Home / Romansa / Arjuna & Julia (INDONESIA). / 6. Fakta Mengejutkan.

Share

6. Fakta Mengejutkan.

Author: SIM
last update Last Updated: 2021-01-01 10:59:12

"Mama benar-benar keterlaluan!" Arjuna berteriak marah dengan suara yang terdengar nyaring.

"Apa maksud kamu? Tiba-tiba datang dan langsung marah-marah tidak jelas!" Lauren ikut berdiri, bertanya dengan intonasi yang sama kerasnya. Tatapannya menatap buas kepada putra kandungnya yang semakin kurang ajar itu. Hati kecilnya tidak terima ketika Arjuna terus-terusan membentaknya.

Kali ini Lauren tidak menyuguhi air minum untuk Arjuna seperti biasa saat Arjuna mengunjungi apartemennya. Firasat seorang ibu merasakan kalau anaknya akan berkunjung, dan rasanya itu bukanlah hal yang baik untuk hari ini. Tapi sebelum Lauren bergegas keluar, Arjuna sudah terlanjur membuka pintu dengan kasar dengan kemarahan yang ketara. Masuk ke dalam dan langsung meluapkan emosinya yang sedang meluap-luap. Firasat buruknya benar terjadi. Arjuna sekarang begitu marah padanya. 

"Mama kenapa tega menjual putri Mama, hah!" Lelaki itu menatap mata mamanya dengan nanar. Arjuna mengepalkan tangannya dengan erat. Berusaha mengontrol emosinya yang di ujung tanduk. Walaupun nada bicaranya sekarang tak bisa dikontrol sekalipun. 

"Siapa yang kamu maksud?" 

"Siapa lagi ... Julia ... dia anak Mama, kan?" tanya Arjuna dengan intonasi yang mulai rendah. Perasaannya menjadi tak karuan ketika menyebut nama gadis itu, rasa segan bercampur malu. Perempuan yang sebelumnya sangat ia benci. Sekarang rasa benci itu berubah menjadi rasa iba.

Lauren berkedip dua sampai empat kali untuk mencerna maksud Arjuna, dan ia mulai paham akan tujuan anaknya datang kemari. Seulas senyuman simpul terlukis di bibir indah Lauren yang berlipstik merah menyala.

"Arjuna ... Arjuna, pakai otakmu. Dia bukan putriku, tapi dia putrinya Ridwan," jawab wanita itu enteng. Tidak mau peduli. 

"Tapi dia anak Mama juga. Anak tiri Mama," Arjuna masih dengan emosinya yang belum terkontrol. Wajahnya memerah karena amarah. 

Lauren menghela nafas panjang.

"Astaga Arjuna. Coba kamu bayangkan tiba-tiba ada seorang pria yang mau membayar Mama uang lebih hanya untuk mendapatkan gadis bodoh sepertinya. Siapa yang mau menolak uang sebanyak itu, Arjuna. Tentu saja Mama langsung menyetujui penawaran bagus itu," ucap Lauren yang berhasil membuat kepala Arjuna tiba-tiba pusing. 

Arjuna menatap mamanya yang tengah tertawa lebar tanpa rasa bersalah sedikitpun. Andai saja mamanya tahu kalau lelaki yang sudah membayarnya itu adalah Arjuna sendiri. Mungkin tanggapan mamanya akan berbeda, mungkin biasa saja, atau mungkin malah senang. Mamanya memang tidak punya hati. 

Arjuna menggertakkan giginya. Mati-matian Arjuna merutuki kejadian laknat itu. Merutuki kebodohannya. Merutuki takdir yang sudah tidak adil kepada Julia. Namun semuanya sudah terjadi. Tak ada gunanya menyesali. Setiap malam lelaki itu terus bertanya kepada Tuhan, kenapa harus dia yang tidak tahu apa-apa seolah takdir menjadikannya tokoh antagonis yang paling kejam di muka bumi ini. 

Kenapa hatinya yang keras berubah menjadi sesak seperti ini?

Seandainya aku tahu kamu anak tiri Mama, aku tidak akan melakukan hal kejam itu kepadamu Julia, batin Arjuna. 

"Lagipula dia sudah tidak sanggup memberikan jatah perbulan seperti yang Mama minta," Perempuan itu menjawab acuh. Ia sudah berbaring di sofa dengan jemari yang sibuk bermain ponsel.

Arjuna menatap mamanya dengan tatapan penuh tanya.

"Jatah …? Mama minta jatah apa dengannya. Mama minta uang padanya?"

"Iya, Mama minta uang padanya. Tidak banyak, cuma lima belas juta setiap bulan," Lauren menjawabnya tanpa menoleh. Ia tidak peduli. 

Arjuna terperangah. Bagaimana bisa. 

"Uang segitu tidak akan membuatnya tertekan."

"Tidak? Lima belas juta Mama bilang cuma sedikit?" Arjuna mengusap rambutnya kasar. Pantas saja selama ini Julia selalu meminjam uang pada perusahaan. Bahkan sebelum hutangnya terbayar lunas, Julia sudah meminjam lagi. Arjuna bahkan selalu menuduh yang tidak-tidak pada gadis itu. "Ma … apa Mama tidak tahu kalau Julia hanya seorang karyawan biasa, dia mati-matian bekerja. Kenapa Mama setega itu pada Julia?" tanya Arjuna dengan mulut bergetar.

Kali ini ucapan Arjuna berhasil mengalihkan perhatian Lauren. Ia menatap anaknya dengan tatapan tajam menusuk. 

"Tega kamu bilang? Memangnya kalau Mama minta sama kamu, Kamu mau memberikannya secara cuma-cuma? Bukankah kamu juga tega sama Mama!" Lauren balas bertanya dengan menatap Arjuna tak suka. Bahkan intonasi suaranya ikut meninggi. 

"Tapi kali ini Mama benar-benar keterlaluan. Di mana hati nurani Mama. Mama tega menjual Julia kepada …." Arjuna menghentikan kalimatnya. Ia menyugar rambutnya ke belakang. Dadanya kembali sesak. Ia menolak kenyataan bahwa dialah tersangka utama yang telah merenggut kesucian adik tirinya itu. 

"Cukup Arjuna! Kalau kamu datang hanya untuk menyalahkan Mama, pergi dari sini sekarang juga!" teriak Lauren, kali ini wanita itu benar-benar marah. Bahkan ia tidak segan-segan menunjuk pintu kepada Arjuna.

"Baik. Arjuna akan pergi. Tapi Arjuna mohon sama Mama jauhi Julia dan Vino. Sebagai gantinya Mama boleh meminta apapun dari Arjuna. Memang itu kan yang Mama inginkan. Mama dari dulu memang gila harta, tidak pernah berubah." Arjuna keluar setelah menutup pintu dengan kasar.

Sedangkan di tempatnya Lauren menatap kepergian Arjuna dengan perasaan gamang. Tanpa ia sadari air matanya menetes. Perkataan dari Arjuna benar-benar melukai hatinya. 

***

Julia membasahi tubuhnya dengan air shower yang terus mengalir membasahi tubuhnya. Menggosok-gosok kulitnya dengan kasar, sampai tidak peduli kalau badannya sudah terasa sangat perih. Sudah lebih dari satu jam ia berada di dalam kamar mandi, mengurung dirinya di sana. Ingatannya tentang kejadian semalam terus berputar di pikirannya. Julia merasa dirinya kotor. Ia jijik dengan dirinya sendiri. Julia terus menangis meraung-raung putus asa. Sesekali ia memaki-maki nama Arjuna. 

Tanpa disadari suara tangisan pilu Julia sampai terdengar oleh Vino. Remaja lelaki itu terlihat sangat khawatir akan keadaan kakaknya tersebut. Vino terus berteriak memanggil kakaknya sambil terus menggedor pintu kamar mandi mereka. Tetapi Julia seolah tuli. Ia tetap mengurung dirinya di dalam sana. 

***

Setelah pulang dari apartemen Lauren, Arjuna langsung pergi ke apartemen miliknya sendiri. Ia tidak pulang ke rumahnya. Seperti biasa ketika ada masalah ia lebih memilih mengurung dirinya di apartemen. Tempat untuk melampiaskan segala emosinya dan kekesalannya. 

Arjuna meneguk Wine langsung dari botol. Apartemennya sangat berantakan. Hampir semua barang-barang yang terbuat dari kaca pecah berserakan di lantai. Ia kembali meneguk Wine-nya dengan rakus sampai tumpah melewati lehernya, lalu membantingnya ke lantai hingga pecah. Pikirannya saat ini tidak karuan. Dari luar Arjuna memang tampak kejam. Sering bermain perempuan. Arjuna hanya bermain dengan mereka yang memang pantas untuk dipermainkan. Arjuna tidak pernah punya niatan untuk benar-benar menghancurkan hidup seseorang. Apalagi adik tirinya yang sebenarnya orang baik. Seseorang yang seharusnya dihormati layaknya saudara. 

Arjuna menyesal. 

Ia melempar semua barang yang ada di atas meja sambil berteriak, "Argh!" 

Bersambung. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    7. Permintaan Maaf.

    Dua minggu berlalu dengan cepat. Selama itu pula Arjuna tidak pernah lagi melihat batang hidung Julia di perusahaanya. Perempuan itu pergi entah ke mana seperti ditelan bumi. Mungkin saja perempuan itu bersembunyi atau trauma setelah kejadian yang menimpanya waktu itu.Seharusnya perempuan itu sudah mendapatkan sanksi, atau lebih buruk ia dipecat secara tidak terhormat. Bolos bekerja tanpa meminta izin, tentu saja melanggar aturan perusahaan.Tapi Arjuna menyadari dia juga ikut andil dari apa yang menimpa Julia sekarang. Sedikit campur tangannya, ia mudah saja menyelamatkan karir Julia, dan Arjuna bertekad akan menebus kesalahannya.Arjuna sadar ia telah salah menilai Julia selama ini. Arjuna menatap arloji di pergelangan tangannya. Pukul delapan malam. Masih ada waktu untuk bertamu. Meski ia tahu bertamu malam-malam di rumah seorang perempuan yang tinggal sendiri itu tidak baik. Tapi tekadnya untuk malam ini sudah bulat, ia harus membujuk Julia untuk kembali bekerja dan meminta maaf

    Last Updated : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    8. Arjuna.

    Arjuna menatap langit-langit kamar. Matanya memang terpejam, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Jiwanya masih sepenuhnya terjaga. Kembali teringat empat hari yang lalu di mana Julia mengusirnya dengan tatapan jijik campur benci.Pria itu mengusap wajahnya gusar. Matanya kembali menatap nyalang. Ia bangun dan duduk bersimpuh di atas kasur, merenungi kesalahannya. Dengan keadaan gelisah ia menatap tanggalan di atas meja yang berada tepat di sebelah kasur. Tanggal tiga belas, tercoret dengan lingkaran merah. Arjuna menandai pada tanggalnya. Hari saat dia meniduri perempuan itu. Hari di mana kehormatan adik tirinya sendiri ia renggut.Di tengah keterpurukan rasa bersalah itu, ponselnya berbunyi nyaring.Klik. Arjuna menggeser tombol warna hijau. Mengangkat telepon dengan perasaan jengkel.Siapa malam-malam begini yang berani menggangguku?"Ada apa?""Arjuna, kau tahu …."Arjuna menjauhkan ponselnya. Ia menatap nama kontak di layar ponselnya. Jonatan. Pria yang sekarang masuk ke daft

    Last Updated : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    9. Papa Ridwan.

    Cuaca sore hari ini sangat cerah. Tetapi tak secerah hati perempuan yang berkali-kali dirundung masalah. Justru dia menganggap semua hari sama saja. Julia memarkirkan motornya di bagasi seperti biasa. Dia sudah tidak memiliki mobil karena sudah dijualnya untuk menutupi kebutuhan hidup dan hutang orang tua. Kendaraan satu-satunya yang dia punya sekarang hanyalah motor matic kesayangannya. "Lemas sekali," keluh Julia lirih seraya membuka jaket dan helm. Ia melihat pada kaca spion, berusaha tersenyum untuk dirinya, namun yang terlihat hanya senyuman keletihan. Hari ini, akhir bulan. Pekerjaan di kantor lumayan melelahkan. Semua tubuhnya terasa lesu. Berbagai masalah yang terus menghampiri semakin membuat mentalnya down. Dia benar-benar merasa seperti zombie yang dipaksa untuk hidup. Julia baru saja berjalan lima langkah menuju pintu yang sudah terbuka. Sampai kehadiran seseorang membuat semua bebannya bagai terangkat, hilang dan lenyap. Dia."Papa?" Julia memanggil setengah tak perc

    Last Updated : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    10. Positif Hamil.

    Pukul sembilan pagi.Seharusnya Arjuna masih berada di kantor. Berkutat dengan beberapa dokumen penting yang harus segera diteliti dan ditandatangani. Tetapi akal budinya tak bisa diajak untuk fokus. Otaknya terus meneriakkan sebuah nama, Julia. Tapi tidak untuk pagi ini. Kali ini untuk yang kedua kalinya ia datang berkunjung ke rumah Julia.Arjuna cuma ingin memastikan kalau Julia baik-baik saja. Karena di kantor ia tidak melihat kehadiran Julia, dan Julia juga tidak mengkonfirmasi perihal dia tidak masuk hari ini. Hal itu membuat Arjuna agak was-was.Tidak ada satupun yang tahu kalau Arjuna datang ke rumah Julia. Termasuk Ruben. Dia hanya bilang kepada Ruben bahwa ia memiliki urusan sebentar, lalu pergi ke luar. Pintu tidak terkunci saat Arjuna hendak mengecek rumah Julia yang sepi itu. Bisa dipastikan si pemilik rumah ada di dalam. Tanpa permisi Arjuna main masuk begitu saja. Dirinya berharap tak akan ada orang yang menuduhnya mencuri jika ketahuan masuk ke rumah orang sembarangan

    Last Updated : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    11. Aroma Makanan.

    Dua mangkuk mie ayam beserta dua gelas es teh tersaji di atas meja. Arjuna mencicipi bagiannya tanpa sungkan. Tadi sebenarnya Arjuna hampir mengajak Julia makan di restoran langganannya, namun Julia menolak mentah-mentah. Malahan Julia memaksanya untuk makan di sini, warung mie ayam milik Pak Budi. Di sini cukup ramai, hanya saja kebanyakan pembeli dari kalangan pelajar yang masih memakai baju putih abu-abu. Sesekali mereka terdengar heboh dengan canda tawa bagi mereka yang datang bergerombolan. "Cepat dimakan!" perintah Arjuna. Julia sama sekali belum menyentuh makanannya, padahal tadi dia yang paling ngotot mengajak ke sini. Julia melirik Arjuna, lalu mengangguk. "Iya." Lima menit berlalu. Mie ayam milik Arjuna sudah habis, sedangkan Julia masih menyantapnya dengan malas. Sesekali Julia asyik melamun. Sesekali juga dia memaksakan untuk fokus, walau tatapannya kadang terlihat kosong. Kesabaran Arjuna benar-benar diuji kali ini. "Kenapa? Tidak enak?" tanya Arjuna menaikkan alis k

    Last Updated : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    12. Tamu Tak Diundang.

    Julia berjalan was-was menuju pintu ketika mendengar seseorang mengetuk pintu dengan brutal. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Julia sendiri hampir tidak pernah menerima tamu selarut ini. Biasanya kalaupun memang penting, si penamu akan menghubunginya dulu lewat telepon atau sekedar kirim pesan. Sebelum meraih gagang pintu, Julia berdoa, "Semoga bukan penagih hutang." Julia juga menyempatkan diri untuk mengambil balok kayu kecil yang cukup panjang untuk memukul, di sebelah pintu. Kayu itu memang sudah dipersiapkan untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya maling. Itu kata papanya. Julia membuka pintu pelan. "Hai …." Kepala seseorang langsung muncul dari balik pintu. "Kamu?" Tatapan mata Julia mengekor Arjuna yang main masuk begitu saja. Di tangan kanan-kiri lelaki itu juga tengah menenteng plastik lumayan besar yang berisi makanan hingga membuat plastik itu penuh. Lalu dengan santai Arjuna meletakkannya di atas meja, menatap Julia dan

    Last Updated : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    13. Mas Herlambang.

    Hari Minggu pagi, Arjuna kembali berkunjung ke rumah Julia untuk yang kesekian kalinya. Ia juga menenteng dua plastik yang berisi brownies cokelat, pandan, stroberi, vanila, dan juga buah apel untuk Julia. Arjuna tidak tahu apa makanan kesukaan Julia, jadi dia hanya berharap Julia suka. Arjuna mengetuk pintu rumah Julia, namun ia agak heran melihat sepatu yang seukuran pria dewasa berada di sebelah sepatunya, di mana ia berdiri saat ini. Jelas sekali itu bukan sepatu milik Vino dilihat dari ukurannya saja sudah jelas.Arjuna mengalihkan pandangannya ketika pintu terbuka. Lima detik Arjuna masih terpaku di tempatnya. "Kamu siapa?" tanya Arjuna menatap heran lelaki berkulit gelap di depannya yang tidak seharusnya membukakan pintu untuknya. Arjuna menaruh curiga. Pikirannya bertanya-tanya kenapa pintu sampai harus ditutup. Apa yang mereka lakukan di dalam. Mengapa sepi sekali. Arjuna melirik ke sana-sini, atau jangan-jangan Julia diperkosa, pikirnya."Saya Herlambang, Mas ini siapa?"

    Last Updated : 2021-01-01
  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    14. Rentenir.

    "Kita harus cepat-cepat menikah Julia." "Aku belum siap." "Kapan kamu siap?"Julia menarik nafas panjang. Tidak akan pernah siap.Mereka kembali terdiam cukup lama dengan pikiran masing-masing. Baru saja Arjuna akan mengeluarkan suaranya, namun suara seseorang dari luar mendahuluinya. Mereka menoleh bersamaan. Lalu kembali saling bertukar tatap, dengan pikiran penuh tanya. Arjuna seperti bertanya lewat isyarat mata, namun Julia menggeleng tidak tahu. Di luar terdapat tiga orang lelaki dengan pakaian formal dengan kemeja dan memakai jas. Sepertinya memang tamu yang ingin berkunjung ke rumah Julia. Mereka terlihat sedang celingukan mengintip dan mencari-cari pemilik rumah. Julia melirik was-was, ia menatap Arjuna, lelaki itu mengangguk meyakinkan Julia kalau tidak akan terjadi apa-apa dan dia akan menunggu Julia di belakang. Arjuna mengira mereka orang atau teman papanya Julia. Padahal Julia yakin, Arjuna dapat mengetahui sorot ketakutan dalam Julia saat ini. Arjuna terus meyakink

    Last Updated : 2021-01-02

Latest chapter

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    45. Tamat.

    Bonus. Arjuna dan Julia adalah pasangan suami istri yang bahagia. Delapan bulan setelah pernikahan mereka, mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Arka. Kehadiran Arka membawa keceriaan baru dalam kehidupan mereka.Arka tumbuh dengan pesat. Di usianya yang ke-8 bulan, dia sudah mulai bisa berjalan dan sesekali memanggil "papa" dan "mama". Arka juga suka sekali menunggu di depan pintu, menanti kepulangan sang papa dari bekerja. Setiap kali Arjuna pulang, Arka akan berlari ke arahnya dan memeluk kakinya dengan erat. Arjuna selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan Arka, menggendongnya, dan membacakannya cerita. Julia pun tak kalah sayang dengan Arka. Dia selalu sabar dan telaten mengurus Arka, memandikannya, memakaikannya baju, dan memberinya makan.Suatu hari, Arjuna harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari. Julia merasa sedih karena anaknya harus berpisah sementara dengan papanya. Namun, dia tetap tegar dan berusaha untuk tidak menunjukkan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    44. Pulang.

    Arjuna dan Julia menyambut sang buah hati dengan penuh rasa haru dan bahagia. Sejak kepulangan Julia dari rumah sakit, Arjuna dengan penuh semangat mempelajari segala hal tentang mengurus bayi. Dia dengan telaten memandikan, mengganti popok, dan menggendong buah hati mereka dengan penuh kasih sayang.Suatu sore, Julia mengamati Arjuna dari atas kasur saat dia memandikan bayinya. Arjuna dengan penuh kelembutan membersihkan tubuh mungil sang bayi, sesekali mengajaknya berbicara dengan suara yang begitu lembut. Julia tersentuh melihat betapa Arjuna begitu menikmati momen tersebut, dan rasa cinta serta kasih sayangnya terhadap buah hati mereka semakin kuat."Terima kasih, Arjuna," bisik Julia dengan penuh rasa haru.Arjuna menoleh ke arah Julia dan tersenyum. "Apa pun untuk anak kita," jawabnya dengan penuh kasih sayang.Hari-hari Arjuna dan Julia pun diwarnai dengan kebahagiaan sebagai orang tua baru. Mereka saling bahu membahu dalam mengurus buah hati mereka, dan cinta serta kasih sayan

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    43. Menunggu.

    Jantung Arjuna berdegup kencang, rasa cemas dan khawatir mewarnai wajahnya. Ia duduk di kursi tunggu rumah sakit, menunggu kabar dari sang istri yang tengah menjalani operasi caesar di dalam ruangan yang terlihat sangat tertutup itu. Operasi yang sudah ditunggu-tunggu sekaligus penuh kekhawatiran, karena ini adalah anak pertama mereka.Jam demi jam terasa begitu lama. Arjuna terus memanjatkan doa, memohon kelancaran operasi dan keselamatan bagi istri tercinta. Bayangan wajah sang istri selalu terngiang di benaknya, senyumannya yang hangat dan tawa riang yang selalu menghiasi hari-harinya. Kegiatan istrinya yang suka sekali memasak aneka kue membuatnya teringat pilu. Tiba-tiba, pintu ruangan operasi terbuka. Seorang suster dengan wajah teduh melangkah keluar, membawa selimut kecil berwarna putih. Arjuna bangkit dari kursinya, jantungnya berdebar semakin kencang."Pak Arjuna," Suster itu tersenyum hangat, "Ini putra Bapak." Perlahan, suster membuka selimut itu, memperlihatkan wajah mun

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    42. Operasi Caesar.

    Arjuna berjalan cepat mengikuti perawat yang sudah mendorong istrinya di atas brankar rumah sakit untuk segera dilakukan pemeriksaan. Sedari tadi yang ia lihat Julia hanya menggerang kesakitan dengan mata terpejam. Sungguh Arjuna yang melihat itu ikut merasakan kengerian. Sebagai calon bapak-bapak yang menunggu anaknya lahir dengan kepanikan yang luar biasa, mestinya ia tidak tenang. ***Semua tahap pemeriksaan telah dilakukan. Dokter spesialis kandungan menyarankan Julia untuk segera melakukan operasi caesar hari itu juga dikarenakan posisi janin belum sesuai, juga volume ketuban yang malah berkurang. Tentu saja itu bukanlah hal yang bagus untuk calon bayi. Julia sudah mulai tenang tidak kesakitan lagi. Iya berbaring dengan nyaman di atas brankar. Arjuna menarik kursi, dan duduk di dekat istrinya. Ia mengusap kening istrinya, lalu tersenyum manis. "Kamu mau minum?" tawar Arjuna menyodorkan air mineral ke arah Julia. Para perawat sudah pergi. Kamar VVIP yang sangat luas itu teras

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    41. Curhat.

    Julia Pov. Seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini aku berangkat bekerja dihantar oleh suamiku, Arjuna. Di dalam mobil terasa sunyi, aku maupun dia sama-sama saling menutup mulut. Tidak ada basa-basi seperti biasanya. Hanya ada suara desah nafas lelahku yang sepertinya kebanyakan memikirkan masalah akhir-akhir ini. Yah, lagi-lagi masalah sepele. Selalu saja kepikiran. Sebenarnya aku masih memikirkan perihal semalam. Tentang keinginan Arjuna untuk tetap menjadikan aku istri selamanya. Sebenarnya hal itu diluar ekspektasiku. Kadang aku berpikir untuk tidak bersama selamanya. Tiba-tiba menjelang kelahiran anakku, entah kenapa hatiku menjadi plin-plan. Aku merasa seperti keberatan untuk terus menjadi istrinya. Terkadang pikiran terburukku muncul, aku tidak ingin meneruskan pernikahan ini. Bagaimana kalau aku tidak bisa sepenuhnya mencintainya? Atau bagaimana kalau dia selama ini hanya berpura-pura baik di depanku saja? Maksudku di luar sana, seorang pebisnis besar pasti memiliki selingku

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    40. Belanja Keperluan Bayi.

    Julia mengerang. Ia melepaskan pelukan suaminya. Namun pelukan itu tak mau terlepas. Semakin erat. Ia juga bahkan sudah mencubit-cubit lengan Arjuna supaya mau melepaskannya, namun suaminya tetap tak bergeming. Julia menghela nafas pendek. "Aku mau mandi. Lengket semua badanku," ujar Julia dengan intonasi lirih. Terlalu pagi untuk bicara dengan intonasi agak tinggi. "Sebentar lagi ... tunggu lima menit lagi," Arjuna merengek, menenggelamkan wajahnya ke dalam rambut panjang istrinya. Menghirup aroma wangi yang semerbak. Sambil tetap masih memeluk istrinya. Julia mengambil ponselnya yang berada di nakas dengan susah payah. Lalu menyetel stopwatch dengan hitungan dimulai lima menit. Ia dengan anteng menikmati setiap detik waktu yang mulai berkurang. Sesekali mengusap lembut wajah suaminya. Jemari lentiknya bermain di sana. Sedang Arjuna semakin tidur terlelap

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    39. Malam Menuju Pagi.

    Pukul 10 malam. Julia menarik selimutnya dan bersiap-siap untuk segera tidur. Arjuna yang berada di sampingnya masih sibuk dengan laptopnya. Lelaki itu masih harus meneliti beberapa berkas yang akan dia kerjakan besok di kantor. "Bagaimana keadaan di kafe untuk beberapa hari ini?" tanya Arjuna memecah keheningan. Lelaki itu menatap ke arah Julia yang juga tengah menatap ke arahnya. Julia mengatur posisi berbaringnya sebelum menjawab. "Kafe kita mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hampir setiap hari kafe kita ramai dengan pengunjung," jawab Julia antusias. Lalu ia kembali teringat beberapa waktu yang lalu, ia sangat disibukkan ketika kafe sedang ramai-ramainya dengan pengunjung yang ternyata kebanyakan adalah teman kantornya sendiri. "Kebetulan weekend kemarin teman-teman kantor banyak yang datang ikut melariskan kafe kita," ujar Julia menggebu-gebu. Arjuna mengangguk mendengarkan seluruh cerita dari Julia dengan khidmat. Jadi, usahanya ketika melakukan promosi di kantor bebera

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    38. Promosi Kue.

    Beberapa hari berlalu. Menjelang istirahat di kantor. Arjuna terlihat sibuk dengan ponsel pintarnya. Matanya fokus menatap tajam gambar menu makanan yang tertera di layar ponselnya. Masih dalam mode konsentrasi diiringi perutnya yang mulai berbunyi."Pesan ini saja, atau yang ini?" ujarnya yang lebih tepat untuk diri sendiri. Ia masih sibuk memilih-milih daftar menu makanan di suatu aplikasi yang tertera. Beberapa menu yang ia lihat dalam keadaan lapar membuat semuanya terasa begitu menggiurkan. Di ruangan itu, Arjuna hanya sendiri, tidak ada yang bisa ia mintai pendapat. Beberapa daftar makanan pesanannya sudah masuk ke dalam list pembayaran dan tinggal menunggu pengantar makanan datang membawakan makanan yang sudah ia pesan. ***Seorang perempuan berkaca mata minus tengah memegang ganggang telepon. Jemari lentiknya dengan lihai memencet angka-angka yang tertera di sana. Segera angka-angka tersebut tersambung pada tujuan yang sudah ditetapkan di kantor tersebut. Tak lama setelah itu

  • Arjuna & Julia (INDONESIA).    37. Jalan-jalan.

    Seperti rencana awal yang telah ditetapkannya kemarin. Hari ini Julia berniat untuk pergi ke rumah papanya. Akan tetapi, tadi pagi-pagi sekali perempuan itu menangkap gerak-gerik mencurigakan dari suaminya, yang ternyata Arjuna memutuskan untuk ikut mengantar sekaligus mengawasi Julia. Sampai selamat tentunya. Mungkin lelaki itu baru sadar bahwa dia sudah harus siap siaga mulai dari sekarang. Takut terjadi apa-apa yang tidak diinginkan. "Kita naik motor lagi, ya," ajak Julia yang kelewat antusias, sampai ia mengabaikan mimik muka Arjuna yang tiba-tiba berubah menjadi pelik, dengan satu lirikan heran mengarah pada Julia. "Serius kamu mau naik motor lagi?" tanya Arjuna berusaha untuk bersabar dengan tingkah aneh-aneh istrinya yang menurutnya lumayan ekstrim untuk seseorang yang sedang hamil tua. Sekarang istrinya sedang hamil tua, bagaimanapun ia menginginkan yang terbaik untuk istrinya. "Iya.""Coba jelaskan secara singkat alasan kamu sangat menyukai berpergian naik motor?" "Sebena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status