Share

4. Buram.

Penulis: SIM
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-20 09:20:39

Arjuna menyesap gelas vodka itu hingga tandas. Pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi pagi. Saat ia mengunjungi apartemen mamanya untuk mencari tahu keberadaan adiknya, tapi hasilnya lagi-lagi nihil.

Arjuna sudah terlanjur mentransfer sejumlah uang yang cukup besar pada mamanya, namun sampai sekarang perempuan itu belum mengirimkan berkas yang ia janjikan.

Pikirannya saat ini benar-benar kacau. Bukan uang yang ia permasalahkan, tapi ia memikirkan nasib adiknya yang tidak pernah ia ketahui keberadaanya. Ia bahkan tidak tahu jenis kelamin adiknya itu. Malang sekali nasibnya. 

Sejak mamanya menikah dengan lelaki itu, Arjuna tidak mau lagi berurusan dengan mamanya. Arjuna bahkan tidak mau tahu siapa ayah tirinya, latar belakang ayah tirinya, keadaan mamanya setelah menikah. Arjuna benar-benar tidak mau tahu. Tapi semakin lama hati kecilnya terbuka, ia merasa perlu mencari adik tirinya yang juga kabarnya ditelantarkan juga oleh mamanya.

Sungguh biadab. Ia tidak mau adiknya bernasib sama sepertinya dulu. Tidak. Jangan lagi. 

Ditambah fakta yang ia tahu, adiknya memiliki kekurangan fisik membuat hatinya semakin gelisah.

Lelaki itu mengusap wajahnya gusar. Menyapu pandangan pada lautan manusia yang sibuk berjoget ria. Tiba-tiba tatapan matanya terkunci pada perempuan cantik yang tengah berusaha melewati lautan manusia tersebut. Beberapa kali gadis itu terdorong, tapi ia tetap berusaha melewati gerombolan manusia liar itu.

Musik semakin memekakan telinga. Arjuna masih fokus menatap Julia. Ia bertanya-tanya apa yang dilakukan Julia di dalam bar? 

"Hati-hati Bung. Matamu bisa copot kalau kau melihatnya seperti itu." Tiba-tiba seorang lelaki berbadan kekar yang duduk di sebelah Arjuna. "Bung?" Panggil lelaki itu sekali lagi, namun tetap tidak dapat respon dari Arjuna yang masih terpaku. Seseorang yang merasa diabaikan itu memukul pundak Arjuna pelan. 

Plaaakk.

"Hei!" Arjuna mengumpat marah menatap tajam manik mata Jonatan pemilik bar yang entah sejak kapan sudah berada di sebelahnya.

"Aku bicara padamu dari tadi, sebenarnya siapa yang kau lihat?" tanya lelaki berbadan kekar itu diselingi tawa lebarnya.

"Dia …."

Jonatan mengikuti arah pandangan Arjuna. Matanya ikut terkunci pada satu titik yang menjadi objek Arjuna dari tadi.

"Dia memang sering berkunjung," ujar Jonatan pendek.

Arjuna menatap Jonatan sebentar, lalu kembali mencari keberadaan Julia. Di sana perempuan itu tengah digoda oleh beberapa lelaki hidung belang. Julia hanya melempar senyuman canggung campur risih menanggapi lelaki yang menggodanya.

"Cih, perempuan murahan."

"Hei … hei, jaga mulutmu. Dia gadis baik-baik, lagipula dia ke sini pasti cuma ingin menemui pemabuk itu," jelas Jonatan menyesap vodkanya.

"Pemabuk?"

Jonatan mengangguk singkat.

"Ayahnya," ujar pria itu lagi. Ia meletakkan gelasnya lalu menatap Arjuna yang masih mengamati Julia dengan serius. "Kau menginginkannya? Aku bisa mengurusnya untukmu, tapi aku menginginkan bayaran mahal.” Jonatan menawar. 

"Cih, kau berkata seolah dia adalah milikmu. Dia tidak mudah ditaklukkan."

"Ow, dia memang bukan milikku Bung. Tapi kebetulan ibunya berhutang banyak padaku karena selalu kalah judi, dan sialnya dia tidak segera melunasi hutangnya.” Lelaki pemilik bar itu curhat meratapi nasib uangnya yang tidak segera dibayar lunas.

"Aku akan membayarmu lebih jika dia datang sendiri padaku.” Arjuna menantang dengan senyuman iblisnya.

"Mudah saja. Besok malam keinginanmu akan terkabul, dan kau harus membayar mahal untuk ini."

Arjuna tersenyum remeh. Mendapatkan Julia yang keras kepala tidaklah mudah. Harga diri perempuan itu terlalu tinggi untuk ditaklukkan.

"Tapi kasihan juga dia, memiliki seorang ayah yang pemabuk dan ibu yang tukang judi. Aaaah, hidupnya memang tidak adil." Jonatan menggeleng-geleng menatap Julia yang semakin hilang dari pandangannya. Dan Arjuna sama sekali tidak peduli dengan latar belakang gadis itu. Rasa simpatinya telah musnah semenjak kejadian “tamparan” di kantor beberapa minggu lalu.

"Besok, aku tunggu janjimu," gumam Arjuna pendek.

Jonatan menatap Arjuna penuh tertarik. Lalu mereka saling berjabat tangan.

"Deal!"

Arjuna menatap Julia yang baru saja menghilang dengan senyuman iblisnya. 

***

Ruangan dingin yang dipenuhi dengan berbagai berkas penting menjadi rutinitas tempat di mana ia bekerja. Arjuna menatap layar komputer dalam mode off sehingga memantulkan bayangan gedung-gedung besar di belakangnya. Kadang kala pikirannya kosong, memikirkan sesuatu yang entah itu apa. Sesekali ia juga memainkan cincin perak lambang pertunangannya dengan salah satu anak dari koleganya. 

Arjuna tersenyum penuh arti ketika seseorang yang ditunggunya sejak tadi datang dengan membawa map berwarna coklat di tangannya. Dia Ruben, sahabat Arjuna yang kebetulan kerja di perusahaannya. 

"Bagaimana?" Arjuna bertanya tidak sabaran. 

"Semuanya ada di sini." Ruben menyerahkan map cokelat tersebut kepada Arjuna. 

Arjuna terlihat membuka map tersebut dengan tak sabar. Dengan cepat matanya menelusuri setiap baris informasi penting yang tertera di sana. Informasi yang menunjukkan identitas adiknya. Tahun-tahun sebelumnya, Arjuna sama sekali tidak tertarik untuk mencari informasi ini. Namun entah bagaimana caranya setahun belakangan ini hatinya mulai tergerak untuk mencari jejak adiknya yang belum pernah dikenalnya. 

Arjuna merasakan seperti ada benang tak kasat mata yang membuat hatinya tergerak untuk segera mengetahui keberadaan adiknya. Berbulan-bulan ia mencari tahu, namun hasilnya selalu nihil. Semuanya butuh proses. Memiliki kuasa, kedudukan, jabatan tinggi tidak menjamin semuanya akan mudah. Bertanya pada mamanya secara langsung pun tidak pernah mendapatkan jawaban memuaskan. Lauren seolah-olah memang sengaja ingin menutupi keberadaannya, ataupun Lauren memang sengaja menggunakan adiknya untuk memeras dirinya. Sial. 

"Adikmu berjenis kelamin laki-laki, berkulit putih bersih. Kira-kira sekarang dia berusia 15 tahun. Dan sebenarnya selama ini dia dirawat kakak tirinya. Tante Lauren berbohong kalau dia berada di panti asuhan." Ruben menjelaskan secara singkat. Arjuna mengangguk mantap. 

"Siapa kakak tirinya?" 

"Aku belum tau pasti namanya. Tapi dia perempuan yang berusia sekitar 23-24 tahun, dan ... hanya itu ciri-ciri yang berhasil aku dapatkan." 

Arjuna kembali meneliti berkas tersebut. Ia berharap ada titik terang yang membuat hatinya lega. Namun tidak ada. Arjuna kecewa. Berbagai pertanyaan masih mengambang di kepalanya. Informasi yang didapatkan sekarang masih buram. Ia masih membutuhkan banyak informasi lagi. 

Arjuna melirik Ruben yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu. 

"Bagaimana? Kerja kerasku dalam menyelidiki kasusmu bagus bukan?" Ruben terlihat nyengir membanggakan diri. Padahal bukan dia yang mencari keberadaan seseorang yang dimaksud Arjuna. Arjuna tahu, dalam melaksanakan tugas darinya, Ruben juga menyuruh orang lain. Jadi, bisa dikatakan Ruben hanya perantara, yang berarti Ruben hanya perlu memberikan informasi yang sudah ia dapat dari pihak lain. 

Arjuna menggeleng tanda ia tidak puas. Belum. "Lain kali bawa informasi yang lengkap. Jangan setengah-setengah. Masalah yang membuatku penasaran seperti ini malah membuatku insomnia. Aku bisa mati penasaran. Kalau perlu suruh mata-matamu untuk memfoto target. Biar lebih jelas dan akurat!" perintah Arjuna tegas. 

"Cuma tinggal sedikit lagi Arjuna. Sedikit lagi semuanya akan menemui titik terang. Percayalah padaku. Beri aku waktu setidaknya tiga hari, dan aku jamin kau akan puas dengan kinerjaku." 

"Baiklah. Kuserahkan semuanya padamu. Kuharap kau tidak akan mengecewakanku!"

Ruben mengangguk mantap dan langsung pergi meninggalkannya ruangan Arjuna. 

Bersambung. 

SIM

Facebook @Sim Prabu.

| Sukai

Bab terkait

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    5. Kegelapan Untuk Julia.

    "Aku di mana?!" Julia berteriak marah ketika seorang lelaki asing berkemeja putih datang memasuki kamar dan membuka lakban di mulut Julia secara paksa. Gadis itu memekik, mulutnya terasa panas. Julia terus bergerak-gerak gelisah, menatap lelaki yang tengah memakai masker warna hitam di depannya dengan penuh waspada. Tanganya terikat dari belakang. Gadis itu jelas tidak bisa melakukan perlawanan. Di balik kepasrahannya Julia terus berusaha melepas ikatannya. lelaki di depannya tertawa menatap Julia yang malang. Ia membelai pipi Julia pelan. "Tenang saja Nona cantik. Aku tidak akan menyakitimu kalau kau mau diam," ujarnya hendak mengecup bibir Julia, tapi Julia segera mengelak sehingga kecupan lelaki itu berakhir di pipi kiri Julia."Lepaskan aku!" bentak Julia dengan geram. Lelaki itu terus tertawa tidak peduli."Tidak akan!""Lepaskan, atau aku akan teriak!" bentak Julia sekali lagi dengan marah."Kau teriak pun tidak akan ada yang menolongmu," ucap lelaki itu dengan dingin. Ia mende

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    6. Fakta Mengejutkan.

    "Mama benar-benar keterlaluan!" Arjuna berteriak marah dengan suara yang terdengar nyaring."Apa maksud kamu? Tiba-tiba datang dan langsung marah-marah tidak jelas!" Lauren ikut berdiri, bertanya dengan intonasi yang sama kerasnya. Tatapannya menatap buas kepada putra kandungnya yang semakin kurang ajar itu. Hati kecilnya tidak terima ketika Arjuna terus-terusan membentaknya.Kali ini Lauren tidak menyuguhi air minum untuk Arjuna seperti biasa saat Arjuna mengunjungi apartemennya. Firasat seorang ibu merasakan kalau anaknya akan berkunjung, dan rasanya itu bukanlah hal yang baik untuk hari ini. Tapi sebelum Lauren bergegas keluar, Arjuna sudah terlanjur membuka pintu dengan kasar dengan kemarahan yang ketara. Masuk ke dalam dan langsung meluapkan emosinya yang sedang meluap-luap. Firasat buruknya benar terjadi. Arjuna sekarang begitu marah padanya. "Mama kenapa tega menjual putri Mama, hah!" Lelaki itu menatap mata mamanya dengan nanar. Arjuna mengepalkan tangannya dengan erat. Berusa

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    7. Permintaan Maaf.

    Dua minggu berlalu dengan cepat. Selama itu pula Arjuna tidak pernah lagi melihat batang hidung Julia di perusahaanya. Perempuan itu pergi entah ke mana seperti ditelan bumi. Mungkin saja perempuan itu bersembunyi atau trauma setelah kejadian yang menimpanya waktu itu.Seharusnya perempuan itu sudah mendapatkan sanksi, atau lebih buruk ia dipecat secara tidak terhormat. Bolos bekerja tanpa meminta izin, tentu saja melanggar aturan perusahaan.Tapi Arjuna menyadari dia juga ikut andil dari apa yang menimpa Julia sekarang. Sedikit campur tangannya, ia mudah saja menyelamatkan karir Julia, dan Arjuna bertekad akan menebus kesalahannya.Arjuna sadar ia telah salah menilai Julia selama ini. Arjuna menatap arloji di pergelangan tangannya. Pukul delapan malam. Masih ada waktu untuk bertamu. Meski ia tahu bertamu malam-malam di rumah seorang perempuan yang tinggal sendiri itu tidak baik. Tapi tekadnya untuk malam ini sudah bulat, ia harus membujuk Julia untuk kembali bekerja dan meminta maaf

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    8. Arjuna.

    Arjuna menatap langit-langit kamar. Matanya memang terpejam, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Jiwanya masih sepenuhnya terjaga. Kembali teringat empat hari yang lalu di mana Julia mengusirnya dengan tatapan jijik campur benci.Pria itu mengusap wajahnya gusar. Matanya kembali menatap nyalang. Ia bangun dan duduk bersimpuh di atas kasur, merenungi kesalahannya. Dengan keadaan gelisah ia menatap tanggalan di atas meja yang berada tepat di sebelah kasur. Tanggal tiga belas, tercoret dengan lingkaran merah. Arjuna menandai pada tanggalnya. Hari saat dia meniduri perempuan itu. Hari di mana kehormatan adik tirinya sendiri ia renggut.Di tengah keterpurukan rasa bersalah itu, ponselnya berbunyi nyaring.Klik. Arjuna menggeser tombol warna hijau. Mengangkat telepon dengan perasaan jengkel.Siapa malam-malam begini yang berani menggangguku?"Ada apa?""Arjuna, kau tahu …."Arjuna menjauhkan ponselnya. Ia menatap nama kontak di layar ponselnya. Jonatan. Pria yang sekarang masuk ke daft

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    9. Papa Ridwan.

    Cuaca sore hari ini sangat cerah. Tetapi tak secerah hati perempuan yang berkali-kali dirundung masalah. Justru dia menganggap semua hari sama saja. Julia memarkirkan motornya di bagasi seperti biasa. Dia sudah tidak memiliki mobil karena sudah dijualnya untuk menutupi kebutuhan hidup dan hutang orang tua. Kendaraan satu-satunya yang dia punya sekarang hanyalah motor matic kesayangannya. "Lemas sekali," keluh Julia lirih seraya membuka jaket dan helm. Ia melihat pada kaca spion, berusaha tersenyum untuk dirinya, namun yang terlihat hanya senyuman keletihan. Hari ini, akhir bulan. Pekerjaan di kantor lumayan melelahkan. Semua tubuhnya terasa lesu. Berbagai masalah yang terus menghampiri semakin membuat mentalnya down. Dia benar-benar merasa seperti zombie yang dipaksa untuk hidup. Julia baru saja berjalan lima langkah menuju pintu yang sudah terbuka. Sampai kehadiran seseorang membuat semua bebannya bagai terangkat, hilang dan lenyap. Dia."Papa?" Julia memanggil setengah tak perc

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    10. Positif Hamil.

    Pukul sembilan pagi.Seharusnya Arjuna masih berada di kantor. Berkutat dengan beberapa dokumen penting yang harus segera diteliti dan ditandatangani. Tetapi akal budinya tak bisa diajak untuk fokus. Otaknya terus meneriakkan sebuah nama, Julia. Tapi tidak untuk pagi ini. Kali ini untuk yang kedua kalinya ia datang berkunjung ke rumah Julia.Arjuna cuma ingin memastikan kalau Julia baik-baik saja. Karena di kantor ia tidak melihat kehadiran Julia, dan Julia juga tidak mengkonfirmasi perihal dia tidak masuk hari ini. Hal itu membuat Arjuna agak was-was.Tidak ada satupun yang tahu kalau Arjuna datang ke rumah Julia. Termasuk Ruben. Dia hanya bilang kepada Ruben bahwa ia memiliki urusan sebentar, lalu pergi ke luar. Pintu tidak terkunci saat Arjuna hendak mengecek rumah Julia yang sepi itu. Bisa dipastikan si pemilik rumah ada di dalam. Tanpa permisi Arjuna main masuk begitu saja. Dirinya berharap tak akan ada orang yang menuduhnya mencuri jika ketahuan masuk ke rumah orang sembarangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    11. Aroma Makanan.

    Dua mangkuk mie ayam beserta dua gelas es teh tersaji di atas meja. Arjuna mencicipi bagiannya tanpa sungkan. Tadi sebenarnya Arjuna hampir mengajak Julia makan di restoran langganannya, namun Julia menolak mentah-mentah. Malahan Julia memaksanya untuk makan di sini, warung mie ayam milik Pak Budi. Di sini cukup ramai, hanya saja kebanyakan pembeli dari kalangan pelajar yang masih memakai baju putih abu-abu. Sesekali mereka terdengar heboh dengan canda tawa bagi mereka yang datang bergerombolan. "Cepat dimakan!" perintah Arjuna. Julia sama sekali belum menyentuh makanannya, padahal tadi dia yang paling ngotot mengajak ke sini. Julia melirik Arjuna, lalu mengangguk. "Iya." Lima menit berlalu. Mie ayam milik Arjuna sudah habis, sedangkan Julia masih menyantapnya dengan malas. Sesekali Julia asyik melamun. Sesekali juga dia memaksakan untuk fokus, walau tatapannya kadang terlihat kosong. Kesabaran Arjuna benar-benar diuji kali ini. "Kenapa? Tidak enak?" tanya Arjuna menaikkan alis k

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    12. Tamu Tak Diundang.

    Julia berjalan was-was menuju pintu ketika mendengar seseorang mengetuk pintu dengan brutal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Julia sendiri hampir tidak pernah menerima tamu selarut ini. Biasanya kalaupun memang penting, si penamu akan menghubunginya dulu lewat telepon atau sekedar kirim pesan. Sebelum meraih gagang pintu, Julia berdoa, "Semoga bukan penagih hutang." Julia juga menyempatkan diri untuk mengambil balok kayu kecil yang cukup panjang untuk memukul, di sebelah pintu. Kayu itu memang sudah dipersiapkan untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya maling. Itu kata papanya. Julia membuka pintu pelan. "Hai …." Kepala seseorang langsung muncul dari balik pintu. "Kamu?" Tatapan mata Julia mengekor Arjuna yang main masuk begitu saja. Di tangan kanan-kiri lelaki itu juga tengah menenteng plastik lumayan besar yang berisi makanan hingga membuat plastik itu penuh. Lalu dengan santai Arjuna meletakkannya di atas meja, menatap Julia dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-01

Bab terbaru

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    45. Tamat.

    Bonus. Arjuna dan Julia adalah pasangan suami istri yang bahagia. Delapan bulan setelah pernikahan mereka, mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Arka. Kehadiran Arka membawa keceriaan baru dalam kehidupan mereka.Arka tumbuh dengan pesat. Di usianya yang ke-8 bulan, dia sudah mulai bisa berjalan dan sesekali memanggil "papa" dan "mama". Arka juga suka sekali menunggu di depan pintu, menanti kepulangan sang papa dari bekerja. Setiap kali Arjuna pulang, Arka akan berlari ke arahnya dan memeluk kakinya dengan erat. Arjuna selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan Arka, menggendongnya, dan membacakannya cerita. Julia pun tak kalah sayang dengan Arka. Dia selalu sabar dan telaten mengurus Arka, memandikannya, memakaikannya baju, dan memberinya makan.Suatu hari, Arjuna harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari. Julia merasa sedih karena anaknya harus berpisah sementara dengan papanya. Namun, dia tetap tegar dan berusaha untuk tidak menunjukkan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    44. Pulang.

    Arjuna dan Julia menyambut sang buah hati dengan penuh rasa haru dan bahagia. Sejak kepulangan Julia dari rumah sakit, Arjuna dengan penuh semangat mempelajari segala hal tentang mengurus bayi. Dia dengan telaten memandikan, mengganti popok, dan menggendong buah hati mereka dengan penuh kasih sayang.Suatu sore, Julia mengamati Arjuna dari atas kasur saat dia memandikan bayinya. Arjuna dengan penuh kelembutan membersihkan tubuh mungil sang bayi, sesekali mengajaknya berbicara dengan suara yang begitu lembut. Julia tersentuh melihat betapa Arjuna begitu menikmati momen tersebut, dan rasa cinta serta kasih sayangnya terhadap buah hati mereka semakin kuat."Terima kasih, Arjuna," bisik Julia dengan penuh rasa haru.Arjuna menoleh ke arah Julia dan tersenyum. "Apa pun untuk anak kita," jawabnya dengan penuh kasih sayang.Hari-hari Arjuna dan Julia pun diwarnai dengan kebahagiaan sebagai orang tua baru. Mereka saling bahu membahu dalam mengurus buah hati mereka, dan cinta serta kasih sayan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    43. Menunggu.

    Jantung Arjuna berdegup kencang, rasa cemas dan khawatir mewarnai wajahnya. Ia duduk di kursi tunggu rumah sakit, menunggu kabar dari sang istri yang tengah menjalani operasi caesar di dalam ruangan yang terlihat sangat tertutup itu. Operasi yang sudah ditunggu-tunggu sekaligus penuh kekhawatiran, karena ini adalah anak pertama mereka.Jam demi jam terasa begitu lama. Arjuna terus memanjatkan doa, memohon kelancaran operasi dan keselamatan bagi istri tercinta. Bayangan wajah sang istri selalu terngiang di benaknya, senyumannya yang hangat dan tawa riang yang selalu menghiasi hari-harinya. Kegiatan istrinya yang suka sekali memasak aneka kue membuatnya teringat pilu. Tiba-tiba, pintu ruangan operasi terbuka. Seorang suster dengan wajah teduh melangkah keluar, membawa selimut kecil berwarna putih. Arjuna bangkit dari kursinya, jantungnya berdebar semakin kencang."Pak Arjuna," Suster itu tersenyum hangat, "Ini putra Bapak." Perlahan, suster membuka selimut itu, memperlihatkan wajah mun

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    42. Operasi Caesar.

    Arjuna berjalan cepat mengikuti perawat yang sudah mendorong istrinya di atas brankar rumah sakit untuk segera dilakukan pemeriksaan. Sedari tadi yang ia lihat Julia hanya menggerang kesakitan dengan mata terpejam. Sungguh Arjuna yang melihat itu ikut merasakan kengerian. Sebagai calon bapak-bapak yang menunggu anaknya lahir dengan kepanikan yang luar biasa, mestinya ia tidak tenang. ***Semua tahap pemeriksaan telah dilakukan. Dokter spesialis kandungan menyarankan Julia untuk segera melakukan operasi caesar hari itu juga dikarenakan posisi janin belum sesuai, juga volume ketuban yang malah berkurang. Tentu saja itu bukanlah hal yang bagus untuk calon bayi. Julia sudah mulai tenang tidak kesakitan lagi. Iya berbaring dengan nyaman di atas brankar. Arjuna menarik kursi, dan duduk di dekat istrinya. Ia mengusap kening istrinya, lalu tersenyum manis. "Kamu mau minum?" tawar Arjuna menyodorkan air mineral ke arah Julia. Para perawat sudah pergi. Kamar VVIP yang sangat luas itu teras

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    41. Curhat.

    Julia Pov. Seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini aku berangkat bekerja dihantar oleh suamiku, Arjuna. Di dalam mobil terasa sunyi, aku maupun dia sama-sama saling menutup mulut. Tidak ada basa-basi seperti biasanya. Hanya ada suara desah nafas lelahku yang sepertinya kebanyakan memikirkan masalah akhir-akhir ini. Yah, lagi-lagi masalah sepele. Selalu saja kepikiran. Sebenarnya aku masih memikirkan perihal semalam. Tentang keinginan Arjuna untuk tetap menjadikan aku istri selamanya. Sebenarnya hal itu diluar ekspektasiku. Kadang aku berpikir untuk tidak bersama selamanya. Tiba-tiba menjelang kelahiran anakku, entah kenapa hatiku menjadi plin-plan. Aku merasa seperti keberatan untuk terus menjadi istrinya. Terkadang pikiran terburukku muncul, aku tidak ingin meneruskan pernikahan ini. Bagaimana kalau aku tidak bisa sepenuhnya mencintainya? Atau bagaimana kalau dia selama ini hanya berpura-pura baik di depanku saja? Maksudku di luar sana, seorang pebisnis besar pasti memiliki selingku

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    40. Belanja Keperluan Bayi.

    Julia mengerang. Ia melepaskan pelukan suaminya. Namun pelukan itu tak mau terlepas. Semakin erat. Ia juga bahkan sudah mencubit-cubit lengan Arjuna supaya mau melepaskannya, namun suaminya tetap tak bergeming. Julia menghela nafas pendek. "Aku mau mandi. Lengket semua badanku," ujar Julia dengan intonasi lirih. Terlalu pagi untuk bicara dengan intonasi agak tinggi. "Sebentar lagi ... tunggu lima menit lagi," Arjuna merengek, menenggelamkan wajahnya ke dalam rambut panjang istrinya. Menghirup aroma wangi yang semerbak. Sambil tetap masih memeluk istrinya. Julia mengambil ponselnya yang berada di nakas dengan susah payah. Lalu menyetel stopwatch dengan hitungan dimulai lima menit. Ia dengan anteng menikmati setiap detik waktu yang mulai berkurang. Sesekali mengusap lembut wajah suaminya. Jemari lentiknya bermain di sana. Sedang Arjuna semakin tidur terlelap

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    39. Malam Menuju Pagi.

    Pukul 10 malam. Julia menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk segera tidur. Arjuna yang berada di sampingnya masih sibuk dengan laptopnya. Lelaki itu masih harus meneliti beberapa berkas yang akan dia kerjakan besok di kantor. "Bagaimana keadaan di kafe untuk beberapa hari ini?" tanya Arjuna memecah keheningan. Lelaki itu menatap ke arah Julia yang juga tengah menatap ke arahnya. Julia mengatur posisi berbaringnya sebelum menjawab. "Kafe kita mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hampir setiap hari kafe kita ramai dengan pengunjung," jawab Julia antusias. Lalu ia kembali teringat beberapa waktu yang lalu, ia sangat disibukkan ketika kafe sedang ramai-ramainya dengan pengunjung yang ternyata kebanyakan adalah teman kantornya sendiri. "Kebetulan weekend kemarin teman-teman kantor banyak yang datang ikut melariskan kafe kita," ujar Julia menggebu-gebu. Arjuna mengangguk mendengarkan seluruh cerita dari Julia dengan khidmat. Jadi, usahanya ketika melakukan promosi di kantor bebera

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    38. Promosi Kue.

    Beberapa hari berlalu. Menjelang istirahat di kantor. Arjuna terlihat sibuk dengan ponsel pintarnya. Matanya fokus menatap tajam gambar menu makanan yang tertera di layar ponselnya. Masih dalam mode konsentrasi diiringi perutnya yang mulai berbunyi."Pesan ini saja, atau yang ini?" ujarnya yang lebih tepat untuk diri sendiri. Ia masih sibuk memilih-milih daftar menu makanan di suatu aplikasi yang tertera. Beberapa menu yang ia lihat dalam keadaan lapar membuat semuanya terasa begitu menggiurkan. Di ruangan itu, Arjuna hanya sendiri, tidak ada yang bisa ia mintai pendapat. Beberapa daftar makanan pesanannya sudah masuk ke dalam list pembayaran dan tinggal menunggu pengantar makanan datang membawakan makanan yang sudah ia pesan. ***Seorang perempuan berkaca mata minus tengah memegang ganggang telepon. Jemari lentiknya dengan lihai memencet angka-angka yang tertera di sana. Segera angka-angka tersebut tersambung pada tujuan yang sudah ditetapkan di kantor tersebut. Tak lama setelah itu

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    37. Jalan-jalan.

    Seperti rencana awal yang telah ditetapkannya kemarin. Hari ini Julia berniat untuk pergi ke rumah papanya. Akan tetapi, tadi pagi-pagi sekali perempuan itu menangkap gerak-gerik mencurigakan dari suaminya, yang ternyata Arjuna memutuskan untuk ikut mengantar sekaligus mengawasi Julia. Sampai selamat tentunya. Mungkin lelaki itu baru sadar bahwa dia sudah harus siap siaga mulai dari sekarang. Takut terjadi apa-apa yang tidak diinginkan. "Kita naik motor lagi, ya," ajak Julia yang kelewat antusias, sampai ia mengabaikan mimik muka Arjuna yang tiba-tiba berubah menjadi pelik, dengan satu lirikan heran mengarah pada Julia. "Serius kamu mau naik motor lagi?" tanya Arjuna berusaha untuk bersabar dengan tingkah aneh-aneh istrinya yang menurutnya lumayan ekstrim untuk seseorang yang sedang hamil tua. Sekarang istrinya sedang hamil tua, bagaimanapun ia menginginkan yang terbaik untuk istrinya. "Iya.""Coba jelaskan secara singkat alasan kamu sangat menyukai berpergian naik motor?" "Sebena

DMCA.com Protection Status