariku berkeringat karena udara dingin dalam ruangan di tepi langit ini. Bukan, ini bukan apartemen atap langit. Melainkan, Plaza Athena, tempat resepsi pernikahan kami berlangsung malam ini.Beberapa hari kemarin, semua sudah dirancang dengan baik oleh EO dan juga beberapa kerabat yang datang dari seluruh nusantara. Tentu saja, Ibu dan Bapak, serta Mas Seno ikut membantu. Karena, Biru seorang diri di sini. Maksudku, kerabatnya sudah diundang, hanya saja sepertinya tidak ada budaya rewang ya. Sebab itu, Biru sangat mengandalkan EO. Tapi, kan selalu ada yang harus dibenahi ini dan itu."Jangan pesimis begitu dong, Pit." Kataku sedikit kesal, kalau aku sedang dirias mungkin MUA, mungkin dia akan terbelalak melihat ekspresiku ini. Karena bisa-bisa merusak riasan.Oh iya,

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 82b

    Anjani Rahma Maka, karena aku tidak punya siapa-siapa yang bisa diganggu di jam begini. Aku menelpon Lupita."Jani, ampun dah, jam berapa ini?" katanya serak sembari menguap di telepon yang kugenggam."Dah, ah. Kamu kan masih jones, jadi sesekali bantu aku kan nggak apa-apa, Pit.""Jones sih jones, Jani. Tapi besok aku kerja. Belum ada yang ngasih aku nafkah kayak kamu begitu. Aku masih berbentuk dendeng yang harus terus berimprovisasi agar survive di sini," keluhnya."Lha sekarang, kok malah kamu yang curhat sih, Pit?"Dia terdiam, "Eh, iya juga sih ya." Lalu ia tertawa terbahak-bahak sampai telingaku sakit."Jangan ngikik kayak kuntilanak begitu dong, Pit. Bayiku nanti nggak bisa tidur.""Heleh, bayimu masih di perut."Aku bersimpuh di karpet tebal yang terletak di ruang tengah. "Gini, Pit. Sepertinya Papa Biru itu nggak bisa datang. Padahal, kan Biru ngarepin banget ortunya datang semua.""Oh, kok begitu sih?""Ya, kan aku pernah cerita.""Sekilas.""Iya, memang. Sekilas saja sih.

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 82a

    Anjani RahmaAku terpaku menatap Biru yang terlelap di sampingku. Ini sudah agak larut sebenarnya, tadi pukul sembilan, Biru baru pulang. Sedikit terlambat tidak seperti hari biasanya memang. Konon, proyek pembukaan cabang baru JMTV begitu menyita perhatiannya. Ia tampak lelah. Tidak mudah untuk membuka dua cabang sekaligus, di Batam dan Jakarta.Ia pulang dengan wajah kusut, lalu begitu saja ia berbicara perlahan, "Jani, kalau nanti orang tuaku tidak bisa datang. Tidak apa-apa ya. Kan kemarin kita juga sudah bertemu mereka di pernikahan Samu."Lalu Biru meneguk segelas air di meja makannya. Aku hanya terdiam lama mendengarkan hal tersebut, bagaimana ya. Aku sebenarnya tidak kaget, tapi kalau mertuaku turut hadir rasa-rasanya akan istimewa. Bukankah dulu, di Kanigoro orang tua Biru juga tidak menampakkan diri?"Mas, apa Papa dan Mama tahu kalau aku juga sedang hamil?""Iya.""Mereka senang tidak sih mau punya cucu?""Mama sangat bahagia, tapi Mama tidak bisa ke sini.""Papa kenapa?""

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 81b

    Anjani Rahma Tanpa kusadari sejak kehamilan ini, aku jadi sering melupakan hal-hal penting. Karena sepertinya aku terlampau fokus, bisa jadi karena euphoria sudah begitu lama menginginkan bayi, dan bayi itu dari benih Biru!Ups, jangan begitu. Namanya juga takdir, tapi ini juga cara Allah menunjukkan kalau aku memang sebaiknya berjodoh dengan Biru kan ya?"Piit, aku udahan ya," aku menutup gawai dan meletakkan punggungku yang pegal di atas sofa putih keabuan yang besar dan empuk. Pikiranku melayang pada orang tuaku dan Mas Seno.Oh, no! Kenapa aku belum menelpon mereka ya?Aku mengetik pesan instan karena sedikit malas menelpon. Aku tentu saja akan melepon Ibu karena aku harus yakin, kalau sudah memberitahu mereka. Mengundang juga keluarga dari Kanigoro.Kemudian kunyalakan televisi, dan kulihat iklan-iklan popok bayi berseliweran ke sana ke mari. Kembali aku mengingat Nawang dan bayinya. Persalinannya yang heboh, rahim kecil yang bisa terbuka lebar ketika kepala bayi keluar.Oh, ter

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 81a

    Anjani RahmaAku bergegas menaiki tangga menuju lift ke atas atap langit. Itu sebutan untuk penthouse kami, sebenarnya menyebut penthouse juga kurang menyenangkan bisa mengundang orang-orang jahat dan sok tahu. Jadi, kami—maksudku aku dan Biru memutuskan untuk menyebutnya rumah atap langit. Seperti nama kesayanganku, Biru. Duh, aku bucin nggak sih!Setelah seminggu kemarin aku membantu Nawang bersalin, lalu kembali pulih karena Biru merawatku—bayangkan suami yang membantumu pulih. Bagaimana bisa aku tidak jatuh hati padanya? Hanya saja, ya begitulah. Terkadang, aku agak kesulitan menebak apa yang diinginkan Biru. Apa rencananya. Apa juga yang dia inginkan.Bagiku, bahkan hingga aku menjadi istrinya—Biru masih tetap misterius dan penuh teka teki. Bukan—bukannya aku tidak memercayai Biru ya. Tapi, aku merasa ia agak kesulitan membuka diri. Apa karena trauma masa kecil, atau bagaimana. Tumbuh menjadi itik buruk rupa di rumahnya. Padahal, kan dia itu kan ganteng banget! Kalau dibandingin

  • Assalamualaikum, Ex-Husband!   Keping 80b

    Langit Biru"Harusnya Mama dan Papa datang.""Tapi, Mama bisa kan?""Insya Allah Mama bisa, Sayang.""Kalau Papa?"Terdengar hening sebentar di ujung sana.Aku sudah terbiasa dengan ini semua, jadi aku tidak merasa sedih ataupun sakit hati jika Papa tidak bersedia datang. Aku memang bukan anak emas Papa. Entahlah, mungkin karena secara genetik bakatku tidak mirip Papa dan Mama."Semoga Papa bisa datang ya Nak."Tentu saja, selalu perkataan itu. Seperti halnya pernikahan pertamaku dahulu, Papa telat datang—kalau-kalau ia tidak tahu itu adalah anak dari relasinya, seorang tokoh politik yang sekarang juga menjadi besannya."Baik, Ma. Tidak apa-apa."Aku menelan ludahku, dan merasa kesal setengah mati. Tapi, biarkan saja. Aku harus kembali bekerja, ada berderet meeting di hari ini, sampai sore mungkin hingga malam menjelang. Itu akan lebih baik ketimbang bayangan Papa dan semua hal tentangnya menghantuiku setelah percakapan pahit ini. OOO"Menurut Mas terapi apa si Argo?" tanya Anjani d

DMCA.com Protection Status