Maya Rosenberg adalah primadona di kalangan mahasiswa jurusan bisnis, walaupun ketenarannya tak mampu mengalahkan silaunya popularitas Elizabeth Rodney. Apalagi sang bintang seolah tak mau tersentuh oleh tangan pria manapun. Elizabeth hanya mampu mereka jadikan objek dalam fantasi tanpa mereka berani merealisasikannya. Hal ini merupakan keberuntungan tersendiri bagi Maya. Atensi kini perlahan bergeser kepadanya. Ia bahkan bisa leluasa bercumbu dengan sang pangeran kampus, Beau Prince."Aku sudah memesan kamar, Sayang," Maya bergerak gelisah di pangkuan Beau, pinggulnya bergerak memutar tak beraturan, bergesekan dengan milik Beau Prince yang terbungkus celana jeans. Lelaki itu masih asyik mencumbu lehernya, dengan rabaan membara di sekujur titik-titik sensitif pada tubuhnya."Kita lakukan saja di sini, tidak ada yang akan berani protes." Maya melolong nikmat kala bahunya disesap kuat.Mereka berada di klub malam bersama teman-teman kampus mereka untuk menikmati Sabtu malam. Memesan ru
Beau tidak habis pikir dengan jalan pikiran Daphne. Ia datang menemuinya untuk melakukan satu hal yang menurut Beau gila. Memecat Leonore Westwood, ibunya sendiri dari Mansion Lama Prince. Sudah sekitar dua tahun sejak Daphne memasuki jenjang perkuliahan bergengsi di Cambridge, Leonore Westwood menawarkan jasanya untuk bekerja menjadi pelayan di Mansion Lama Prince. Ibunya menerimanya karena mereka pernah melalui masa kanak-kanak bersama. Ia bersimpati pada nasib wanita itu. Tidak ada yang mau menerima mereka untuk bekerja karena rekam jejak Jeremiah Westwood. Terusir dari keluarga besarnya yang berada karena memilih menikahi seorang pengusaha rendahan. Gelar bangsawannya pun nyaris dicopot oleh pihak kerajaan jika saja beberapa keluarga terpandang tidak mendukung pilihannya."Kau sepenuhnya sadar tidak dengan akibat dari permintaanmu itu?" Ledek Beau. "Kaukira darimana kau dan adikmu, Elijah bisa hidup?" Sengit Beau. Ia kesal dengan kesombongan Daphne yang tidak menghargai kerja kera
"Apa kau dengan mudah melupakan kebersamaan kita yang nyaris menyentuh angka tujuh belas, Beau? Walaupun harus diselingi dengan perceraian, akhirnya kau berhasil membujukku kembali. Katakan, jika ini sudah tidak lagi berarti bagimu!"Tatapan Daphne kepadanya mengingatkan Beau akan hari itu, hari dimana ia dengan berani meminta Daphne Westwood untuk menjadi kekasihnya. Bersedia melindungi keluarganya dari cemoohan publik dan memanjakan segala keperluannya. Tatapan itu mengingatkannya pada rasa rapuh yang hari itu mendera Daphne, sebuah frustasi akan himpitan hidup. Tersingkir dari society lalu sendiri, tanpa ada satu pun yang sudi menemani. Daphne Westwood bagi mereka tidaklah pantas untuk dilihat dan ditangisi.Daphne merogoh saku baju pasien rumah sakit yang ia kenakan, mengambil sesuatu di dalamnya lalu mengulurkannya ke arah Beau. Sebutir permen buah rasa apel tergeletak di telapak tangan Daphne."Ini segalanya bagiku! Sebuah mantra!" Airmata Daphne menggenang. Ia membuka bungkus b
*****Kedua tubuh itu bergerak seirama, menyatu di bawah temaram lampu kamar yang terpasang di dinding sisi kiri ranjang. Napas keduanya terasa berat, peluh membuat tubuh mereka lengket. Jangan ditanya bagaimana bentuk sprei putih gading itu sekarang. Kucel dan basah oleh keringat bercampur darah dan cairan kenikmatan."Beast!" Geram sosok yang berada di atas. Gerakannya semakin terpacu.Orang yang dipanggil Beast, terpejam merasakan kenikmatan yang ditawarkan sang lawan. Kedua tangannya meraba-raba punggung telanjang sosok di atasnya. "Kita telah melanggar kontrak, Beau!" Ucapnya kepayahan."Aku tidak perduli! Cium aku!" Mereka pun berciuman dengan tubuh keduanya yang masih saling menghentak, berusaha mereguk puncak kenikmatan surgawi.Beau tidak menyangka akan kembali merasakan hal yang pernah ia rasakan semasa sekolah. Ia masih mengingat jelas kali pertama ia melakukannya, melepas keperjakaannya dengan seorang kakak kelas. Perbedaannya kali ini, dirinyalah yang menjadi pihak peneri
*****(Selasa sore; beberapa jam setelah digelarnya rapat pemegang saham)Daphne menggeliat merasakan sapuan lidah Beau di bawah sana, ia menggigit telapak tangannya. Satu tangan terulur meremas rambut pirang sang mantan, menuntunnya untuk berbuat lebih."Oh Beau!"Beau menuruti kode dari Daphne. Permainan mulutnya kian berani hingga membuat Daphne menjerit pasrah. Ia terpejam dengan kepala bersandar pada sofa. Rasanya benar-benar luar biasa! Daphne jadi teringat akan pertemuan awal mereka. Satu pertemuan yang menuntunnya ke dalam sebuah petualangan cinta nan membara.-----Daphne Westwood hanyalah seorang mahasiswi biasa di Universitas Cambridge, berbekal beasiswa dan tinggal di asrama. Gelar bergengsi dari pihak ibu tak mampu mengangkat namanya ketika strata status sang ayah dipandang rendah oleh society. Jadi, Daphne hanya mengandalkan otaknya yang cerdas. Kemalangan hidupnya mulai membaik berkat tekad nekatnya menerobos kamar asrama. Di sanalah ia bertemu dengan Beau, yang kelak a
*****(Satu jam setelah rapat usai)"Sial, Beast! Kau membuatku gila di sana!" Beau mulai menanggalkan setelan kerjanya. "Aku menginginkanmu, sekarang!" Tuntutnya, ia melepas ikat pinggang dan menurunkan reseleting celana kerjanya.Beau memutuskan untuk meninggalkan rapat dan kembali ke seseorang yang membuatnya hampir gila hanya dalam waktu semalam. Gairahnya seakan tak terbendung dan ia membutuhkan sosok itu kembali untuk meneriakan keperkasaannya. Tidak perduli akan amukan sang istri yang akan menceramahinya nanti perkara keprofesionalitasan kerja."Tidakah kau lihat aku sedang bekerja?" Beast menggigit bibir bawahnya. Beau mendadak muncul tanpa ketukan, langsung menerobos masuk ke kamar lalu mencium bibirnya. Padahal, Beast sedang mengerjakan buku kesekiannya yang merupakan bentuk kerjasamanya dengan Alan Walker. Buku yang akan ia beri tajuk Storytelling. Buku tersebut akan merealisasikan beberapa judul lagu dari Alan Walker yang pernah hits. Rencananya akan memuat sepuluh judul
*****Liam selalu terkesima ketika mobilnya memasuki gerbang Green Mansion. Ia akan disambut dengan jalan lurus yang di kanan kirinya ditumbuhi pohon-pohon cukup tinggi. Kemudian beberapa meter di depan, sebuah air mancur menyapa laju mobil sebelum ia diarahkan untuk berbelok ke kiri, ke area parkir basement. Aya benar-benar mewujudkan setiap imajinasinya. Dari restoran di pusat London yang menyajikan berbagai kuliner tradisional Indonesia ala Restoran Teguh Abadi di buku 365 Hari dimana restoran tersebut mengambil konsep bangunan limasan ala Pondok Meranti di buku Tasbih dan Rosario, hingga mansion mewah Keluarga Galbie dalam buku trilogi Lost in Love. Wanita dengan berjuta imajinasi itu pun sekarang sedang mewujudkan impian terbesarnya, yaitu merealisasikan W. Sebuah perusahaan di bidang penerbitan yang merambah ke berbagai multi bidang."Dimana dia?" Tanya Liam pada seorang pelayan wanita yang menyambut kedatangannya."Mrs. Prince menunggu anda di lahan kosong, Mr. Henderson. Ia su
*****Beau menatap sengit pria di depannya yang memandangnya pongah. Liam Henderson, sang penguasa media Inggris. Keluarganya mempunyai background yang kuat di pemerintahan, tapi Liam cenderung memilih sesuatu yang berbeda. Dengan warisan dari sang Kakek, ia membeli dua perusahaan raksasa media Inggris lalu menggabungkannya di bawah satu perusahaan induk; L.Henderson Media. Walaupun ia menyingkir dari urusan politik dan pemerintahan, namun nama Henderson yang pria itu sandang mampu memberi tekanan pada lawan-lawannya. Liam Henderson adalah sekutu yang bisa diandalkan, tapi ia juga bisa menjadi orang yang mengerikan jika ada yang menyinggung area privasinya. Henry dan Allyson sudah memperingatkan Beau untuk memberi batas kerjasama dengan Liam, sayang ia terlalu terlena dengan kebaikan yang pria itu tawarkan."Kau tahu aku orang yang selalu menagih janji yang diberikan padaku," seringai di wajah Liam terlihat menyebalkan di mata Beau. Pria itu mendatangi kantornya di senin siang, hari s
"Apa kau dengan mudah melupakan kebersamaan kita yang nyaris menyentuh angka tujuh belas, Beau? Walaupun harus diselingi dengan perceraian, akhirnya kau berhasil membujukku kembali. Katakan, jika ini sudah tidak lagi berarti bagimu!"Tatapan Daphne kepadanya mengingatkan Beau akan hari itu, hari dimana ia dengan berani meminta Daphne Westwood untuk menjadi kekasihnya. Bersedia melindungi keluarganya dari cemoohan publik dan memanjakan segala keperluannya. Tatapan itu mengingatkannya pada rasa rapuh yang hari itu mendera Daphne, sebuah frustasi akan himpitan hidup. Tersingkir dari society lalu sendiri, tanpa ada satu pun yang sudi menemani. Daphne Westwood bagi mereka tidaklah pantas untuk dilihat dan ditangisi.Daphne merogoh saku baju pasien rumah sakit yang ia kenakan, mengambil sesuatu di dalamnya lalu mengulurkannya ke arah Beau. Sebutir permen buah rasa apel tergeletak di telapak tangan Daphne."Ini segalanya bagiku! Sebuah mantra!" Airmata Daphne menggenang. Ia membuka bungkus b
Beau tidak habis pikir dengan jalan pikiran Daphne. Ia datang menemuinya untuk melakukan satu hal yang menurut Beau gila. Memecat Leonore Westwood, ibunya sendiri dari Mansion Lama Prince. Sudah sekitar dua tahun sejak Daphne memasuki jenjang perkuliahan bergengsi di Cambridge, Leonore Westwood menawarkan jasanya untuk bekerja menjadi pelayan di Mansion Lama Prince. Ibunya menerimanya karena mereka pernah melalui masa kanak-kanak bersama. Ia bersimpati pada nasib wanita itu. Tidak ada yang mau menerima mereka untuk bekerja karena rekam jejak Jeremiah Westwood. Terusir dari keluarga besarnya yang berada karena memilih menikahi seorang pengusaha rendahan. Gelar bangsawannya pun nyaris dicopot oleh pihak kerajaan jika saja beberapa keluarga terpandang tidak mendukung pilihannya."Kau sepenuhnya sadar tidak dengan akibat dari permintaanmu itu?" Ledek Beau. "Kaukira darimana kau dan adikmu, Elijah bisa hidup?" Sengit Beau. Ia kesal dengan kesombongan Daphne yang tidak menghargai kerja kera
Maya Rosenberg adalah primadona di kalangan mahasiswa jurusan bisnis, walaupun ketenarannya tak mampu mengalahkan silaunya popularitas Elizabeth Rodney. Apalagi sang bintang seolah tak mau tersentuh oleh tangan pria manapun. Elizabeth hanya mampu mereka jadikan objek dalam fantasi tanpa mereka berani merealisasikannya. Hal ini merupakan keberuntungan tersendiri bagi Maya. Atensi kini perlahan bergeser kepadanya. Ia bahkan bisa leluasa bercumbu dengan sang pangeran kampus, Beau Prince."Aku sudah memesan kamar, Sayang," Maya bergerak gelisah di pangkuan Beau, pinggulnya bergerak memutar tak beraturan, bergesekan dengan milik Beau Prince yang terbungkus celana jeans. Lelaki itu masih asyik mencumbu lehernya, dengan rabaan membara di sekujur titik-titik sensitif pada tubuhnya."Kita lakukan saja di sini, tidak ada yang akan berani protes." Maya melolong nikmat kala bahunya disesap kuat.Mereka berada di klub malam bersama teman-teman kampus mereka untuk menikmati Sabtu malam. Memesan ru
Beau mengajak Velma untuk mampir ke toko kue dan bunga. Hatinya luluh dengan keinginan sang putri yang memintanya untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Beau pikir, biarlah ini menjadi yang terakhir kalinya, sekalian menegaskan kepada Daphne tentang hubungan mereka. Ia juga harus memberi pengertian kepada Velma mengenai status yang dipilihnya sekarang."Aku harap ini yang terakhir kalinya, Daphne. Kumohon jangan lagi kau libatkan Velma!"Velma ijin keluar ruang rawat inap, ia beralasan ingin mencari mesin minuman tapi Beau paham putrinya itu ingin meninggalkannya berdua dengan sang ibu."Kalau aku tidak melibatkannya, apa kau mau menemuiku? Tidak kan?""Hubungan kita telah berakhir! Aku rasa aku sudah cukup jelas mengatakannya!""Itu bagimu, Beau! Dan aku tidak bisa menerimanya! Kami baik-baik saja dengan Charles lalu kau datang memohon kesempatan, setelah kutinggalkan Charles demi dirimu, kau malah bercinta dengan istri kontrak perawan tuamu!""Tutup mulutmu, Daphne! Kau meninggalkan
Dokter Rob Noran diberitahu oleh Beau secara langsung jika Aya Prince sedang menuju ke Rumah Sakit. Billionaire kandidat pewaris dari Keluarga Prince tersebut memintanya secara spesifik untuk menangani sang istri. Beau Prince begitu mempercayainya. Mereka merupakan sahabat sejak High School dan terpisah saat keduanya mengambil jurusan mata kuliah yang berbeda. Semenjak kecil -berbeda dengan sang kakak, Charles Noran- Robert memiliki passion dalam ilmu kedokteran. Kakeknya merupakan salah satu dokter pribadi keluarga kerajaan, ini merupakan motivasi tersendiri baginya untuk bisa menyamai atau bahkan mengungguli prestasi sang Kakek. Sekarang, di usianya yang mendekati kepala empat, berbagai prestasi telah ia torehkan untuk dunia kesehatan. Rob Noran merupakan sosok termuda yang berhasil menorehkan namanya sejajar dengan para dokter senior unggulan dunia. Ia bahkan sudah memiliki Rumah Sakit sendiri.Robert menghembuskan napas perlahan guna mengusir kegugupan. Ia memandangi bayang diri d
"Aku tidak akan memasrahkanmu pada siapapun, Aya. Kita akan ke rumah sakit, hari ini!" Aya sengaja memasang ekspresi sendu, untuk membuat Beau lebih khawatir sehingga ia akan mengabaikan permintaan Velma. Beau mengecup kening lalu menciumnya. "Astaga! Kenapa sekarang napasmu terasa panas?""Baiklah! Aku hanya memberitahu Papa saja. Mungkin Mama tidak begitu parah dibandingkan Tante Aya!" Sela Velma. Ia jengah dengan perilaku Aya yang berusaha menarik perhatian Beau.Intonasi yang Velma keluarkan membuat Aya bersorak dalam hati. Gadis remaja itu lupa sedang berpura-pura untuk terlihat baik di mata sang Papa. Well, sepertinya sakitnya membawa berkah tersendiri."Apa maksud dari perkataanmu, Velma?" Tanya Beau dingin. Ia terkejut dengan pernyataan Velma dan ia tidak menyukainya. Ada apa? Bukankah mereka akrab beberapa saat yang lalu? Kenapa tiba-tiba Velma melontarkan pernyataan yang menyudutkan Aya?Velma menunduk, ia merutuk dirinya sendiri dalam hati yang terpancing emosi karena tind
"Daphne yang menyuruhmu kemari?"Mereka spontan melepas pelukan sekeluarnya Beau dari ruangan. Saling menjauh dengan saling bersitatap tajam. Aya menghembuskan napas pelan, aliran udara yang keluar dari mulutnya terasa panas. Suhu dalam tubuh juga terasa terbakar, sepertinya Beau benar. Ia perlu memeriksakan diri ke dokter."Mama sakit." Ucap Velma dingin, sungguh berbeda dengan sikap manjanya beberapa saat lalu."Aku rasa kau bisa melihat seberapa pucat raut wajahku, Velma." Tantang Aya, yang membuat Velma memalingkan wajah.Daphne pergi ke sekolah sekitar pukul sepuluh pagi, memohonkan ijin dari sekolah untuk keabsenan sang putri. Ia kembali menyuruh Velma untuk mengunjungi Beau, memberitahukan kepadanya jika Daphne menjalani rawat inap di rumah sakit. Daphne memang sempat terlibat insiden kecelakaan kecil di sekitar lingkungan akibat kecerobohannya dan hal ini bisa ia jadikan alasan untuk Beau menemuinya. Velma hanya menurut, sejatinya ia pun menginginkan kedua orang tuanya rujuk.
"Velma?""Maaf, Pa. Rachel memperbolehkanku untuk masuk."Velma mengernyit melihat penampilan sang Papa yang cukup berantakan dan sedikit berkeringat. Kemeja terpasang tanpa terkancing, dasi dan jas kerja masih teronggok di atas meja. Sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Ia masih remaja tapi ia cukup tahu mengenai aktifitas orang dewasa yang melibatkan masalah ranjang. Bagaimana tidak? Sang Mama cukup berisik jika sedang bercinta. Velma bahkan pernah memergoki Daphne melakukannya di dapur saat masih bersama Charles Noran. Bayangkan! Usianya saat itu baru sepuluh tahun."Apa aku mengganggu kalian?" Kepalanya menengok ruang istirahat yang terbuka dari balik tubuh Beau.Beau ikut menoleh ke arah yang Velma tuju, "Tidak, ini salah Papa karena tidak memberi instruksi pada Rachel."Benar! Beau bahkan tidak mendapati Rachel di mejanya saat ia menggeret Aya tergesa masuk ke ruangan. Pintu pun lupa Beau kunci. Ceroboh! Bagaimana kalau kedua orang tuanya mendadak berkunjung? Mengingat belakan
Lagi! Aya menghentikan permainan mulut mereka ketika Beau mulai terangsang. Dan Aya selalu beralasan, Im not in the good mood. Alhasil Beau harus menahan hasratnya atau menuntaskan sendiri lewat permainan solo di kamar mandi."Right, you're not in a good mood!" jengah Beau.Ia segera menyingkir dari atas tubuh Aya -yang kancing kemejanya sudah terlepas semua- lalu melempar dasi kerjanya asal. Emosi jelas terpancar dari raut wajah Beau. Pria berambut pirang itu berjalan tergesa menuju kamar mandi sembari menurunkan resleting celana kerjanya. Ia menutup kasar pintu kamar mandi hingga menghasilkan bunyi berdebum cukup keras. Suara kerasnya mampu membuat Aya berjengkit, ia pun mengusap-usap dadanya untuk meredakan keterkejutan.Di dalam kamar mandi, Beau mendudukan pantatnya di atas dudukan toilet. Kepalanya bersandar pada tembok dengan mata terpejam. Telapak tangan kanan Beau melingkupi kejantanannya setelah menariknya keluar. "Damn, Aya ..."Ya! Beau Prince tidak lagi meneriakan nama Be